best friends 4ever in kampuz

best friends 4ever in kampuz
friendship

friendship....

friendship....

Minggu, Mei 09, 2010

utami
utami widiasih
utami widiasih
utami widiasih and friends
me and friends

MACAM2 CAPUNG MONSTER

CAPUNG MONSTER
SEMUA orang pasti tahu dan kenal serangga yang bernama capung, yang oleh orang lain disebut sebagai “naga terbang” (dragonfly). Berjalanlah ke tepi hutan, padang rumput, tepi rawa, tepi jalan, hutan sekunder, bahkan pekarangan rumah, atau di mana saja, hampir selalu ditemukan adanya capung. Tetapi dari segi habitat, umumnya pada tempat-tempat yang tidak jauh dari genangan air, karena di sanalah mereka melatakkan telur-telurnya, yang akan menetas jadi nimfa (nympha) setelah 6 – 40 hari, bergantung jenisnya, dan seterusnya jadi capung dewasa. Seekor capung, dalam satu tahap masa peteluran, si betina dapat meletakkan 50 – 400 butir telur, bahkan ada species yang dapat bertelur sampai 1.000 butir.

Di dunia ini, jumlah jenis capung yang tergabung dalam Ordo Odonata, lumayan banyak, diperkirakan sekitar 5.000 species, dan di Indonesia sendiri lebih dari 900 species. Dari rekaman fosil capung yang ditemukan, dari zaman karbon, misalnya dari marga Meganeura, diketahui bahwa di bumi ini pernah hidup capung purba yang rentang-sayapnya mencapai 120 cm. Di Indonesia, capung dapat ditemukan dengan ukuran yang cukup besar, yaitu panjangnya 10-12 cm, dari species Anax maclachlani, sedangkan jenis yang kecil panjang badannya hanya sekitar 1,5 cm, yaitu species Agriocnemis minima, Agriocnemis pygmaea.


Kelompok capung, di Indonesia, hanya ada beberapa yang sangat umum dikenali karakternya melalui familinya, yaitu capung berperut gembung (famili Gomphidae), karena di ujung perutnya, ada bagian yang membengkak atau menggembung. Berikutnya, capung bermata besar (famili Aeshnidae), karena memang ukuran matanya yang besar dan mencolok. Kemudian capung luncur (famili Libellulidae), yang selalu bergerak dan menyambar-nyambar. Lalu capung jarum (Famili Coenagrionidae), karena memang perutnya panjang kurus seperti jarum. Keempat famili inilah yang paling sering terlihat secara keseharian, tapi selain itu, di Indonesia masih terdapat capung-capung lain dari famili-famili Calopterygidae, Petaluridae, Macromiidae, Corduliidae, dan sebagainya.

Dalam pengelompokan capung, salah satu ciri capung yang dikenal secara umum ialah memiliki sayap dua pasang, atau empat lembar, yang bentuknya memanjang, tembus pandang dan menampakