best friends 4ever in kampuz

best friends 4ever in kampuz
friendship

friendship....

friendship....

Rabu, Juni 02, 2010

STUDI KASUS PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK ( Coelogyne pandurata Lindl.) SECARA GENERATIF DENGAN TEKNIK IN-VITRO DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN KEBUN Jumat, 05 Februari 2010 0 komentar

Jumat, 05 Februari 2010
STUDI KASUS PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK ( Coelogyne pandurata Lindl.) SECARA GENERATIF DENGAN TEKNIK IN-VITRO DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN KEBUN
Jumat, 05 Februari 2010 0 komentar

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan suatu bangsa baik secara langsung maupun tidak langsung. Meningkatnya Pendidikan sangat berpengaruh terhadap kualitas Sumber daya Manusia. Kurikulum Program Pendidikan Diploma 4 Agribisnis Pertanian Manajemen Agroindustri kerjasama antar Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian Cianjur dengan Politeknik Negeri Jember, mewajibkan kepada mahasiswa Diploma 4 pada tahun kedua melaksanakan program Praktik Kerja Lapang (PKL) selama 6 (enam) bulan yang setara dengan beban praktek kerja sebesar 8 SKS yang kegiatannya dapat dilaksanakan secara penuh di industri/instansi tempat PKL. Selama pelaksanaan PKL mahasiswa juga di berikan pembelajaran secara pararel tugas materi kuliah dengan strategi perkulihan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).



Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki populasi anggrek spesies yang paling banyak. Hutan belantara Indonesia minimal menyimpan 5000 anggrek spesies alam. Bahkan di antara spesies anggrek tersebut ada yang termasuk dalam 27 daftar spesies anggrek yang di lindungi UU berdasarkan publikasi direktorat jendral PHKA (Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam). (Ira Puspa Kencana, 2007)
Secara umum anggrek di manfaatkan sebagai tanaman hias/bunga potong yang bunganya sangat indah dan menawan, bahkan pada beberapa jenis anggrek tertentu mengeluarkan aroma yang lembut sehingga banyak orang yang ingin memilikinya. Bertitik tolak dari kegunaannya tersebut maka anggrek alam seringkali menjadi bahan utama persilangan untuk mendapatkan jenis-jenis hibrid yang komersial dan sangat bernilai ekonomi (Dwi Murti Puspita Ningtyas dan Sofi Muridawati ,1999).
Dalam mempertahankan hidupnya di alam, anggrek rawan mengalami kepunahan karena selain perkembangannya tergantung pada mikoriza (bakteri/jamur) dan penyerbukannya tergantung pada serangga, juga karena adanya konversi habitat alamnya yang di jadikan sebagai tempat pemukiman, perladangan, sarana tarnsportasi, dan menurunnya populasi alam. Situasi ini semakin di perparah dengan pengambilan berbagai jenis anggrek alam secara liar dan berlebihan untuk memenuhi permintaan pasar, baik pada tingkat regional maupun global, kian meningkatnya permintaan pasar ini semakin mengancam keberadaan jenis-jenis anggrek alam pada tingkat yang sangat membahayakan, sehingga untuk menghindari kepunahan dan meningkatkan kelestarian kekayaan flora Indonesia ini, maka di butuhkan suatu usaha konservasi ex-situ yaitu usaha perbanyakan tanaman di habitat aslinya.
Salah satu tempat untuk meningkatkan kelestarian dan menginventarisasi jenis-jenis anggrek yang terdapat di wilayah Indonesia adalah Kebun Raya Bogor kerena letaknya yang strategis yaitu di dataran rendah. Selain itu Kebun Raya Bogor juga merupakan Pusat Konservasi Tumbuhan LIPI yang berfungsi sebagi lembaga konservasi ex-situ tumbuhan Indonesia terutama untuk tumbuhan dataran rendah basah. Karena itu jenis-jenis anggrek yang di konservasi di Kebun Raya Bogor adalah jenis-jenis anggrek yang habitat asalinya adalah di dataran rendah (Dwi Murti Puspita Ningtyas dan Sofi Mursidawati, 1999).
Salah satu Anggrek alam yang sangat di minati masyarakat adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) sehingga keberadaannya di alam terancam punah, karena pengambilan yang berlebihan, selain itu terjadinya perubahan dan rusaknya habitat tumbuh anggrek tersebut akibat penebangan, konversi lahan untuk pertanian, pemukiaman, pertambangan maupun terjadinya fragmentasi habitat. Kegiatan pengeksploitasian anggrek dari alam yang di lakukan secara berlebihan dan terus-menerus menyebabkan kepunahan. Padahal berdasarkan Peraturan Pemerintah N0.7 Tahun 1999 yang di keluarkan pada tanggal 27 januari 1999 anggrek hitam adalah termasuk ke dalam tumbuhan yang di lindungi.. (Ira Puspa Kencana, 2007)

Untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies ini, maka harus di upayakan teknik budidaya yang tepat untuk menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek hitam secara tepat dengan kualitas dan kuantitas yang baik, tanaman anggrek dapat di peroleh melalui cara pembiakan generatif dan vegetatif. Secara alami pembiakan anggrek dengan cara generatif yang berasal dari biji hanya dapat tumbuh apabila bersimbiosis dengan mikoriza. Biji anggrek hanya terdiri dari embrio dan testa (pelindung embrio) tanpa cadangan makanan dan endosperem (Thompson1980), jika bersimbiosis dengan mikoriza anggrek dapat memperoleh nutrisi untuk tumbuh. Pada umumnya tingkat keberhasilan untuk perkecambahannnya secara alami persentasenya sangat kecil. (Tom Gunadi, 1989)

Dengan berkembangnya teknik kultur in-vitro yang pertama kali di coba oleh Heberlandt pada tahun 1902, maka keberhasilan perkecambahan biji anggrek dapat di tingkatkan, cadangan makanan dan nutrisi yang di perlukan dalam perkecambahan dan pertumbuhan awal biji dapat di suplay dari media agar-agar bernutrisi. Teknik ini akan membuka peluang untuk memperbanyak tanaman anggrek dan memperoleh bibit anggrek yang bebas hama penyakit.







1.2 Tujuan
 Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di peroleh dalam dunia kampus ke dunia kerja, memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja sesuai dengan bidang keahlian, membuka wawasan dalam bersosialisasi dan memahami kondisi serta tuntunan lingkungan kerja.
 Untuk mengamati dan mempelajari cara perrbanyakan tanaman Anggrek khususnya spesies Coelogyne pandurata Lindl. dengan menggunakan teknik in-vitro dan melakukan studi kasus terhadap keunggulan perbanyakan teknik in-vitro yang telah di lakukan di laboratorium kultur jaringan Kebun Raya Bogor

1.3 Manfaat
 Dapat membandingkan ilmu yang telah di peroleh dari dunia kerja ke dunia kampus
 Memperoleh bukti akurat mengenai keunggulan perbanyakan anggrek dengan teknik in-vitro menggunakan eksplan biji.
 Mengenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya petani anggrek mengenai keunggulan perbanyakan biji anggrek dengan menggunakan teknik in-vitro

1.4 Sasaran
 Dapat memperoleh pengalaman dalam kegiatan pembelajaran di industri yang relevan
 Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh selama kuliah tahap pertama
 Dapat melengkapi dan mengembangkan meteri-materi dasar yang telah di pelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Umum Tanaman Anggrek
Tanaman anggrek di kenal sabagai sosok tanaman yang memiliki bunga indah dan tahan lama, pesona bunganya yang indah merupakan daya tarik yang sangat memikat. Untaian bunganya yang tersusun indah serta memiliki bentuk dan corak yang beragam serta aneka variasi warna menawan dari hasil persilangan baru terus bemunculan, sehingga membuat para kolektor dan penghobis anggrek tidak pernah bosan mengikuti perkembangan tanaman ini dan memberi julukan sebagai “the everlasting flower” bunga yang tak kekang oleh waktu. (Ira Puspa Kencana ,2007)
Secara taksonomi anggrek di klasifikasikan ke dalam Filum Spermatophya, kelas Angiospermae, Sub kelas monokotiledonae, Ordo gynandroe karena alat reproduksi jantan dan betina bersatu sebagai tugu bunga maka tergolong famili Orchidaceae.
Bunga anggrek pada umumnya mempunyai tiga buah Sepalum atau daun kelopak. Satu buah sepalum yang terletak di punggung di namakan daun kelopak punggung atau sepalum dorsale. Sedangkan dua lainnya di namakan daun kelopak samping atau sepala lateralia (Seryowinoto, M,1988).
Menurut Ira Puspa Kencana (2007), dalam bukunya Cara Cepat Membungakan Anggrek menyatakan bahwa bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal) mahkota (petal) dan lidah ( labelum). Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan di sela-sela sepal tersebut terdapat dua helai petal. Sedangkan yang di kenal dengan lidah bunga sebenarnya adalah “petal’ yang di sebut labelum atau bibir. Bagian lainya ada yang di sebut dengan tugu yaitu perpanjangan gagang bunga (bakal buah), di bentuk oleh penyatuan putik dan benang sari.
Pada pusat bunga terdapat alat yang sebenarnya mewakili alat kelamin jantan dan betina jadi satu. Alat ini di namakan gynostemium yang berasal atau tersusun atas kata-kata gynaecium artinya putik dan stemona yaitu benang sari. Alat ini di namakan gynostemium. Karena putik atau jelasnya tangkai putik bersatu dengan benang sari. (Soeryowinoto M, 1988).
Buah anggrek berbentuk seperti kapsul buah anggrek apabila di belah melintang memiliki 3 ruangan dengan enam kantong biji. Pada kulit buah anggrek terlihat seperti memiliki enam rusuk, tiga di antaranya berasal dari rusuk sejati (Cosat kukukit buah) sedangkan 3 lainnya adalah tempat melekatnya atau bersatunya dua tepi kulit buah yang berseblahan. Bila buah telah masak, maka kulit buah akan pecah dari alur memanjang yang mmbagi buah kemudian biji akan berhamburan keluar dan di hembus angin. (Soeryowinoto M,1988).
Di dalam buah terdapat biji, biji anggrek sangat kecil/mikrskopis. Dalam satu buah biasanya terdapat ratusan ribu biji, biji yang sangat kecil tidak dapat di tunjuk mana yang akan menjadi akar atau batang kalau berkecambah di namakan protocorm. Biji anggrek tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan ). Pada prinsipnya biji anggrek terdiri dari 2 bagian yaitu “biji” bagian ini terdiri dari sel-sel yang hidup (embrio). Bagian yang kedua merupakan selubungnya berupa selaput yang sangat tipis membungkus “biji” dinamakan testa.( Soeryowinoto M,1988).
Daun anggrek memiliki ciri khas bertulang daun sejajar. Sedangkan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies anggrek ada yang memanjang dan ada yang membulat. Batang anggrek ada 2 tipe yang di pengaruhi oleh titik tumbuhnya yaitu monopodial dan simpodial (Ira Puspa Kencana,2007).
Menurut Tom Gunadi (1985), perawakan batang anggrek ada yang pendek, bahkan pendek sekali, ada juga yang panjang dan panjang sekali serta ada yang lunak atau ada yang kekar .
Akar anggrek berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah dengan ujung akar yang meruncing dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering akar tampak berwarna putih keperak-perakan di bagian luar (Ira Puspa Kencana, 2007)
2.2 Pola Hidup Anggrek
2.2.1 Anggrek Terristrik
Anggrek terristrik adalah anggrek yang hidup pada permukaan tanah dan menyerap makanan dari tanah. Daun biasanya lebar, relatif tipis helainya, tidak sukulan atau ulet seperti kulit. Daun-daunnya berwarna hijau dapat di harapkan mempunyai kemampuan mengambil gas CO2 dari udara dan mengambil zat-zat Anorganik dari tanah. Akarnya mempunyai rambut-rambut akar yang panjang. Termasuk anggrek tanah dapat di sebut Paphiopedilum Phaius, Arundina, Spathoglottis dll (Soeryowinoto M,1988).
2.2.2 Anggrek saprofit
Anggrek saprofit adalah anggrek yang sudah menyesuaikan hidupnya tumbuh di atas humus atau hidup terutama di atas bahan-bahan organik. Anggrek saprofit sudah berkurang kecakapannya atau hilang kemampuanya mengambil gas C02, udara dan zat-zat an organic tanah. Akibatnya seluruh bagian yang di atas tanah berwarna putih. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan makanannya anggrek saprofit mengandalkan akar yang cukup banyak, tebal (sekitar 3 mm), berklorofil dan cukup ekstensif. Selain itu akarnya mampu bersimbiosis dengan jamur (mychoryza). Untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Batang kecil berklorofil (tidak sampai 2 cm) penampilan fisik anggrek safropit hanya berupa gerombolan akar saja. Contohnya: Calanthe phaius, dll (Soeryowinoto M,1988).
2.2.3 Anggrek Epifit
Anggrek epifit adalah anggrek yang biasa hidupnya di atas batang, dahan atau ranting-ranting tanaman yang masih hidup atau yang telah roboh atau mati. Anggrek epifit di perkirakan hasil evolusi dari anggrek tanah. Perubahan lingkungan ini membutuhkan penyesuaian pada daun, akar, dan batang, daun berklorofil, sukulen dan memiliki kemampuan untuk menampung cadangan makanan dan air. Akar tidak berambut, kalaupun berambut ukurannya sangat kecil dan hanya berada pada bagian akar yang menempel di batang yang di tumpanginya. Contohnya adalah anggrek Ceologyne pandurata Lindl. (Soeryowinoto M,1988).
2.2.4 Anggrek Ameobofit
Ada anggrek-anggrek yang suatu ketika di jumpai seperti pada anggrek saprofit, yang tumbuh dan berkembang mengeluarkan bunga saja. bagian tanaman di atas tanah masih dapat mempunyai hijau daun. Pada lain waktu bunganya layu. Bagian d atas tanah mati dan hilang semua. anggrek ini beristirahat, bertahan hidupnya melalui musim kering dalam bentuk umbi yang terdapat dalam tanah. Pada awal musim hujan anggrek amoebofit tumbuh lagi, berkembang mengeluarkan daun saja yang hijau berasimilasi dan membentuk umbi baru. Lain waktu umbinya rontok setelah periode istirahat mulai berbunga saja atau berdaun saja atau berdaun melulu. Contohnya. Anggrek I Nervilia. (Soeryowinoto M,1988).



2.2.5 Anggrek yang hidup di tempat becek atau di rawa-rawa
Anggrek air adalah anggrek yang hidup betul-betul mutlak di dalam atau di permukaan air. Jenis anggrek yang betul-betul hidup demikian belum di ketahui kecuali anggrek-aggrek yang hidup di tempat yang becek atau rawa-rawa atau di pulau-pulau terapung di danau, seperti Spiranthes dan Dipodium paludasum. (Soeryowinoto M,1988).
2.3 Tinjauan Umum Tanaman Coelogyne
Coelogyne merupakan kelompok besar, lebih dari 150 spesies dengan bunga berbagai bentuk dan warna, anggrek ini tersebar luas di daerah Asia terutama India, Malaysa dan Indonesia (Kalimantan, Irian dan Sumatrea). Coelogyne hidup epifit, menyukai tempat yang teduh dan tumbuh di daerah dataran rendah hutan tropis. Coelogyne memiliki ciri khas bunga yang bervariasi dengan karangan bunga yang menggantung dengan warna yang beraneka ragam seperti sawo, kuning muda dan hijau, tumbuh dari tunas yang paling muda di pusatnya. Bentuk daunnya bulat memanjang seperti senduk, berwarna hijau tua dan tahan lama dalam keadaan segar.
Genus Coelogyne di budidayakan di pusat konservasi tumbuhan kebun raya bogor karena anggrek ini hidup di dataran rendah, juga karena beberapa spesies dari anggrek ini memilki nilai kelangkaan dan komersial, salah satu contohnya Coelogyne pandurata Lindl.
2.3.1 Deskripsi umum anggrek ceologyne pandurata Lindl.
Coelogyne pandurata Lindl. sejak Pekan Anggrek Nasional 1976 di kenal dengan nama Anggrek Hitam atau The Black Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Sebagai anggrek alam Coelogyne pandurata Lindl. banyak tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas. Coelogyne pandurata Lindl. termasuk famili Orchidaceae. Genus dari Coelogyne memilik 29 spesies yang telah di ketahui,di antaranya:
• Coelogyne mayeriana
• Coelogyne peltates,
• Coelogyne asperata,
• Coelogyne rumphii
• Coelogyne cinnamomea,
• Coelogyne dayana
• Coelogyne celebensis,
• Coelogyne swaniana dan lain-lain. (Supardi, et. al., 1999)
Anggrek hitam ini berbunga harum dan periode berbunganya bulan Mei-Juli. Lingkungan tumbuhnya di sepanjang aliran sungai atau di tempat lembab dengan cahaya remang-remang (Ira Puspa Kencana, 2007)

Gambar 1 : Bunga Anggrek Coelogyne pandurata Lindl.
Menurut Tjitroesoepomo (2000) & Suaria (2000), tumbuhan ini memiliki taksonomi sebagai berikut ;
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas :Monocotyledonae
Ordo : Orchidales
Famili :Orchidaceae
Genus :Coelogyne
Spesies : Coelogyne pandurata Lindl.
2.3.2 Morfologi Coelogyne pandurata Lindl.
Anggrek hitam ini termasuk anggrek epifit. Batangnya membentuk umbi semu, berwarna hijau bundar panjang, pipih dengan panjang 12-15 cm dan lebar 5-7 cm. Perkembangan batangnya merambat ke samping (simpodial), daun berwarna hijau, terdiri dari 2 helai pada setiap umbi semunya. (Kebun Raya Eka Bali). Bentuk daun lonjong berlipat-lipat, panjang 40-50 cm dan lebar 2-10 cm. Bunga tersusun dalam rangkaian yang berbentuk tandan, panjang 15-20 cm, jumlah bunga dalam tandan 14 tandan atau lebih dengan garis tengah tiap bunga 10 cm, daun mahkota berbentuk lansep melancip, berwarna hijau muda, panjang 5-6 cm dan lebr 2-3 cm. Bibir menyerupai biola tengah-tengahnya terdapat satu alur pnggirnya menggeriting berwarna hitam kelam. Buah berbentuk jorong, panjang 7 cm dan lebar 2-3 cm bunga tidak banyak yang menjadi buah (Sasrapradja et. al., 1976).
2.3.3 Habitat dan penyebaran
Anggrek ini menyukai tempat teduh, umumnya tumbuh di dataran rendah pada pohon-pohon tua dekat sungai-sungai di hutan basah (Sastrapradja et.al., 1976). Menurut Charles dan Baker (1997) jenis ini banyak tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina.
Coelogyne pandurata lindl, juga dapat di tumbuhkan dalam krat, tetapi karena tumbuhnya yang berumpun, ia memerlukan krat yang cukup besar, sebaiknya bulat panjang, untuk dapat mengakomodasi tanaman dengan akar tinggalnya yang ekstensif, dan menjamin peredaran udara dengan baik. Dalam pot ia memerlukan medium yang kasar dengan kereweng-kreweng pembuangan air di bawahnya. kulit kayu (asem pinus) rupa-rupamya dapat memenuhi tuntutannya dengan baik kemudian setelah ia di beri suasana yang teduh, tak lagi memerlukan pemeliharaan yang lebih dari biasa maksudnya penyiraman biasa, pemupukan dapat di lakukan melalui akar maupun daun (tampaknya cocok dengan Fish Emulsion), pencegahan dan pemberantasan hama serta penyakit.
2.3.4 Perbanyakan
Tanaman ini dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif, perkembang biakan generatif suatu tanaman merupakan perkembangbiakan seksual (dengan melibatkan proses perkawinan) sehingga tanaman yang di hasilkan tidak menyerupai atau tidak sama dengan sifat induknya (Hendaryono, 2000). Menurut Ira Puspita dalam bukunya cara cepat membungakan anggrek mengatakan bahwa satu-satunya perbanyakan anggrek secara generatif adalah melalui biji atau hibridisasi (proses perbanyakan dengan menggunakan tabur biji).
Kesulitan dalam menumbuhkan biji anggrek secara alami yaitu embrio dalam biji anggrek yakni tidak mempunyai endosperm dan kadang-kadang kosong sehingga perkecambahannya di alam sangat sulit kecuali dengan bantuan jamur. Di dalam biji anggrek dapat tumbuh bila bersimbiosis dengan jamur mikorisa spesies Rhizoctonia, anggrek dapat memperoleh nutrisi yang di butuhkan untuk tumbuh.dengan demikian perkecambahannya dapat terjadi jika biji anggrek jatuh di suatu tempat yang terdapat mikoriza dan lingkungan tumbuh yang sesuai. Namun tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami sangat kecil. (Thompson, 1980)
Menurut Gunawan (2001), untuk meningkatkan perkecambahan anggrek, dahului orang mengecambahkan biji di sekitar akar pohon induk di mana terdapat mikoriza yang di butuhkan biji anggrek untuk berkecambah. Tahun 1980 L.knudson menemukan metode perkecambahan secara asimbiotik yantg dapat meningkatkan keberhasilan perkecambahan dengan metode ini biji anggrek dapat di tumbuhkan secara aseptik atau penanaman biji pada media agar-agar steril dengan tambahan unsur hara lainnya.
Anggrek hitam ini termasuk jenis anggrek yang pola pertumbuhannya simpodial yaitu anggrek dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Batangnya akan tumbuh terus setelah mencapai batas maksimun,pertumbuhan batang akan terhenti, pertumbuhan baru ini akan dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh di sampingnya. Pada anggrek simpodial terdapat suatu penghubung yang di sebut rhizoke/batang di bawah tanah. Pertumbuhan tunas baru akan keluar dari rhizome ini. Anggrek hitam memilki pseudobulb yang tumbuh antara rhizome jika sudah mempunyai enam bulb atau lebih (Soeryowionoto ,2000)
2.4 Kultur In-vitro Anggrek
Teknik kultur in-vitro adalah salah satu cara untuk memperbanyak tanaman anggrek secara cepat. Kultur in-vitro pertama kali di coba oleh Haberlandt pada tahun 1902, karena adanya sifat tanaman yang di sebut totipotensi yang di cetuskan oleh dua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden pada tahun 1832 (Hartman dan Kester ,1968) .
Metode kultur in-vitro ialah metode menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif (seperti akar,daun, batang dan tunas), dan (jaringan-jaringan generatif seperti ovule, embrio dan biji) pada media buatan berupa cairan atau padat secara aseptic (bebas mikroorganisme). (Anonim,1997)
Hasil perkembangan teknik in-vitro telah di rasakan manfaatnya. Sagawa (1976) dalam Anonim (1997) mengemukakan beberapa keuntungan yang di preoleh dari penggunaan metode tersebut antara lain perbanyakan vegetatif dan generatif yang cepat dan efisien, mempermudah seleksi mutan, meghindari sterilitas yang menghambat program hibridisasi, produksi tanaman bebas patoghen dan sebagai pelestarian plasma nutfah.
Dalam prakteknya terdapat 2 cara perbanyakan anggrek secara in-vitro tegantung pada bahan tanaman dan media yang di gunakan antara lain: Metode generatif (biji), metode ini di lakukan untuk mendapatkan tanaman dengan bentuk dan warna bunga yang baru perlu di lakukan persilangan-persilangan di antara varietyas-varietas yang sudah ada. Selanjutnya buah atau biji yang di peroleh di semaikan dengan teknik kultur biji. Sedangkan metode vegetatif di lakukan untuk mendapatkan persediaan bibit secara cepat dan besar-besaran yaitu dengan menggunakan metode kultur mata tunas.
2.4.1 Penyiapan Eksplan
Penyiapan eksplan anggrek di lakukan melalui proses penyerbukan tanaman anggrek dengan sesamanya, untuk di Kebun Raya Bogor penyerbukan anggrek di lakukan dengan sesama anggrek alam adapun proses penyerbukan/mengawinkan anggrek ada dua cara, cara yang pertama adalah pada jenis anggrek yang mempunyai lempeng perekat atau discus viscdis (mempunyai pollinaria) dan cara yang kedua adalah pada jenis anggrek yang tidak mempunyai lempeng perekat (mempunyai pollinia). (Soeryowinoto,1989 dalam Hendaryono,1994)
Untuk anggrek yang mempunyai lempeng perekat teknik mengawinkannya adalah dengan menyisipkan ujung jarum/tusuk gigi di bawah ujung dari operkulum kemudian di tarik ke atas sehingga operkulum lepas. Dengan tusuk gigi tadi polinia di desak keluar dari antera sehingga polinia terlepas dan menempel pada ujung tusuk gigi, dengan hati-hati polinia di letakkan pada lubang stigma yang telah siap menerima polinia. (Soeryowinoto,1989 dalam Hendaryono,1994).
Teknik mengawinkan anggrek yang tidak mempunyai lempeng perekat adalah dengan menggunakan tusuk gigi sebagai alat untuk mengangkat operkulum sehingga operkulum terlepas, sehelai kertas di pegang di bawah ujung kolumna untuk menangkap massa polinia yang mungkin terjatuh, ujung tusuk gigi kemudian di celupkan kedalam perekat pada lubang stigma, dengan tujuan supaya polinia bisa melekat pada ujung tusuk gigi tadi ujung tusuk gigi yang sudah berperekat kita sentuhkan ke polinia sehingga polinia akan melekat pada ujung tusuk gigi. Setelah polinia melekat maka kita masukkan pada lubang stigma (Soeryowinoto, 1989 dalam Hendaryono,1994)
Cara memilih bunga untuk persilangan antara lain dengan pemisahan bunga jantan yang sudah mekar 4 hari sampai dengan yangh sudah layu. Sedangkan untuk memilih bunga betina adalah bunga betina yang sudah mekar 4 hari (Soeryowinoto, 1989 dalam Hendaryono,1994).
Setelah proses penyilangan selesai, maka pada tangkai bunga yang telah di silangkan di beri label yang telah bertuliskan induk silangan, tanggal penyilangan dan nama orang yang melakukan penyilangan. Jika penyerbukan berhasil maka bunga akan layu dan pada bagian tangkai akan membesar sebagai akibat dari ovarium yang menggelembung.


2.4.2 Media kultur

Media yang di gunakan merupakan faktor yang mendukung keberhasilan dalam kultur. Media yang di gunakan dapat berbentuk padat, semi padat, dan cair. Proses pengakaran lebih baik di lakukan dalam media padat sampai terbentuk tanaman lengkap (Wattimena et al.,1992) pembentukan bagian tanaman (morfogenesis) langsung maupun tidak langsung tergantung pada jenis dan konsentrasi yang tepat dari senyawa organik, an organik dan zat pengatur tumbuh dalam suatu media kultur.
Media kultur in-vitro anggek terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro, zat pengatiur tumbuh, asam amino ,vitamin, gula ,air dan tambahan bahan organik seperti pisang, ubi, kentang dll (Mursidawati, dkk, 2008). Zat gula yang di gunakan sebagai sumber energi yakni sukrosa, fruktosa atau glukosa, Vitamin yang di butuhkan untuk perkembangan anggrek antara lain tiamin, pirodiksin, asam nikotin dan asam askorbat (Withner,1959).
Terdapat berbagai macam media yang di gunakan dalam kultur in-vitro, jenis-jenis media ini di namakan sesuai dengan nama orang yang menemukannya sepertei La Garde, Burgeff,Knudson, Quednow, Wagner dan Vacint and Went, yang sekarang banyak di gunakan dalam perbanyakan anggrek adalah media Vacin & Went dan media Knudson C. media Knudson”s C terbukti baik untuk perkembangan eksplan. (Withner, 1959)
Pada tahun 1922, Knudson berhasil di dalam penelitiannya dengan menggunakan anggrek tipe epifit, medianya berhasil membuat perkembangan eksplan lebih kuat. Hal ini mungkin di karenakan oleh kedua komponen nitrogen yang di gunkan Knudson’s yaitu nitrat nammonium nitrogen. Percobaan Knudson’s dan lainnya menunjukan bahwa eksplan dapat mensuplay kebutuhan vitamin mereka dari media bernutrisi (Withner, 1959). (Komposisi media dasar Knudson dan Vacint Went terlampir pada lampiran)
Menurut Widiastoety (2001), dalam media kultur untuk memperoleh pertumbuhan kultur yang optimal, bahan-bahan lain yang umum di tambahkan dalam media dasar yaitu persenyawaan anorganik kompleks. (air kelapa, ekstrak kentang, pisang ,tomat ,ekstrak ragi, dll) penambahan bahan-bahan lain dan senyawa-senyawa lain yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi sebagai sumber gula di samping mengandung vitamin, zat pengatur tumbuh dan asam amino yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi sel dalam tumbuhan.

Kebutuhan media untuk setiap fase bisa bervariasi bagi setiap jenis anggrek . setiap jenis media mengandung komposisi zat tertentu yang di maksudkan untuk merangsang pertumbuhan fase tertentu biasanya yang membedakannya adalah komposisi bahan organiknya dan zat pengatur tumbuh sedangkan media dasar/stoknya sama. Fase pertumbuhan di mulai dari fase perkecambahan biji yang menggunakan media semai, lalu fase pertumbuhan akar dan daun menggunakan media transplant 1, kemudian fase pembesaran akar dan daun sampai siap aklimatisasi menggunakan media transplant 11 (Mursidawati,dkk, 2008)
2.4.3 Kandungan dan manfaat Persenyawaan Organik
Di dalam pembuatan media anggrek, seringkali di modifikasi dengan penambahan-penambahan bahan organic, penambahan bahan organic ini banyak membawa pengaruh baik bagi pertumbuhan eksplan biji anggrek yang di semai maupun yang di sub kultur, ini di sebabkan karena bahan-bahan organic tersebut mengandung suatu senyawa-senyawa yang kompleks, dari literatur yang sempat penulis dapatkan adalah sebagai berikut :
2.4.3.1. Air kelapa
Air kelapa merupakan endosperm atau cadangan makanan dalam bentuk cair yang mengandung unsur hara, vitamin dan zat tumbuh, sehingga dapat menstimulir perkecambahan dan pertumbuhan (Widiastoety,2001). Penggunaan air kelapa pertama kali di laporkan oleh Van Overbeek pada tahun 1941 dalam kultur embrio Datunia stramonium.
Gunawan (1987), melaporkan bahwa dalam air kelapa terkandung pula zeatin yang di ketahui termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar (Gambog & Shyluk, 1981)
Menurut Tulecke et.al.(1961) dalam Widiastoety (2001) air kelapa mengandung zat-zat atau bahan-bahan seperti unsure hara, vitamin, asam-asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulir dalam proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi.

Table 1 : Komposisi nutrisi dalam air kelapa

No Komposisi Jumlah
1 Asam folate 0,03 mg/l
2 Asam nikotinat 0,04 mg/l
3 Asam pantotenat l0,52 mg/l
4 Biotin 0,02 mg/l
5 Piridoksin Sangat sedikit
6 Ribovlafin 0,01 mg/l
7 Tiamin Sangat sedikit
8 Asam gibrelat Sangat sedikit
9 Auksin Sangat sedikit
10 1,3 difenilurea 5,800 mg/l
11 M-inositol 0,,01 m/l
12 Silo inositol 0,05 mg/l
13 Sorbitol 15 mg/l
14 Cl 183 mg/100mg
15 Cu 0,040 mg/100gr
16 Fe 0,1 mg/100 g
17 K 312 mg/100g
18 Mg 30 mg/100g
19 Na 105 mg/100g
20 P 37 mg/100g
21 S 15 mg/100g

2.4.3.2. Kentang
Kentang termasuk di dalam famili Solanaceae. Umbi kentang berasal dari akar yang berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi, dalam Gunawan (1987) ekstrak kentang di gunakan dalam kultur anther padi . ekstrak kentang yang biasa di gunakan 10-30 % dengan hasil terbaik 20%.






Table 2: kandungan nutrisi dalam 100 gram kentang
No Komposisi Jumlah
1 Air 77,8 gr
2 Protein 20 gr
3 Lemak 0,1gr
4 Karbohidrat 19,1 gr
5 Kalsium 11 mg
6 Phosphor 56 mg
7 Besi 0,7 mg
8 Vitamin B1 0,09 mg
9 Vitamin B2 0,03 mg
10 Vitamin C 16gr
11 Niacin 1,40 gr
12 Asam Ascorbit 3 mg















2.4.3.3. Pisang
Pisang termasuk dalam famili Musaceae, terdiri dari berbagai varietas sehingga warna, bentuk dan ukurannya pun berlainan. Jenis pisang yang umumnya di gunakan untuk kultur jaringan yaitu jenis pisang ambon. Bubur pisang yang biasa di gunakan berkisar 150-200 g/l (Hendaryono, 2000)

Menurut Arditti & Ernest (1992) buah pisang mengandung hormon tumbuh seperti auksin dan gibbrelin. Menurut Wills et.al., (1981) dalam Widiastoety (2001) buah pisang mengandung kadar gula yang cukup tinggi di bandingkan buah-buahan lain yaitu mengandung 6 gram glukosa, 4 garam fruktosa dan 7 garam Sukrosa untuk setiap 100 gram pisang.

Table 3: Komposisi Nutrisi Pisang Ambon Setiap 100 gr

No Komposisi Jumlah
1 Air 72 gr
2 Protein ,2 gr
3 Lemak 0,2 gr
4 Karbohidrat 25,8 gr
5 Mineral 0,8 gr
6 Kalsium 8 gr
7 Phosphor 28 gr
8 Besi 0,5 gr
9 Actin Retinol 44 mg
10 Tiamin 0,08 gr
11 Asam Ascorbit 3 mg





2.4.3.4. Ubi jalar
Ubi jalar temasuk famili Convolvulaceae. Ubi jalar adalah salah satu bahan pangan dan merupakan tanaman palawija penghasil atau sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga mempuyai kadar vitamin A dan C. Kadar vitamin A pada ubi jalar merupakan salah satu indikator warna daging (Santoso et. Al., 1994 dalam Widyastoety, 2001)

Menurut Soetyono et.al., (1996) dalam widiastoety (2001) tekstur ubi jalar yang keras karena banyak mengandung pati dan ada yang lunak karena banyak mengandung gula dan air. Umbi yang cerah cenderung lebih baik kadar patinya.

Table 4: Komposisi nutrisi ubi jalar setiap 100 gr
Komposisi Jumlah
1 Air 65,5
2 Protein 1,1 gr
3 Lemak 0,34 gr
4 Karbohidrat 31,6 gr
5 Serat 0,4 gr
6 Kalsium 55 mg
7 Phosphor 51 mg
8 Besi 0,7 mg
9 Kalori (kal) 135
10 Tiamin 0,10 mg
11 Niacin 0,60 mg
12 Vitamin A (IU) 900
13 Vitamin C (IU) 35
















2.4.3.4. Kedelai
Kedelai merupakan sumber makanan termurah di Indonesia yang dapat di jangkau oleh daya beli masyarakat (Anonim, 1981). Kedelai salah satu tanaman penting bagi sumber protein, lemak, dan mineral. Kedelai mengandung kurang lebih 18 % lemak dan 36–40% protein. Protein kedelai mempunyai kualitas yang tinggi karena distribusi asam aminonya sangat mendekati protein hewani (Bernhardt, 1976 dalam Gunawan, 2001). Tingginya kandungan protein di harapkan sangat baik untuk pertumbuhan tanaman hasil kultur in-vitro. Menurut Hendaryono (2000) ekstak kedelai yang di gunakan 150g/l, biasanya untuk meningkatkan pertumbuhan kalus di campur dengan kacang panjang atau kecambah jagung.

Table 5: Kandungan Nutrisi Kedelai dalam 100 gram

No Bahan organic Jumlah
1 Protein (gr) 30,2
2 Lemak (gr} 15,6
3 Ca (mg) 196
4 P (mg)) 506
5 Fe (mg) 6,9
6 Vitamin A (S1) 95
7 Vitamin B (mg) 0,93
8 Air 20
9 Karbohidrat( gr) 30,1
Sumber ; Hendaryono (2000)

2.4.4 Kultur biji
Kultur biji merupakan bagian dari kultur in-vitro yang menggunakan sumber eksplan berupa biji. Penanaman biji anggrek dengan menggunakan teknik ini di karenakan biji anggrek sangat kecil dan tidak mengandung cadangan makanan, sebagaimana halnya dengan biji tanaman pada umumnya. Sehingga dalam memperbanyak tanaman dengan biji harus mendapatklan suplay makanan dari luar. Hal utama yang harus di lakukan sebelum menanm biji anggrek adalah melakukan pengamatan pada struktur biji anggrek, karna di dalam 1 buah anggrek terdapat sangat banyak biji, dan biji-biji tersebut tidak semuanya mengandung embrio, kadangkala biji-biji tersebut kosong hanya mempunyai selaput, sedangkan biji dapat berkecambah apabila biji tersebut mempunyai embrio. Tahapan pertama dari kultur biji dalah sterilisasi, Adapun cara penanganan sterilisasi biji tergantung dari keadaan buah pada saat di panen, sebagai berikut :
2.4.4.1. Biji Dari Buah Tua Yanng Belum Pecah
Penaburan biji dari buah tua yang belum pecah, di lakukan dengan cara mencuci buah terlebih dahulu dengan air mengalir hingga bersih, buah yang sudah di cuci kemudian di bawa ke ruang penaburan. Laminar yang telah di siapkan dengan terlebih dahulu di UV selama 15 menit sebelum di gunakan, kemudian blower dan lampunya di nyalakan, di semprot dengan alcohol 70% untuk sterilisasi. Kemudian di lap dengan tissue. Kemudian masukan botol medium, cawan petri, scalpel, pinset, lampu bunsen, korek api dan botol berisi alkohol 90% untuk sterilisasi. Semua peralatan tanam tersebut sudah di sterilisasi terlebih dahulu dan sebelum di masukan ke dalam laminar, di semprot kembali dengan menggunakan alkohol 70%.
Buah anggrek yang telah kering kemudian di semprot dengan alkohol 70% dan di simpan di atas cawan petri steril di dalam laminar. Lampu bunsen kemudian di nyalakan pinset, scalpel dan pisau selalu di letakkan di dalam alkohol 96 % dan sebelum di gunakan di panaskan dulu di atas api. Pinset di ambil kemudian dibuah di jepit dengan pinset tersebut kemudian di celupkan kedalam alkohol 70% lalu di panaskan di atas api bunsen hingga 3 kali. Setelah pembakaran yang ke tiga selesai dan api yang membakar buah sudah benar-benar padam maka buah di simpan kembali di atas cawan petri .
Buah kemudian di belah memanjang dengan scalpel steril yang tajam menjadi 3 bagian sehingga akan tampak biji anggrek yang sangat banyak. Salah satu bagian daging buah yang sudah di belah tersebut kemudian di jepit dengan pinset panjang sehingga biji-biji anggrek berada di antara 2 lidah pinset, biji-biji tersebut di masukkan ke dalam botol medium yang berisi medium padat/cair VW ataupun HS. Untuk menjaga kondisi steril pada botol medium maka botol tutup medium baru di buka pada saat biji akan di masukan, dan setelah tutup medium di buka, bagian bibir botol dan tutup botol di panaskan di atas api bunsen secara merata.
Biji di taburkan di atas media dengan cara mengetuk-ngetuk bagian atas pinset dengan jari telunjuk sehingga biji berjatuhan di atas medium, agar biji dapat jatuh secara merata di atas permukaan medium (tidak menggumpal), maka pada saat pinset di ketuk, pinset di putar mengitari botol medium. Bila penaburan telah selesai, botol segera di tutup bibir botol beserta tutupnya di panaskan kembali di atas api bunsen. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pertukaran udara dari dalam dan luar botol, maka pada sela-sela tutup botol dan botol di lapisi dengan plastik wrap.
Botol-botol medium yang berisi anggrek tersebut kemudian di beri label yang bertuliskan jenis anggrek dan tanggal penaburan biji, setelah itu botol-botol di simpan dalam ruangan inkubator pada suhu 23- 25 ºC seluruh kegiatan penaburan biji di lakukan di dalam laminar dan dekat api bunsen.
2.4.4.2. Biji Dari Buah Tua Yang Sudah Pecah
Buah yang sudah terlalu tua, pada saat di sayat membujur akan mengelurkan biji-biji melalui rusuk karpel sejatinya. Setrilisasi buah yang bijinya berhamburan karena buah yang sudah pecah tidak bisa di lakukan secara mekanik (pembakaran), namun harus di lakukan secara kimiawi. Langkah awal yang di lakukan adalah buah di cuci bersih dengan deterjen atau hanya di bilas degan air mengalir biasanya setelah di cuci, buah akan pecah dan mengeluarkan biji-bijinya (apabila biji sudah pecah tidak usah di lakukan pencucian tapi di tempatkan dalam cawan petri) kemudian biji-biji tersebut di masukan ke dalam erlenmeyer yang berisi 150 ml clorox 10% dan 5% yang telah di tetesi dengan larutan tween 20 sebanyak 2-3 tetes, selanjutnya di lakukan penggojokan halus dengan menggunakan pipet kaca terhadap larutan tersebut selama 3 menit.
Setelah di kocok, biji mengendap di dasar tabung. Kemudian larutan klorox diambil sedikit demi sedikit dengan pipet dan di buang pada gelas yang telah di siapkan terlebih dahulu. Biji-biji yang mengendap di dasar tabung, di cuci dan di bilas dengan air steril. Pencucian dan pembilas tersebut di lakukan 5 ml aquades steril kedalam tabung dan kemudian menggocoknya selam 2 menit. Setelah itu sedikit demi sedikit airnya di buang dengan menggunakan pipet tetes. Hal ini di lakukan sebanyak 2 kali. Biji yang sudah di campur dengan aquades cepat-cepat di pipet dengan pipet panjang dan di semprotkan secara perlahan di atas media VW atau HZ (sesuai kebutuhan) semua pekerjaan di lakukan secara aseptik di laminar.
2.4.4.3. Biji Dari Buah Yang Masih Muda
Apabila setelah di sterilisasi dan di sayat secara aseptic, ternyata buah masih muda, (biji masih tampak lengket), maka penaburan di lakukan dengan cara buah di sayat di atas cawan petri dan memperlihatkan biji yang masih lengket pada daging buahnya, buah tersebut kemudian di sayat lagi menjadi 2 bagian, kemudian masing-masing bagian di sayat kecil. Daging buah yang mangandung biji di potong-potong dengan scalpel (di pegang dengan pinset pendek). Cara pemotongannya adalah ke arah horizontal dulu, baru di sayat kecil-kecil kearah vertikal.
Ukuran sayatan bebas dengan upaya agar dapat masuk melalui mulut botol anggrek, selanjutnya sayatan daging buah di taburkan di atas media dengan menggunakan pinset panjang. Sayatan di atur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu rapat dan memenuhi permukaan media. Seluruh proses sterilisasi dan alat-alat tanam di lakukan dengan cara yang sama seperti pada saat menaburkan biji anggrek yang berasal dari buah yang belum pecah dan di kerjakan di dalam LAFC.
Biji-biji yang telah di semai di letakkan dalam ruangan yang bersuhu 25°C -28°C dan di beri penerangan cahaya lampu, dalam beberapa minggu atau bulan biji-biji tersebut akan tumbuh menjadi protocorm, yang selanjutnya akan tumbuh menjadi planlet atau bibit (Anonim, 1997).
2.4.5 Sub kultur / Transplan
Sub kultur adalah pemindahan tanaman kultur in-vitro ke dalam media baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus, protocormus, organ dapat terpenuhi (Hendaryono dan wijoyono, 1994).
Menurut Anonim, kegiatan pemindahan tanaman/transplant di lakukan dalam LAFC dan dengan prosedur aseptik yang sama dengan proses penanaman. Kultur yang ingin di tumbuhkan menjadi tanaman lengkap, sebaiknya dipindahkan ke media padat dengan komposisi dasar yang sama biasanya di lakukan modifikasi media. anggrek hasil transplant di letakkan/di simpan pada rak penyimpanan dengan penyinaran 16 jam perhari baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan kultur. (Gunawan,2001)
Setelah satu bulan umumnya biji anggrek telah berkecambah dan tumbuh menjadi protocorm perkembangan protocorm menjadi seedling anggrek akan tumbuh pada umur 2-3 bulan sesudah biji di semai. Protocorom anggrek yang berjumlah ratusan bahkan ribuan di dalam botol perlu di jarangkan karena tanaman tersebut akan saling memeperebutkan unsure hara dari media. Penjarangan tahap pertama di lakukan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan dan penjarangan tahap kedua di lakukan pada saat protocorm sudah menjadi bibit tetapi masih dalam jumlah yang relatif banyak (Gunawan, 2001).

2.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur in-vitro tanaman anggrek meliputi cahaya, Suhu, PH, media dan oksigen. Cahaya sangat penting untuk pertumbuhan eksplan. Peranan cahaya terhadap pertumbuhan eksplan di tentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. menurut murashige (1974) di dalam pengerjaan kultur in-vitro di perlukan 3 fese intensitas cahaya:
 Fase I : saat pengerjaan kultur di mulai , intensitas cahaya yang di perlukan betrkisar antara 1000-3000 lux
 Fase 11 dan III : saat berlangsungnya proses perbanyakan tanaman, intensitas cahaya yang di perlukan berkisar antara 3000-10.000 lux

Menurut Murashige (1977) untuk pembentukan tunas dan akar memerlukan lama penyinaran optimum 16 jam/hari suhu yang di perlukan untuk pertumbuhan jaringan berkisar antara 20-26 °C, penggunaan suhu yang rendah dapat mengurangi aktifitas enzim, terutama peroksidase dan oksidase yang bertindak sebagai katalisator dalam proses oksidasi senyawa fenol dan senyawa organik lainnya, sehingga keracunan oleh eksudat toksik dapat tertekan. Namun bila luka jaringan telah sembuh, maka pemakaian suhu tinggi akan lebih menguntungkan karena pada suhu tersebut aktifitas metabolisme sel akan lebih tinggi.
Pada umumnya pH yang di gunakan untuk potongan jaringan anggrek berkisar antara 4,8-5,2, untuk media cair kecepatan putar alat penggojok (shaker) sangat bervariasi yaitu 90-100 rpm.
Oksigen berfungsi di dalam proses respirasi jaringan. Ensim-enzim peroksidase dan oksidase dapat mengkatalisis terjadinya proses oksidasi pada bagian jaringan tanaman yang terluka akibat pemotongan. Hal ini menyebabkan terganggunya pengambilan zat hara, pembengkakan sel dan plasma sel lepas dari dinding sel, di samping itu akumulasi terbentuknya IAA oksidase dapat menghambat aktivitas IAA selanjutnya di laporkan pula bahwa aktifitas IAA akan meningkat sesuai dengan umur jaringan. Terdapatnya korelasi negatif antara angka pertumbuhan dan IAA oksidase dan konsentrasi IAA dalam jaringan sangat rendah, sementara itu aktivitas IAA oksidase tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anggrek di lapangan :
2.4.6.1. Sinar matahari
Menurut Gunadi (1977) berkaitan dengan tuntunan kebutuhan anggrek terhadap intensitas sinar matahari, maka sinar matahari dapat di bedakan menjadi :
 Sinar kuat, yaitu sinar matahari penuh atau 100 % tanpa peneduh di daerah tropis
 Agak teduh, yaitu sinar kira-kira antara 50-100% terdapat peneduh seperti di bawah dedaunan pohon yang menyerupai tirai tipis, misalnya pohon asam, pinus, dan flamboyan
 Setengah teduh, yaitu anggrek yang menerima 50% sinar matahari siang, hal ini terjadi dengan pergantian–pergantian secara cepat antara sinar matahari langsung dengan peneduh total kerena bayangan daun-daun pohon penunjang di bawah matahari yang beredar
 Teduh sekali, yaitu kondisi di mana sinar matahari langsung tak perna di terima oleh tanaman dan intensitas cahaya di terima kurang dari 5 %

Energi matahari sebagai energi kinetik di butuhkan untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis dan proses-proses lainnya untuk pembentukan gula, pati, protein, lemak dan lain-lain (Iswanto, 2002 ).

2.4.6.2. Kelembaban
Iswanto (2002) menyatakan bahwa kelembapan nisbi yang di butuhkan anggrek berkisar antara 60-80%. Kelembapan yang tinggi ini berfungsi untuk menghindari respirasi atau penguapan yang berlebihan. Akan tetapi kelembapan yang selalu tinggi dapat mengakibatkan kebusukan akar, karena itu kelembapan yang optimal perlu di jaga, salah satunya yaitu dengan teknik penyiraman yang tepat. Kelembapan rumah kaca pada rumah anggrek Kebun Raya Bogor di waktu pagi tempat yang teduh sekitar 86% dan pada yang terkena sianar matahari langsung sebesar 85%, sedangkan di waktu siang pada tempat yang teduh sebesar 72% dan pada tempat yang terkena sinar matahari langsung sebesar 60%
2.4.6.3. Temperatur
Suhu udara sekitar tempat penanaman anggrek berhubungan erat dengan ketinggian tempat dan cahaya matahari. ketinggian tempat (dari permukaan laut) sangat berpengaruh, semakin tinggi tempat semakin rendah suhu udaranya, tempat yang terbuka atau tidak memperoleh naungan, memiliki suhu tinggi dari pada tempat yang teduh atau tidak terkena matahari langsung (Iswanbto, 2002) .

Tabel 6: Temperatur Optimum Bagi Pertumbuhan Anggrek Sesuai dengan Ketinggian Habitat.

Tipe anggrek Ketingggian (m,dpl) Temperatur optimu (°C)
Siang Malam
Anggrek panas 0-650 26-30 21-26
Angrek sedang 650-1500 21-26 15-21
Anggrek dingin =1500 15-21 9-15


Sumber : Gunadi (1977)
2.4.7 Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah Hasil akhir dari perbanyakan tanaman secara kultur jaringan atau in-vitro yaitu berupa planlet. Planlet dapat di artikan sebagai tanaman kecil yang mempunyai pucuk pada bagian ujung dan akar pada bagian pangkal. Sebelum ditanam dilapangan planlet harus melalui masa kalimatisasi terlebih dahulu yaitu masa adaptasi tanaman hasil perbanyakan secara in-vitro yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada lingkungan lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi. Di samping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof ke tanaman autotrof.
Sebelum ditanam planlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna dan ukuran. Planlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap dan pertumbuhannya kekar (Tim Biotrain, 2001).
Menurut Widiastoety dan Santi (1977), media tumbuh yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerase baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah di dapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Media tumbuh yang sering digunakan antara lain moss, pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.


III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapang (PKL) perbanyakan tanaman anggrek secara generatif dengan menggunakan teknik in-vitro mengenai studi kasus Coelogyne pandurata Lindl. dilaksanakan mulai tanggal 8 Desember 2008 s/d 31 Januari 2009. Bertempat di laboratorium Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan kebun Raya Bogor, Bogor, Jawa Barat.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet (LAFC), microwave, autoklaf elektrik, botol kultur, alat diseksi (pinset, skalpel), rak dorong, baki, petridis, erlenmayer, labu ukur, gelas ukur, hansprayer, lampu bunsen, gunting, kamera, beaker glass, timbangan digital, timbangan analitik, hot plate magenetic stirrer, pH meter, kulkas, pipet tetes, pipet lurus, mikro pipet, poci ukur, kuas, mistar, alat pencuci, spatula, shaker putar, stopwatch, ember, sprayer, sekop, lux meter, golok, pisau, gunting, dan sendok.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Media vacint & went (VW) dengan komposisi unsur hara makro, unsur hara mikro, unsur hara besi, vitamin,yang telah di modifikasi dengan penambahan , sukrosa/gula pasir, agar , arang aktif, dan bahan-bahan organik. Selain itu pula di gunakan bahan-bahan lain berupa tisu, alkohol 96 %, alkohol 70 %, klorok, spirtus, mata pisau, detergen, fungisida, air kran, air aquades , air aquades steril, alumunium foil, kertas label, spidol permanen, korek api, NaOH, HCL, kertas, pot, media pakis, media pasir, media aklimatisasi dan kain.
Adapun eksplannya berasal dari 2 buah anggrek yang di panen dalam keadaan buah sudah matang yang berasal dari hasil penyilangan anggrek alam Coelogyne pandurat Lindl.
3.3. Metode PKL
3.3.1. Metode Pelaksanaan PKL
3.3.1.1. Orientasi
Orientasi dilakukan oleh mahasiswa magang sebelum melakukan PKL dengan cara dikumpulkan untuk menerima petunjuk, pengarahan dan menerima tugas dari pimpinan/pembimbing industri kegiatan orientasi ini berlangsung pada tanggal 09 September 2008.

3.3.1.2. Observasi

Mahasiswa magang secara langsung melakukan observasi terhadap lokasi, situasi dan kondisi lembaga PKT KRB serta pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan yang akan dijadikan tempat PKL. Kegiatan ini dilakukan 1–2 hari sebelum terjun di lapangan yakni pada tanggal 8–9 Desember 2008.
3.3.1.3. Adaptasi
Penyesuaian diri terhadap situasi dan kondisi praktek lapangan berjalan baik seiring berjalannya waktu. Hubungan dengan pembimbing dan karyawan Laboratorium Kultur Jaringan KRB pun terbina sangat baik. Sementara lokasi tempat tinggal tidak jauh dengan majelis pengajian sehingga ikut serta dalam kegiatan pengajian dan berbaur dengan masyarakat setempat..
3.3.1.4. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pembimbing PKL maupun para karyawan yang terkait dengan tanaman anggrek Coelogyne Pandurata Lindl. yang bertujuan untuk mendapatkan dan menambah informasi tentang budidaya dan kultur jaringan Coelogyne Pandurata Lindl.
3.3.1.5. Diskusi
Diskusi dilaksanakan sebelum atau setelah kegiatan di lapang pada saat menemukan hal-hal yang belum dimengerti untuk memperjelas informasi dengan pembimbing PKL, karyawan dan teman yang sedang atau telah melaksanakan PKL.
3.3.1.6. Studi Kasus
Studi kasus di lakukan terhadap anggrek hitam Coelogye pandurata Lindl. untuk mencari informasi mengenai keunggulan perbanyakan tanaman anggrek secara generatif dengan menggunakan teknik in-vitro.

3.3.1.7. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi dan data selengkap-lengkapnya mengenai teknik Perbanyakan Anggrek Secara in-vitro Pengumpulan informasi tertulis dan data untuk menyusun laporan Studi Kasus pada perbanyakan Coelogyne Pandurata Lindl. secara generatif dengan teknik in-vitro diperoleh dari buku catatan kegiatan semai, transplanting, kontaminasi, dan aklimatisasi yang telah dilakukan di laboratorium kultur jaringan Kebun Raya Bogor.
3.3.2. Pelaksanaan PKL
Praktik Kerja lapangan yang dilakukan di laboratorium kultur jaringan Kebun Raya Bogor dimulai dari penyusunan perencanaan kegiatan PKL di kebun Raya. Pembuatan perencanaan kegiatan dilaksanakan seminggu sebelum melaksanakan kegiatan PKL. Perencanaan ini mencakup kegiatan-kegiata apa saja yang akan di lakukan di tempat magang. Perencanaan kegiatan ini dapat di sesuaikan dengan jumlah SKS PKL yang telah di berikan oleh dosen pembimbing dari kampus yakni meliputi penyiapan eksplan, Pembuatan media, inisiasi dan aklimatisasi. Walaupun dalam prakteknya di lapangan perencanan ini terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah tertera namun di kondisikan dengan tempat PKL mahasiswa.

Dalam prakteknya di lapangan, penulis melakukan kegiatan studi kasus terhadap perbanyakan Coelogyne pandurata Lindl. Secara generatif dengan teknik in-vitro, kegiatan studi kasus ini bertujuan untuk megetahui dan memperolah informasi mengenai keunggulan perbanyakan anggrek secara kultur in-vitro yang menggunakan eksplan dari biji.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sekilas Mengenai Kabun Raya Bogor
4.1.1 Sejarah Kebun Raya Bogor
Pada tanggal 18 mei 1817 Kebun Raya Bogor di dirikan oleh seorang ahli botani berkebangsaan Jerman, yaitu Prof. Dr. C.G.C. Reindwardt, yang mendapatkan izin dari gubernur jendral Hindia Belanda di Batavia, dengan nama awal “S’ land Plantentun te Buitenzorg” atau “Hortus Botanicus Bogoriensi” dengan luas area 47 hektar. Setelah mengalami perkembangan, hingga saat ini luas area Kebun Raya Bogor adalah 87 hektar.
Pada awal abad 20 tahun 1817 Kebun Raya Bogor membangun fasilitas untuk penelitian . selain itu sejumlah lembaga penelitian telah di dirikan yaitu Herbarium Bogoriense, Laboratorium Treub, Bibiliotecha Bogoriensis, Zoological Museum Bogoriensis, dan Laboratorium Penyelidikan laut.Kebun Raya Bogor juga di lengkapi dengan perpustakaan, Bank Biji,nuseum biji, pembibitan tanaman, rumah kaca dan laboratoriun serta di tugaskan dalam penemuan ,pengumpulan jenis tanaman langka yang hamper punah di indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman, perubahan kondisi politik dan kebijakan indonesia, maka status dan fungsi Kebun Raya Bogor berubah mengikuti peraturan yang berlaku ,hingga pada tahun 1986 status Kebun Raya status Kebun Raya Bogor di tetapkan sebagai unit pelaksana teknis Kebun Raya Bogor berdasarkan Kepres RI. No. 1 tahun 1986 yang berada di bawah kedeputian ilmu pengetaghuan alam, lembaga ilmu pengetahuan indonesia (LIPI) dengan Pembina harian Puslitbang Biologi-LIPI serta membawahi 3 kebun raya lainnya: Cabang Balai Pengembangan Kebun Raya Cibodas, Cabang Balai Pengembanghan Kebun Raya Purwodadi, dan Cabang Kebun Raya Eka Bali.
Sebagai perwujudan akan pentingnya Kebun Raya Bogor dalam bidang konservasi, maka pada tagun 2001 status empat Kebun Raya di rubah, Kebun Raya Bogor di naikkan statusnya menjadi pusat konservasi tumbuhan, membawahi ketiga Kebun Raya Cabang yang statusnya sebagai unit pelaksana teknis (LIPI, 2005)
Kebun Raya Bogor merupakan museum tanaman dengan koleksi tanaman tropis terlengkap di dunia dengan jumlah koleksi terakhir 3504 jenis (spesies) tanaman, mencakup 1273 marga (genus) dari 199 suku (famili)
4.1.2 Kondisi Fisik

Kebun Raya Bogor memiliki letak astronomis pada 106 º32 Bujur Timur dan 6º 37 Lintang Selatan pada ketinggian 215- 250 m dpl , dengan temperature rata-rata 21.4-30.1º C.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Kebun Raya Bogor

Pusat konservasi tumbuhan Kebun Raya Bogor melaksanakan tugas :
 Mengamankan, meneliti dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya tumbuhan tropika khususnya tumbuhan Indonesia
 Merumuskan program penelitian dan pengembangan di bidang konservasi tumbuhan
 Mengkoordinasikan pembangunan dan pengelolaan konservasi ex--situ di berbagai tipe ekosistem di Indonesia
 Membina kerjasama di bidang perkebunrayaan baik di tingkat nasional maupun Internasional
 Mengendalikan kebijakan perdagangan pertukaran dan eksploitasi plasma nutfah genetika tumbuhan indonesia memlalui kerjasama dengan instansi terkait baik di ingkat nasional maupun Internasional

Fungsi Kebun Raya Bogor antara lain :
 Perumusan kebijakan pemerintah di bidang konservasi tumbuhan dan perkebunrayaan.
 Perencanaan pengembangan Kebun Raya dan pembangunan Kebun Raya sebagai kawasan konservasi ex-situ (melakukan eksplorasi rumbuhan di kawasan hutan, mengoleksi, mendata/registrasi dan melestarikannya.
 Pembinaan kesadaran masyarakat tentang pemehaman konservasi tumbuhan melalui kegiatan pnelitian, pendidikan dan koordinasi dengan instansi terkait.
 Pengenmdalian perdagangan,pertukaran, dan eksploitasi tumbuhan asli Indonesia .

4.1.4 Visi dan Misi Kebun Raya Bogor

Visi Kebun Raya Bogor yakni menjadi kebun raya terbaik kelas dunia terutama bidang konservasi tumbuhan dan pelayanaan dalam aspek botani , pendidikan lingkungan , hortikultura, lansekap dan pariwisata

Misi Kebun Raya Bogor yakni melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap Kebun Raya Bogor, tumbuhan dan lingkungnan dalam upaya pemanfaatan berkelanjutan.

4.1.5 Struktur Organisasi Kebun Raya Bogor

Pusat konservasi tumbuhan kebun raya bogor di pimpin oleh seorang kepala pusat yang memnawahi bidang konservasi Ex-situn , kelompok jabatan fungsional, nagian tata usaha UPT balai kinservasi tumbuhan. Bidang konservasi ex-situ di pimpin oleh seseorang kepala bidang yang membawahi empat (4) kepala sub divisi yaitu :
a) Sub bidang pemeliharaan koleksi
b) Sub bidang registrasi dan koleksi
c) Sub bidang seleksi dan pembibitan
d) Sub bidang reintroduksi tumbuhan
Kelompok jabatan fungsional peneliti di pimpin oleh seorang koordionator peneliti. Bagian tata usaha di pimpin oleh seorang kepala bagian yang membawahi empat kepla sub bagian yaitu :
a) Sub bagian kepegawaian
b) Sub bidang umum
c) Sub biodang keuangan
d) Sub bidang jasa dan informasi

Struktur Organisasi Kebun Raya Bogor terlampir.
4.1.6 Sejarah Divisi Anggrek Kebun Raya Bogor

Program eksplorasi flora nusantara yang telah di lakukan Kebun Raya Bogor sejak 1990 membuat koleksi anggrek semakin bertambah dari waktu ke waktu. Tingginya keragaman Anggrek Alam Indonesia menyebabkan koleksi tersebut semakin banyak dan beragam sehingga lama-kelamaan membutuhkan penanganan sendiri. Koleksi anggrek di tempatkan di kawasan khusus berupa rumag kaca . Secara struktur koleksi anggrek berada sdi bawah sub pemelliharaan koleksi dan di kepalai oleh kepala bidang konservasi dan koleksi. Dalam aktivitas sehari-hari tugas khusus divisi rumah anggrek antara lain :
• Menyelanggarakan inventarisasi anggrek
• Mengumpulkan dan memelihara koleksi anggrek alam asli Indonesia
• Memperbanyak dan mengembangkan anggrek hasil koleksi umruk berbagai tujuan program konservasi

Sebagai lembaga konservasi ex-situ Kebun Raya Bogor kini di fasilitasi oleh:
• Rumah anggrek lama yang berisi koleksi berbagai spesies anggrek dari seluruh wilayah Indonesia
• Rumah anggrek baru yang di gunakan sebagai euang display, baik berbaga spesies anggrek alam maupun anggrek hibrid untuk tujuan pendidikan, konservasi, maupun komersial.
• Laboratorium kultur jaringan sebagai tempat mengembangkan berbagai jenis koleksi hasil eksplorasi
• Ruang pembibitan sebagai tempat untuk melakukan aklimatisasi terhadap jenis-jenis anggrek yang di hasilkan dari perbanyakan di laboratorium.
41.7 Tujuan
Tujuan yang hendak di capai dari rumah anggrek Kebun Raya Bogor adalah :
 Menyelamatkan anggrek anggrek Indonesia dari ancaman kepunahan
 Melestarikan anggrek Indonesia secara ex-situ sebelum lenyap keberadaannya di habitat lainnya
 Mengelola dan mendayagunakan secara optimal koleksi yang dimiliki untuk berbagia keperluan terutama keperluan “display´ anggrek bagi masyarakat, peneliti, pendidikan dan pelatihan di bidang peranggrekan, reintroduksi anggrek langka ke habitat lainnya.
 Meneliti dan mengembangkan koleksi anggrek yang di miliki terutama yang bernilai ilmiah, langka, dan bernilai ekonomi
 Meningkatkan minat dan apresiasi masyarakat tentang anggrek indonesia melalui “display” anggrek spesies dan hibrid secara permanen di rumah “display” anggrek
 Merintis upaya komersialisasi anggrek langka berpotensi ekonomi selain untuk menekan pengambilan anggrek dari habitat alami juga akan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan lembaga dan karyawan
 Meningkatkan jumlah dan mutu sumber daya manusia untuk mendukung upaya pengelolaan rumah anggrek yang lebih profesional dan bertaraf internasional
 Meninghkatkan sarana dan prasarana yang di perlukan
 Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihakl terkait (“stakeholder”) di tingkat nasional dan internasional
 Bersama-sama pihak yang terkait membuat rencana strategi jangka pendek dan jangka panjang tentang pelestarian dan pengembangan anggrek Indonesia (Darnaedi Et, L., 2002)
41.8 Struktur Organisasi Divisi Rumah Anggrek

Divisi rumah anggrek memiliki dua orang pengawas yaitu pengawas koleksi anggrek dan pengawas laboratorium pengawas koleksi anggrek yaitu Drs.Didi Supardi membawahi bagian pemeliharaan tanaman koleksi termasuk registrasi. Sedangkan pengawas laboratorium yaitu Ibu Sofi Mursidawati, M.Sc. bertugas mmbawahi pengamat dan teknisi laboratorium yang melaksanakan aktivitas perbanyakan tumbuhan di laboratorium.

Karyawan yang bekerja di laboratorium umumnya berjumlah 6 orang. Di bagian pembibitan dan aklimatisasi 1 orang, di bagian pemeliharaan dan koleksi 10 orang .

Struktur bagan organisasi divisi anggrek dapat dilihat pada lampiran.

41.9 Kegiatan di rumah anggrek

Kegiatan yang di lakukan divisi rumah anggrek meliputi :
 Kegiatan yang di lakukan di laboratorium dan unit perbanyakan yaitu :
• Perbanyakan atau propogasi di laboratorium secara aseptic dan kultur jaringan
• Penanaman bibit pada media tumbuh dan aklimatisasi tumbuhan hasil dari perbanyakan di laboratorium
 Kegiatan yang di lakukan untuk koleksi permanent
• Registrasi terhadap koleksi yang di miliki
• Pemberantasan hama dengan menggunakan indektisida, pestisida, bekterisida setiap dua minggu sekali
• Penyiangan gulma
• Pemupukan
• Penyiraman yang di lakukan setiap pagi pukul 08.00 dan setiap sore pukul 15.00

41.10 Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan KRB

Rumah anggrek Kebun Raya Bogor memiliki laboratorium kultur jaringan tanaman dengan sarana dan prasarana yang sudah cukup baik. yang menjadi syarat mutlak dari terlaksananya teknik kultur jaringan tumbuhan adalah kebersihan laboratorium, secara garis besar ruangan yang terdapat di laboratorium kultur jaringan tanaman KRB adalah sebagai berikut :
 Ruang Penyimpanan Zat Kimia dan Autoklaf
Ruangan ini adalah tempat zat-zat kimia di simpan di dalam kulkas dan lemari dan juga di gunakan sebagai tempat penyimpanan larutan stok. Di dalam ruangan ini juga terdapat autoklaf yang di gunakan untuk sterilisasi media juga terdapat kompor yang berfungsi sebagai tempat memasak media dan tempat memasak tanaman yang terkontaminasi sebelum di cuci. Ruangan ini tidak perlu aseptik tetapi harus selalu dalam keadaan yang bersih.
 Ruang Tempat Pembuatan Media
Pada ruangan ini terdapat timbangan digital dan timbangan toledo, pH meter, rak tempat menyimpan botol kultur, oven, inkubator, miskroskop dan yang mendukung pekerjaan kultur jaringan tanaman di laboratorium. Ruangan ini di gunakan juga untuk pembuatan media dan lain-lain.
 Ruang Tanam
Di dalam ruangan ini terdapat laminar air flow cabinet (LAFC), rak penyimpanan botol-botol yang sudah berisi media ,air steril, alat tanam dan AC, ruangan ini harus di jaga agar aseptik.
 Ruang Penyimpanan Media
Ruangan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan media yang telah di buat dan di ambil ketika di butuhkan
 Ruang Inkubator dan Shaker
Ruang ini letaknya tersendiri dengan rak-rak tempat botol-botol berisikan biji-biji anggrek tanaman yang telah di inisiasi, botol-botol tersebut di susun dengan rapi di bawah lempu neon yang menempel pada bagian atas rak. Pada ruangan ini terdapat AC yang suhunya di atur pada 25ºC. Tempat ini harus aseptik guna menghindari terjadinya kontaminasi
 Kantor
Di gunakan sebgi tempat mengolah dan meyimpan data-data hasil penelitian

 Mushollah
 Wastanger
 Gudang
Tempat penyimpanan gelas-gelas yang telah di sterilisasi dan penyimpanan barang-barang laboratorium yang jarang di gunakan
 Kran Tempat Pencucian Gelas
 Toilet
Denah Laboratorium Terlampir
4.2 Hasil Studi Kasus
4.2.1 Biji Semai
Table 6 : Kegiatan penyemaian Anggrek Coelogyne Padurata Lindl. di Kebun Raya Bogor


Nama Kode tanaman Tgl semai Urut semai Media Ket
Coelogyne pandurata I.VI.02 03 juni 2002 S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S9,D10,S11,S12,S13,S14,S15,S16,S17,S18,S19,S20,S21,S22,S233,S23,S24,S25,S26,S27,S28,S29,S30,S31,S32,S33,S34,S35,S36,S37,S38,S39,S40,S41,S42,S43,S44,S45 HS Dua Buah masak

4.2.2 Transplant

Table 7 : Kegiatan Transplant Anggrek Coelogyne Padurata di Kebun Raya Bogor

No Nama Kode tanam Tanggal tanam Urut tanam Media Ket
1 Coelogyne pandurata I.VI.02 21 /11/ 2002 T1 - T8 T1 1 botol
2 Coelogyne pandurata I.VI.02 1 /4/ 2004 R1 - R23 VT9 3 botol
3 Coelogyne pandurata I.VI.02 27 /5/ 2004 R1 - R25 VT9 1 botol
4 Coelogyne pandurata I.VI.02 28 /5/ 2004 R1 – R34 VT9 6 botol
5 Coelogyne pandurata I.VI.02 21 /7/ 2004 R1 - R25 T1 4 botol
6 Coelogyne pandurata I.VI.02 26 /7/ 2004 R1 - R T1 1 botol
7 Coelogyne pandurata I.VI.02 19 /3/ 2005 R1 - R35 VT9 3 botol
8 Coelogyne pandurata I.VI.02 21 /3/ 2005 R1 - R35 VT9 3 botol
9 Coelogyne pandurata I.VI.02 28 /4/ 2005 R1 - R56 VT9 5 botol
10 Coelogyne pandurata I.VI.02 30 /4/ 2005 R1 - R43 VT9 4 botol
11 Coelogyne pandurata I.VI.02 2 /5/ 2005 R1 - R46 VT9 1 botol
12 Coelogyne pandurata I.VI.02 30 /5/ 2005 R1 - R37 VT9 3 botol
13 Coelogyne pandurata I.VI.02 31 /5/ 2005 R1 – R35 VT9 3 botol
14 Coelogyne pandurata I.VI.02 27 10/ 2005 R1 - R27 VT9 3 botol
15 Coelogyne pandurata I.VI.02 8 /5/ 2006 R1 - R34 VT9 3 botol
16 Coelogyne pandurata I.VI.02 24 /5/ 2006 R1 – R36 VT9 3 botol
17 Coelogyne pandurata I.VI.02 27 /5/ 2006 R1 – R30 VT9 2 botol
18 Coelogyne pandurata I.VI.02 5 /6/ 2006 R1 – R33 VT9 3 botol
19 Coelogyne pandurata I.VI.02 27 /6/ 2006 R1 – R17 T1 1 botol
20 Coelogyne pandurata I.VI.02 29 /6/ 2006 R1 – R34 VT9 3 botol
21 Coelogyne pandurata I.VI.02 31 /6/ 2006 R1 - R41 VT9 4 botol
22 Coelogyne pandurata I.VI.02 17 /10/ 2006 R1 – R36 VT9 4 botol
23 Coelogyne pandurata I.VI.02 21 /11/ 2006 R1 – R13 VT9 3 botol
24 Coelogyne pandurata I.VI.02 18 /1/ 2007 R1 – R30 VT9 8 botol
25 Coelogyne pandurata I.VI.02 22 /1/ 2007 R1 – R15 VT9 6 botol
26 Coelogyne pandurata I.VI.02 9 /5/ 2007 R1 – R62 VT9 9 botol
27 Coelogyne pandurata I.VI.02 10 /5/ 2007 R1 - R40 VT9 5 botol
28 Coelogyne pandurata I.VI.02 1 /2/ 2008 R1 – R15 VT9 2 botol (4D)
29 Coelogyne pandurata I.VI.02 4 /2/ 2008 R1 – R17 VT9 2 botol (4D)
30 Coelogyne pandurata I.VI.02 12 /2/ 2008 R1 - R43 VT9 5 botol (4D)
31 Coelogyne pandurata I.VI.02 13 /2/ 2008 R1 – R30 VT9 4 botol (4D)
32 Coelogyne pandurata I.VI.02 10 /3/ 2008 R1 – R52 VT9 6 botol (4D)
33 Coelogyne pandurata I.VI.02 11/3/ 2008 R1 – R32 VT9 4 botol (4D)
34 Coelogyne pandurata I.VI.02 25 /3/ 2008 R1 – R32 VT9 (14) + T1(18) 4 botol (3B)
35 Coelogyne pandurata I.VI.02 26 /3/ 2008 R1 – R34 VT9 + T1 4 botol (3B)
36 Coelogyne pandurata I.VI.02 27 /3/ 2008 R1 - R46 VT9 + T1 7 botol (3B)
37 Coelogyne pandurata I.VI.02 28 /3/ 2008 R1- R36 VT9 3 botol (3B)
38 Coelogyne pandurata I.VI.02 31 /3/ 2008 R1 - R9 VT9 (1)+T1(8) 7 botol (3B)
39 Coelogyne pandurata I.VI.02 7 /4/ 2008 R1 – R24 VT9+ T1 4 botol (3B)
40 Coelogyne pandurata I.VI.02 9 /6/ 2008 R1 – R39 VT9 9 botol (3B)
41 Coelogyne pandurata I.VI.02 30 /6/ 2008 R1 – R23 VT9 4 botol (3C)
42 Coelogyne pandurata I.VI.02 18 /7/ 2008 R1 – R27 VT9 4 botol (3B)
43 Coelogyne pandurata I.VI.02 21 /7/ 2008 R1 – R34 VT9 3 botol (3B)
44 Coelogyne pandurata I.VI.02 15 /9/ 2008 R1 – R29 VT9 2 botol (3B)
45 Coelogyne pandurata I.VI.02 16 /10/ 2008 R1 – R25 VT9 3 botol
46 Coelogyne pandurata I.VI.02 26 /11/ 2008 R1 – R21 VT9 1 botol (3E)
Jumlah 1410 botol

4.2.3 Kontaminasi
Table 8 : Data Tanaman Anggrek Coelogyne Yang Terkontaminasi

No Nama Kode semai Tanggal tanam Media ∑
Botol Ket
1 Coelogyne pandurata I.VI.02 3/6/2002 HS 1 K
2 Coelogyne pandurata I.VI.02 21/11/2002 T1 4 K
3 Coelogyne pandurata I.VI.02 8/6/2004 VT9 1 K
4 Coelogyne pandurata I.VI.02 21/7/2004 T1 1 K
5 Coelogyne pandurata I.VI.02 30/4/2005 VT9 1 M
6 Coelogyne pandurata I.VI.02 8/2/2006 VT9 4 K
7 Coelogyne pandurata I.VI.02 8/5/2006 VT9 1 K
8 Coelogyne pandurata I.VI.02 24/5/2006 VT9 2 K
9 Coelogyne pandurata I.VI.02 27/5/2006 VT9 2 K
10 Coelogyne pandurata I.VI.02 5/6/2006 VT9 1 K
11 Coelogyne pandurata I.VI.02 31/7/2006 VT9 4 K
12 Coelogyne pandurata I.VI.02 17/10/2006 T1 3 K
13 Coelogyne pandurata I.VI.02 17/10/2006 VT9 3 K
14 Coelogyne pandurata I.VI.02 21/11/2006 VT9 6 K
15 Coelogyne pandurata I.VI.02 28/9/2006 VT9 1 K
16 Coelogyne pandurata I.VI.02 18/1/2007 VT9 4 K
17 Coelogyne pandurata I.VI.02 22/1/2007 VT9 3 |M
18 Coelogyne pandurata I.VI.02 25/1/2007 VT9 1 K
19 Coelogyne pandurata I.VI.02 2/4/2007 VT9 1 K
20 Coelogyne pandurata I.VI.02 9/5/2007 VT9 11 K
21 Coelogyne pandurata I.VI.02 10/5/2007 VT9 13 K
22 Coelogyne pandurata I.VI.02 31/1/2008 VT9 24 K
23 Coelogyne pandurata I.VI.02 1/2/2008 VT9 9 K
24 Coelogyne pandurata I.VI.02 4/2/2008 VT9 12 K
25 Coelogyne pandurata I.VI.02 12/2/2008 VT9 22 K
26 Coelogyne pandurata I.VI.02 13/2/2008 VT9 22 K
27 Coelogyne pandurata I.VI.02 31/2/2008 VT9 1 K
28 Coelogyne pandurata I.VI.02 10/3/2008 VT9 23 K
29 Coelogyne pandurata I.VI.02 11/3/2008 VT9 3 K
30 Coelogyne pandurata I.VI.02 19/3/2008 VT9 1 K
31 Coelogyne pandurata I.VI.02 25/3/2008 VT9 8 K
32 Coelogyne pandurata I.VI.02 26/3/2008 T1 1 K
33 Coelogyne pandurata I.VI.02 26/3/2008 VT9 3 K
34 Coelogyne pandurata I.VI.02 27/3/2008 VT9 14 K
35 Coelogyne pandurata I.VI.02 28/3/2008 VT9 8 K
36 Coelogyne pandurata I.VI.02 31/3/2008 T1 1 K
37 Coelogyne pandurata I.VI.02 31/3/2008 VT9 5 K
38 Coelogyne pandurata I.VI.02 2/4/2008 VT9 1 K
39 Coelogyne pandurata I.VI.02 16/4/2008 VT9 2 K
40 Coelogyne pandurata I.VI.02 7/4/2008 VT9 7 K
41 Coelogyne pandurata I.VI.02 7/4/2008 T1 3 K
42 Coelogyne pandurata I.VI.02 28/4/2008 VT9 1 K
43 Coelogyne pandurata I.VI.02 8/5/2008 VT9 1 K
44 Coelogyne pandurata I.VI.02 9/6/2008 VT9 6 K
45 Coelogyne pandurata I.VI.02 16/6/2008 VT9 3 K
467 Coelogyne pandurata I.VI.02 30/6/2008 VT9 6 K
47 Coelogyne pandurata I.VI.02 4/7/2008 VT9 1 K
48 Coelogyne pandurata I.VI.02 18/7/2008 VT9 12 K
49 Coelogyne pandurata I.VI.02 21/7/2008 VT9 12 K
50 Coelogyne pandurata I.VI.02 21/8/2008 |VT9 1 K
51 Coelogyne pandurata I.VI.02 2/9/2008 VT9 1 K
52 Coelogyne pandurata I.VI.02 15/9/2008 VT9 6 K
53 Coelogyne pandurata I.VI.02 28/9/2008 VT9 5 K
54 Coelogyne pandurata I.VI.02 10/10/2008 VT9 2 K
55 Coelogyne pandurata I.VI.02 16/10/2008 VT9 2 K
56 Coelogyne pandurata I.VI.02 17/10/2008 VT9 1 K
57 Coelogyne pandurata I.VI.02 21/10/2008 VT9 2 K
58 Coelogyne pandurata I.VI.02 26/11/2008 VT9 5 K
Jumlah 337 botol

4.2.4 Aklimatisasi
Table 9 : Kegiatan Aklimatisasi Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. Di Kebun Raya Bogor (belum teraklimatisasi semua)

No Tanggal tanam Kode semai Keterangan keluar ∑
Botol ∑ Yang di pindah ∑
hidup
1 22 /2/ 2006 I.VI.02 Daun coklat 15 91 gelas - 90
2 6 /2/ 2006 I.VI.02 Sehat 26 80 gelas - 61
3 27 /7/ 2006 I.VI.02 Kontaminasi 8 63 gelas - 6
4 3 /8/ 2006 I.VI.02 Kontaminasi 1 9 pot - 1
5 19 /9/ 2006 I.VI.02 Mati 27 84 pot
6 10 /10/2006 I.VI.02 Daun coklat 4 25 pot
7 2 /8/ 2007 I.VI.02 Kontaminasi 2 6 gelas
8 6 /8/ 2007 I.VI.02 Daun coklat 6 17
9 8 /8/ 2007 I.VI.02 Mati 10 24
10 15 /8/ 2007 I.VI.02 Sehat 5 27
11 14 /1/ 2009 I.VI.02 Daun coklat 50 100

4.3 Pembahasan
Dari hasil tabel di atas dapatlah di ketahui bahwasanya perbanyakan anggrek secara generatif dengan penggunaan teknik in-vitro merupakan solusi terbaik bagi perkembang-biakan/perbanyakan anggrek secara cepat dan berkualitas baik. Karena menurut salah satu ilmuan anggrek, perbanyakan anggrek dengan biji sangat sulit di lakukan di lapangan dengan metode konvensional karena biji anggrek lembut sekali dan dalam 1 buah terdapat hingga jutaan biji. Selain itu anggrek tidak seperti tanaman monokotil lainnya, biji anggrek tidak mempunyai “putih lembaga” (endosperm)” yang pada tanaman lain berfungsi sebagai pemberi tanaman kepada kecambah yang sedang tumbuh. Embrio pada anggrek tidak mempunyai “keping lembaga’(radicle). Selama perkecambahan biji, makanan tak dapat di peroleh dari luar biji. Embrio tersebut masih merupakan massa sel-sel yang tidak mengalami “deferensiasi” (pembagian tugas dalam sel-sel) sebelum terjadi perkecambahan.
Bila suatu biji anggrek berkecambah, maka mula-mula ia akan berupa bintik satu halus, belum mempuyai akar, daun maupun batang di sebut protocorm. Jadi protocorm itu baru merupakan biji yang menggembung dan belum mengalami “diferensiasi” atas sel-sel nya. Ia kemudian akan tetap dalam keadaan demikian itu, kadang-kadang sampai dua tahun dan biasanya tidak akan tumbuh lebih lanjut bila tak di infeksi oleh jamur tertentu yakni mycorriza atau jamur mycorrhizal yang merupakan symbiont atau kawan kerjasama dari si anggrek, biasanya adalah satu jenis (spesies) dari rhizoctonia. Jamur inilah yang dalam keadaan alamiah biasa menyediakan senyawa-senyawa organik yang perlu untuk pertumbuhan selanjutnya dari embrio anggrek. Ia memecahkan molekul-molekul yang besar (dengan proses hidrolisa) seperti karbohidrat( hidro-arang) yang tak dapat larut menjadi molekul-molekul) dan tak dapat larut seperti gula sehingga dapat di manfaatkan oleh anggrek (sebagai sumber tenaga) untuk pertumbuhan biji, tepatnya benih yang sedang berkecambah. Dengan kegiatan mycorriza itu pula senyawa-senyawa protein – yang lebih kompleks dari pada karbohidarat hilang dalam proses asimilasi N.
Jamur tersebut memperoleh bahan-bahan atau zat yang di perlukannya dari sisa-sisa kehidupan di tempatnya dan sebagian dari anggrek. Maka dengan demikian si jamur memperoleh makanannya sendiri, sedang benih anggrek dalam lingkungan seperti ini dapat memanfaatkan sebagian untuk perkecambahannya. Anggrek dalam tingkat permulaan dari pertumbuhannya seperti ini yaitu setelah terkena infeksi oleh jamur mycorriza masih sangat bergantung sendiri atas penyediaan makanan dari simbiontnya Itu. Dari keadaan protocorm yang tumbuh perlahan sekali. Akhirnya dari puncak protocorm ini tumbuh daun pertama yang disusul oleh akar-akar itu berarti telah terjadi ‘defferensiasi’ atau pembagian tugas antar sel-sel. ada sel yang bertugas menjadi daun, ada yang menjadi batang, akar dan sebagainya. Hal ini terjadi beberapa bulan setelah perkecambahan.
Berkat penyelidikan yang dilakukan oleh seorang ilmuan dari Universitas Corrnel yaitu Dr.Lewis Knudson dan di umumkan pada tahun 1922, maka anggapan bahwa benih anggrek akan sulit berkecambah bahkan tak mungkin berkecambah tanpa bantuan jamur mycorriza sudah dapat di tepis, Knudson mengemukakan bahwa benih anggrek dapat di disinfeksikan dan di tumbuhkan seperti bakteri di atas media steril yaitu agar-agar yang mengandung gula dan mineral-mineral tertentu sebagai makanan dan penebarannya di lakukan dalam botol-botol. Karena penebaran ini di namakan “kultur botol”. Penyelidikan Knudson ini di dasari atas keraguannya bahwa jamur itu memainkan peranan yang begitu mutlak. Ia kemudian meneliti kemungkinan bahwa fungsi jamur ini semata-mata hanya meminjamkan kepada anggrek tersebut enzim-enzim yang tidak di punyainya untuk memungkinkan pemecahannya atau penguraian senyawa-senyawa organik yang kompleks untuk membentuk senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti gula. Hasilnya seperti yang kita lihat bahwa benih yang di taburkan di dalam botol tersebut ternyata dapat tumbuh setelah di keluarkan dari dalam botol dan dapat menjadi tanaman dewasa normal dan berbunga. Bahkan dapat menghasilkan bibit-bibit dalam jumlah yang cukup besar dan kwalitasnya baik.
Ini juga dapat di buktikan dengan studi kasus yang di lakukan oleh penulis terhadap jenis anggrek Coelogyne pandurata Lindl. yang di perbanyak secara generatif dengan teknik in-vitro di lakukan di Kebun Raya Bogor.
Biji anggrek di peroleh dari anggrek spesies/anggrek alam yang buahnya di peroleh dari hasil penyerbukan buatan. Awalnya anggrek ini berasal dari 2 buah yang di panen dalam keadaan yang sudah matang, anggrek ini kemudian di semai, sebelum penyemaian di lakukan buah anggrek harus terlebih dahulu di beri perlakuan sterilisasi, sterilisasi buah anggrek dapat di lakukan dengan menggunakan klorox, larutan tween, dan air steril. Adapun prosedur sterilisasi anggrek ini adalah : biji di keluarkan dari buah yang sudah pecah dan di masukan dalam erlenmeyer atau tabung reaksi yang sudah berisi larutan klorox, 10% kemudian di vacum selama kurang lebih 15 menit, biji-biji akan mengendap di dasar tabung kemudian klorox diambil sedikit demi sedikit dan di buang dengan menggunakan pipet tetes, biji akan mengendap di dasar tabung di bilas, pembilasan dapat di lakukan 2-3x dengan menambahkan aquadest steril ke dalam tabung reaksi kemudian di masukan larutan klorox 5% di bilas dengan menggunakan aquadest, bilas sampai 3x, biji siap untuk di semai. Kegiatan sterilisasi ini di lakukan di dalam laminar.
Penyemaian biji anggrek Coelogyne pandurata Lindl. ini di lakukan pada tanggal 3 juni 2008, dengan teknik in-vitro yaitu dalam keadaan aseptic, di lakukan di dalam laminar air flow cabinet (LAFC). Yang perlu di perhatikan dalam kegiatan penyemaian ini adalah menjaga tingkat kesterilan laminar, sehingga biji yang kita semai dapat menghasilkan bibit yang bebas dari kontaminasi. Penjagaan tersebut dapat kita lakukan dengan penyemprotan tangan sebelum bekerja di laminar dengan alcohol 70 % dan melepaskan semua perhiasan tangan seperti cincin, jam, dan sebagainya. Selain itu pula pada saat bekerja di laminar usahakan jangan terlalu banyak ngobrol atau bercanda, kalau perlu kita harus menggunakan masker/tutup mulut dan usahakan pula tangan kita jangan- terlalu banyak keluar masul laminar, karena hal-hal tersebut semua dapat mengundang hadirnya kontaminasi pada tanaman yang akan kita semai.
Dari penyemaian yang berasal dari 2 buah anggrek yang matang, dapat menghasilkan calon bibit semai sebanyak 45 botol. Kemudian calon bibit semai yang tersebut kita tumbuhkan pada ruangan ber AC di ruang penyimpanan yang kondisinya harus selalu aseptic/bebas dari mikroorganisme. 2 - 3 hari setelah penyemaian dan seterusnya, hasil semaian tersebut harus selalu di amati, apabila ada biji yang telah terkontaminasi, harus segera di keluarkan dari ruangan penyimpanan karena dapat menularkan kontaminasi ke biji-biji dalam botol lainnya. Selain itu di lakukan pula pengamatan terhadap, kecambah biji di tandai dengan biji tampak berubah menjadi hijau ,ini terjadi setelah beberpa minggu, untuk Coelogyne membutuhkan waktu sekitar belasan hari untuk perubahan biji menjadi protocorm tahap awal, biasanya perkecambahan biji anggrek ini tidak terjadi secara serempak, ada sebagian biji yang berkecambah lebih awal dari yang lainnya sehigga memperlihatkan perkembangan yang lebih maju di bandigkan yang lain. Hal ini dapat terjadi karena biji-biji yang terdapat dalam satu buah yang sama mengaltami proses pembentukan dan pertumbuhan yang tidak seragam sehingga sering mempunyai kualitas dan perilaku yang berbeda-beda., perbedaan ukuran perkecambahan juga mempengaruhi variasi ukuran semai pada media transplan I, kecambah yang tumbuhnya lebih mempunyai kapasitas untuk tumbuh lebih cepat setelah di pindah tanamkan ke media Transplan 1 dan 11, baik untuk Hyponex maupun vacin went.
Biji yang telah membesar di dalam botol persemaian harus segera di lakukan sub kultur/transplant agar pertumbuhannya stabil dan tidak ada perebuta unsur hara tanaman. biji dari Coelogyne pandurata Lindl. setelah tumbuh menjadi protocorm-protocorm yang sangat banyak dapat di pindahkan ke media Hiponex 2 atau media yang komposisi dasarnya adalah media Vacint&went Transplan 1 yang di modifikasi dengan penambahan bahan organik.
Penjarangan populasi dalam 1 botol akan mengurangi kompetisi perolehan nutrisi yang ketat, karena media transplant mengandung nutrisi dan zat-zat pengatur tumbuh yang di perlukan untuk merangsang pertumbuhn akar dan daun .Botol di simpan kembali dalam ruang inkubasi hingga kecambah berkembang manjadi semai (plantlet) yang memiliki akar dan daun. Setelah itu media di pindah tanam ke media Hiponex atau media vacin & went, transplan II (media pembesaran planlet) sampai siap untuk di aklimatisasi. Pada tahap transplat II, setiap botol hanya berisi 7 bibit .


Gambar 2 : Keadaan biji semai Anggrek

Dari hasil studi kasus di atas bibit semai yang berasal dari 45 botol semai setelah di transplant ke media Ti dan selanjutnya ke media VT9 (T2) dapat menghasilkan sekitar 1410 botol dan dari 1410 botol tersebut 337 botol di antaranya terserang kontaminasi oleh jamur dan bakteri dan pada akhir pengamatan penulis ada sekitar 1073 botol tanaman yang akan siap untuk di aklimatisasi atau di hidupkan di lingkungan luar. Setiap botol berisi 7 tanaman, jadi 1.073 x 7 tanaman = 7511 tanaman yang akan di aklimatisasi. Namun dari informasi yang dapat penulis sampakan hingga akhir pelaksanaan PKL yang terlihat di lapangan untuk anggrek Coelogyne pandurata Lindl. yang di beri kode 1.1V.02 yang telah di aklimatisasi ada sekitar 154 botol. Sehingga dari informasi ini dapat di simpulkan/diketahui bawa produksi anggrek yang di lakukan dengan teknik in-vitro khususnya dengan menggunakan eksplan dari biji sangatlah menguntungkan karena dari 2 buah matang data menghasilkan 7.511 tanaman yang siap untuk di aklimatisasi.
Tingginya tingkat kontaminasi yang terjadi pada kegiatan kultur jaringan tanaman anggrek ini dapat di sebabkan oleh beberapa hal, baik itu dari lingkungan kerja, peralatan kultur, metode pekerjaan atauapun dari manusia yang melakukan kegiatan tersebut.

Gambar 3 : Eksplan anggrek terkontaminasi

Secara umum agar kegiatan kultur jaringan berjalan baik dan bahan tanam dapat tumbuh berkembang seperti yang di harapkan maka pada tahap inkubasi di ruang kultur pengendalan temperatur, cahaya, tingkat kelembapan dan bebrapa faktor lingkungan lain yang menunjang adalah merupkan hal yang perlu mendapatkan perhatian

Pada ruang inkubasi atau kultur adanya air conditioner (AC) sangat baik untuk menjamin lancarnya airase udara dan pengaturan suhu. Lampu fluorescent dan pengaturan waktu (Timer) di perlukan guna memudahkan pengaturan lamantya penyinaran dan fase gelap karena lingkungan harus selalu terkedali maka lebih bagus menyediakan generator , sebagai penganti apabila terjadi listrik padam, karena gangguan listrik tidak saja menggangu fase penyinaran bagi tanaman tetapi juga akan mengakibatkan naiknya temperature ruang inkubasi dan bila terlalu lama akan menganggu pertumbuhan tanaman. (Santoso, 2001).


Gambar 4 : Eksplan anggrek Coelgyne pandurata Lindl. abnormal

Adapun kegiatan-kegiatan yang di lakukan selama magang adalah sebagai berikut :
4.3.1 Sterilisasi Peralatan Kultur Jaringan
Alat-alat yang di gunakan dalam proses penanaman dalam kegitan kultur jaringan tanaman sebelum di gunakan harus di sterilisasi terlebih dahulu. dengan menggunakan autoclaf atau oven. Adapun proses sterilisasi alat adalah sebagai berikut untuk peralatan gelas seperti botol kultur, petridish, Erlenmeyer, gelas ukur dll, di cuci dengan detergen di bawah air yang mengalir kemudian. Sebelum mencuci botol-botol kultur tersebut, botol-botol yang berisi tanaman yang terkontaminasi bakteri atau jamur terlebih dahulu di panaskan di autoclaf pada tekanan 17,5 PSi dan suhu 121°C selama kurang lebih 60 menit. Agar jamur dan bakteri yang terdapat di dalamnya mati. Gelas-gelas kultur yang telah di cuci sebelum di gunakan dalam pembuatan media terlebih dahulu harus di setrilisasi dengan autoclave/oven pada suhu 121°C dan tekanan 17,5 PSi Selma kurang lebih 1 jam..

Sedangkan untuk peralatan di seksi (scalpel, pinset, gunting dll), setelah di cuci dan di tiriskan di bungkus dengan kertas bekas yang tidak bertuliskan huruf, kemudian di sterilisasi dalam oven pada suhu 121°C, dan sebelum di gunakan di dalam laminar air flow cabinet (LAFC) terlebih dulu di semprot dengan alkohol 90% kemudian di panaskan di api Bunsen. Khusus untuk scalpel gagangnya dapat di sterlisasi dengan pemanasan (autoclave/oven) namun pisaunya dapat menjadi tumpul apabila di panaskan pada suhu yang tinggi oleh karena itu pisaunya dapat di sterilisasi dengan pencelupan dalam alkohol atau larutan kaporit dan siap di gunakan dalam kegiatan penyemaian biji atau transplant.


Gambar 5 : pencucian Peralatan Gelas

Gambar 6 : Strilisasi Peralatan Gelas dan
alat diseksi
4.3.1 Sterilisasi Air Dan Media Kultur
Media dan air aquades yang akan digunakan dalam proses penanaman sebelumnya harus di sterilisasi dahulu. Air di sterilisasi dalam Erlenmeyer yang di isi sebanyak 75 ml air. Aquadest, dan di tutup dengan menggunakan alumunium foil, demikian pula dengan media. Media kultur yang telah di masukan ke dalam botol kultur dan di tutup dengan tutup plastik juga di sterilisasi dengan menggunakan autoclave selama kurang lebih 30 menit pada suhu 121°C dengan tekanan 15 PSi sedangkan untuk media dengan campuran modifikasi bahan organic seperti tamabahan pisang, ubi jalar, kentang, tomat dll, di strilisasi pada suhu 127 °C dan tekanan 15 PSi. selama I jam.


Gambar 7 : sterilisasi Media Tanam dan air aquadest

4.3.2 Sterilisasi Lingkungan Kerja
Sterilisasi lingkungan kerja sangat di perlukan kondisi yng steril benar-benar sangat di butuhkan utuk proses kegiatan kultur jaringan di dalam laboratoroium khuisusnya kegiatan penanaman. Lingkungan kerja untuk teknik in-vitro terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan umum meliputi ruang transfer secara keseluruhan sedangkan lingkungan khusus meruupakan lingkungan di dalam LAFC. Keberhasilan sterilisasi lingkungan umum dapat di pertahankan dengan membatasi orang yang keluar masuk ruangan serta membersihkan ruangan secara teratur, agar kotoran dari luar tidak terbawa masuk ke dalam ruangan, petugas yang masuk ruangan harus memakai alas kaki dan jas lab khusus yang hanya di gunakan dalam ruangan tersebut. Untuk LAFC sebelum di gunakan permukaan tempat kerjanya sebelum di gunakan sebagi tempat penanaman terlebih dahulu di semprot dengan menggunakan alkohol 70% kemudian di lap dengan menggunakan tissue dan 30 menit- 1 jam menit sebelum LAFC di gunakan, lampu UV harus sudah di nyalakan untuk membersihkan kontaminasi yang terdapat di permukaan tempat kerja, dan baru setelah itu di matikan dan menyalakan lampu TL dan blowernya, demikian juga sehabis bekerja, permukaan tempat kerja di bersihkan dengan alkohol 70% atau dengan lampu UV di nyalakan selama30 menit-1 jam.
4.3.3 Penyiapan Eksplan
Eksplan yang di gunakan dalam perbanyakan anggrek Coelogyne pandurata Lindl..adalah eksplan yang berasal dari biji . Biji tersebut di ambil dari buah yang telah matang di pohon. Buah yang di ambil berasal dari hasil penyerbukan sesama anggrek alam yang di lakukan oleh manusia atau di sebut dengan penyerbukan buatan. Penyerbukan ini di lakukan dalam satu tanaman dengan tujuan untuk memperkuat sifat tanaman, karena Anggrek yang di kembangkan di Kebun Raya Bogor ini adalah jenis anggrek spesies.







Gambar 8 : Buah Coelogyne Pandurata Lindl.
Gambar 8 : Buah Coelogyne Pandurata Lindl.
Semua bunga anggrek bersifat hermafrodit yaitu polinia (serbuk sari) dan stigma (putik) terdapat di dalam satu bunga. Berbagai jenis anggrek masing-masing berbeda dari segi warna bunga, bentuk dan kedudukan sepal/petal, tebal, tipisnya dan lain-lain. Namun alat kelamin jantan dan betina selalu terdapat dalam satu bunga (Hendaryono, 2002).

Di Kebun Raya Bogor polinasi/penyerbukan anggrek sering menggunakan tekhnik selfing, selfing merupakan penyerbukan dengan memasukan pollenia dalam stigma dari kuntum bunga yang sama.. Bunga yang di serbuki dengan teknik selfing akan menghasilkan buah. Adapun proses penyerbukan buatan pada tanaman anggrek adalah :
 Alat untuk mengambil pollen (serbuk sari) adalah sebatang lidi kecil atau tusuk gigi. Dengan menggunakan lidi/ tusuk gigi tersebut, buka Cap pollen yang terdapat pada ujung column, dan akan terlihat di dalamnya polinia
 Pollen akan menempel pada ujung lidi kemudian dengan hati-hati pollen tersebut di letakkan pada lubang stigma sampai benar-benar menempel
 Setelah proses penyerbukan selesai, maka pada tangkai bunga yang telah di serbuki di beri label yang telah bertuliskan induk silangan, tanggal penyerbuakan dan nama orang yang melakukan penyerbukan
Selama penyerbukan anggrek berjalan kurang lebih 3 hari perlu di lakukan pengamatan. Apabila kuntum bunga masih segar atau berwarna kehijauan, maka penyerbukan bisA di katakana berhasil, hal ini berarti akan terjadi pembuahan (fertilisasi). Bila penyerbukan berhasil beberapa hari kemudian kelopak dan mahkota bunga yang di buahkan akan layu, kering dan akhirnya rontok. Kemudian muncul calon buah yang berbentuk bengkak memanjang dan berwarna hijau. Ovari (bakal buah) yang terdapat dalam pangkal bunga akan tampak membengkak dan apabila tidak ada gangguan hama dan penyakit maka bakal buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah.

Jika penyerbukan mengalami kegagalan maka tidak akan terjadi pembuahan, penyerbukan yang gagal di tandai dengan beberapa hari setelah di lakukan penyerbukan maka bunga akan segera layu dan pada pangkal bunga tidak akan tampak membengkak/membesar yang merupakan calon buah seperti pada penyerbukan yang berhasil, dan selanjutnya bunga akan kering dan selanjutnya rontok.

Penyerbukan buatan pada anggrek relative lebih banyak yang berhasil walaupun sering juga mengalami kegagalan yaitu tidak akan menghasilkan buah. Hal ini dapat di sebabkan oleh lemahnya tepung sari dari bunga tersebut sehingga tidak dapat tumbuh dan membuahi sel telur sdelain itu juga dapat di sebabkan ketidak cocokan antara tepung sari dan cairan yang da di kepala putik atau dengan sel telur. (Hendaryono,1994 dan gunawan, 2001).
4.3.4 Pembuatan Media
Media kultur yang memenuhi syarat adalah medium dasar yang di gunakan mengandung unsur hara makro dan mikro dalam perbandingan tertentu dan sumber energi sukrosa atau glukosa. Media biasanya juga mengandung vitamin serta zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokini serta penambahan bahan-bahan lain seperti ragi dan ekstrak malt (cairan tanaman) yang berfungsi sebagai zat perangsang pertumbuhan ( Wetherell, 1982)

Di laboratorium Kultur jaringan tanaman Kebun Raya Bogor, pembuatan media biasanya di lakukan pada pagi hari, sebelum kegiatan lainnya di lakukan. Untuk jenis tanaman anggrek media yag biasa di gunakan adalah media dengan komposisi dasar Vacint & Went dan media Knudsons, hanya saja di modifikasi dengan penambahan bahan-bahan organiK sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan di jadikan eksplan atau yang akan di subkultur. Standar pH media berkisar antara 5,6 - 5,7. Adapun prosedur pembuatan media di kebun Raya Bogor adalah sebagai berikut :
 Menyiapakan gelas ukur, gelas piala dan becker gelas 1000 ml, tambahkan aquadest sebanyak 400-500 ml
 Dengan menggunakan pipet/gelas ukur 50 ml, mengambil larutan stok media VW /KC. Masing-masing sebanyak 10 ml atau sesuai dengan yang tertera di botol larutan stok , atau jika tidak menggunakan larutan stok maka diganti dengan pupuk Hypones sebanyak 2 gr/l
 Tambahkan 20 gran sukrosa atau sesuai kebutuhan, aduk hingga merata
 Mengaduk media agar semua bahan larut dengan sempurna
 Kemudian ukur PH media, apabila pH terlalu rendah tambahkan larutan NaOH dan apabila pH terlalu tinggi tambahkan larutan HCL beberapa tetes
 Larutan di tuang dalam panci dan di masak
 Sterilisasi di autoclave pada suhu 121°C dengan tekanana 15 PSi selama 30 menit, sedangkan untuk media dengan menggunakan modifikasi bahan organik, di sterilisasi pada suhu 270 °C selama kurang lebih 1 jam
 Setelah media dingin masukan kedalam ruang penyimpan
4.3.5 Sub kultur/transplanting
Sub kultur merupakan aktifitas memindahkan tanaman anggrek yang telah mencapai ukuran tertentu ke media baru dengan komposisi yang sama akan tetapi kandungan nutrisi yang berbeda .Hal ini di lakukan karena media awal yang di gunakan sudah penuh dan kandungan nutrisi yang di miliki semakin berkuran, oleh karena itu di lakukan sub kultur agar tanaman anggrek dapat tumbuh dan berkembang dengan baik .

Adapun jenis tanaman Anggrek yang di transplanting selama kegiatan PKL di kebun raya bogor di antaranya adalah : P.Lay coc.,Vanda tricolor, D. mirbel, Phalaenopsis amabilis, P. Lay coc, Bulb phal, dan lain-lain serta tanaman Alokasia portei.


Gambar 9 : Tahapan Subkultur Coelgyne pandurata

4.3.6 Aklimatisasi
Tahap pemindahan planlet dari kondisi buatan (in-vitro) ke kondisi lapangan (ex -vitro) dari keadaan hetetotrof ke keadaan autotrof, agar planlet dapat bertahana hidup di lapangan di butuhkan perakaran yang cukup kuat dan panjang. Wetherell (1982) menyatakan bahwa akar yang kuat di butuhkan untuk tetap menjaga ketahanan planlet terhadap pengaruh lingkungan saat planlet tersebut pindah ke lapangan.

Tahap aklimatisasi anggrek Coelogyne pandurata Lindl. di awali dengan adaptasi semai terhadap suhu, yaitu botol-botol yang berisi semai di pindahkan dari ruang inkubasi yang bersuhu 35°C ke dalam ruang pemeliharaan yang memiliki suhu kamar sekitar 28°C dan di simpan selam kurang lebih seminggu. Selanjutnya semai di keluarkan dari botol, di cuci dengan menggunakan air mengalir. Setelah di tiriskan, semai di tanam dalam gelas-gelas plastik/pot yang berlubang yang berisi media tanama dari pecahan genting, arang dan moss kemudian di pelihara di bawah naungan paranet 60% .

Hasil studi kasus penulis terhadap tanaman anggrek Coelogyne pandurata Lindl. yang di semai dari tanggal 3 juni 2002 dan hingga tahun 2008 sudah ada sekitar 1063 botol kultur yang telah di transplan dan ada sekitar botol yang telah di aklimatisasi dan masih hidup di green house Kebun Raya Bogor. Biasanya 1 pot di isi I pohon tanaman, dan dapat di jual dengan harga Rp 30000,00, namun penanaman dari hasil aklimatisasi anggrek di Kebun Raya Bogor ini jarang di perjual belikan karena hanya untuk tujuan konservasi atau pun di jadikan koleksi jenis anggrek dan kadang biji yang telah di semai sampai yang telah di aklimatisasi di berikan begitu saja kepada lembaga pendidikan yang membutuhkan.

Dari hasil penelitian salah satu mahasiswa ITB (2003) menyatakan bahwa Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. pada umur 4 minggu akan rentang trerhadap kematian.pada planlet. Morfologi planlet, media tanam, cara penanaman, faktor iklim dan cara penanaman. Faktor iklim dan cara pemeliharaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Anggrek Coelogyne pandurata Lindl, dalam proses aklimatisi. Planlet Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. dapat hidup dengan persentase 100% apabila planlet yang berasal dari eksplan yang dalam kehidupan in-vitro, media penanamannya di beri tambahann ekstrak ubi jalar 150 g/l dan dengan penambahan hormon NAA dengan konsentrasi (kontrol), 5 ppm dan 10 ppm dan pada pemberian hormon NAA dengan konsentrasi tinggi (20 ppm) dapat merusak klorofil dan mengurangi jumlahnya sehingga daun berwarna kuning dan menurunkan kemauan daun untuk melakukan proses fotosintesis.

Hal lain yang mempengaruhi ketahanaan jenis Anggrek Coelogyne pandurata Lindl. untuk bertahan hidup pada saat aklimatisasi yaitu anggrek ini termasuk anggrek yang memiliki bulb, menurut Noble (1975) bulb pada tanaman anggrek berfungsi sebagai tempat cadangan air dan makanan sehingga memungkinkan tanaman dapat hidup pada iklim/kondisi kering

Planlet ketika di pindahkan mengalami penguapan/transpirasi yang tinggi karena tidak di lakukan penutupan dengan plastik/botol pada awal pengaklimatisasian sehingga penguapan air cukup tinggi dan menjadi layu dan kemampuan fotosintesisnya pun berkurang. Planlet sata ini mengalami kondisi yang sangat berbeda dengan pada saat berada di dalam botol. Walaupun Anggrek coelogyne pandurata Lindl. mempunyai daun yang tipis sehingga kemampuan penyimpanan airnya sangat rendah, akan tetapi jenis anggrek ini mempunyai bulb sehingga cadangan air tersimpan di dalamnya.
Selain itu kondisi lingkungan sangt mendukung keberhasilan aklimatisasi adalah suhu, cahaya, sirkulasi udara, kelembapan harus mendukung planlet agar serapan hara pada planlet tetap terjamin, tidak terjadi transpirasi yang tinggi karena pada tahap ini planlet harus berfotosintesis sendiri dengan mengambil hara dari lingkungan melalui akar dan daun yang di milikinya. Hal lain yang berbeda kondisi di lapangan yang berbeda, tidak aseptik sehingga planlet dapat terserang jamur atau penyakit dan juga gangguan serangga dan hama lain yang dapat menyebabkan kematian eksplan sepertin kecoa dan tikus yang dapat meyebabkan planlet mati.
Media tanam yang di gunakan merupaka faktor yang juga mendukung keberhasilan aklimatisasi, media yang di gunakan untuk aklimatisasi Anggrek coelogyne pandurata Lindl. adalah spaghnum moss karena media ini mempunyai kemampuan mengikat air dan hara dengan baik mempunyai aerase yang baik dan tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama.Media berfungsi sebagai tempat berpijak tanaman dan sebagai tempat penyimpanan serta makanan serta air yang di perlukan untuk pertumbuhan.

Strategi yang harus di lakukan untuk keberhasilan aklimatisasi keseluruhan yaitu perlunya memahami dan memperhatikan setiap tahap karena kekurangan pada tahap ini dapat mengakibatkan kematian dan kegagalan dalam meperbanyak jenis Anggrek Coelogyne pandurata Lindl.

Media tanam yang di gunakan pun harus di sterilisasi dengan cara di rendam dalam air panas selama 1 jam di autoclaf atau di rendam dengan menggunakan fungisida. Cahaya yang di perlukan untuk tanaman Anggrek coelogyne pandurata Lindl. sekitar 15-20%, suhu 27-30°C dan kelembaban yang di perlukan oleh anggrek ini yang masih kecil antara 70-90% dengan sirkulasi udara yang lembut dan terus-menerus (Sutiyoso,1986).

Tahap pemeliharaan dengan melakukan penyiraman yang teratur 2 kali sehari, melakukan pemupukan setelah 2-3 minggu planlet di pindahkan ke lapangan dengan menggunakan pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi, serta pemberantasan tehadap hama dan penyakit yang dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan planlet, dan juga melakukan penggantian media ketika media sudah rusak ataupun berlumut atau pada saat ukuran pot tanaman melebihi pertumbuhan tanaman anggrek, sehingga prtumbuhan tanaman tetap optimal.


Gambar 10 : Anggrek Coelogyne yang berumur 4 tahun

V. PENUTUP

5.1 Simpulan
Perbanyakan tanaman anggrek dapat di lakukan secara generatif maupun vegetatif. Kemungkinan terjadinya perkecambahan biji di alam sangat kecil, kurang dari 1 % karena dalam proses perkecambahannya di bantu dengan makanan hasil penguraian sisa-sisa makanan yang di bantu oleh jasad renik michoriza. Oleh karena itu untuk menjaga kelangsungan dan kelestarian spesies anggrek alam perlu di lakukan konservasi. Salah satu upaya yang di lakukan oleh Kebun Raya Bogor dalam konservasi tanaman anggrek adalah perbanyakan tanaman anggrek alam secara generatif melalui teknik in-vitro meliputi aktifitas pembuatan media, penyemaian biji, penanaman/transplant yang di lakukan di laboratorium kultur jaringan tanaman Kebun Raya Bogor, serta penyerbukan buatan, penyiapan eksplan, aklimatisasi dan pemeliharaan tanaman dewasa meliputi kegiatan penyiraman, sortasi dan monitoring, pemupukan dan pemberantasan hama penyakit

Dari hasil studi kasus yang di lakukan oleh penulis, mengenai perbanyakan anggrek Coelogyne pandurata Lindl. secara generatif, dengan teknik in-vitro yang telah di lakukan di Kebun Raya Bogor, dapat di ketahui bahwa perbanyakan ini sangatlah menguntungkan dan dapat menghasilkan tanaman baru yang lebih banyak dalam waktu relatif singkat serta tanaman yang di hasilkan adalah tanaman yang sehat dan berkualitas. Dari hasil panen 2 buah anggrek Coelogyne pandurata Lindl. yang matang, dapat menghasilakan sekitar 7.511 tanaman yang siap di aklimatisasi. Kegiatan perbanyakan ini di lakukan di laboratorium dalam kondisi yang serba aseptic.




5.2 Saran
Tingginya tingkat kontaminasi terhadap tanaman yang terjadi setiap hari di Laboratorium kultur jaringan Kebun Raya Bogor, agar mendapatkan perhatian khusus dari karyawan-karyawan yang ada di laboratorium, sekiranya dapat di lakukan perembukan guna mencari solusi untuk menekan terjadinya kontaminasi di setiap hari atau melakukan kegiatan-kegaitan untuk menjaga tingkat kebersihan/aseptik dari laboratorium atau semua kegiatan yang ada kaitannya dengan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

Ashari, 1995, Holtikultura Aspek Budidaya, Universitas Indonesia: Jakarta.
Asikin D, 2002, Perbanyakan anggrek Scara Aseptik/Kultur Jaringan, Modul Pelatihan Kebun Raya Bogor
Gunadi Tom, 1979, Anggrek dari Bibit Hingga Berbunga, Perhimpunan Anggrek Indonesia: Bandung
Gunawan, L.W, 1992, Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor : Bogor.
____________, 2005, Budi daya Anggrek ,Penebar Swadaya: Jakarta.
Handini Elizabeth, 2008, Mikropropogasi Anggrek Alam Grammatophilum scriptum Blume dalam Buletin Kebun Raya Indonesia, Pusat Konservasi Tumbuhan LIPI Kebun raya Bogor : Bogor.
Hendaryono,S.P.D dan Wijaya Ari, 1994, Teknik Kultur Jaringan, kanisus: Yogyakarta.

1 komentar:

  1. Rabu, Juni 02, 2010
    STUDI KASUS PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK ( Coelogyne pandurata Lindl.) SECARA GENERATIF DENGAN TEKNIK IN-VITRO DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN KEBUN Jumat, 05 Februari 2010 0 komentar

    BalasHapus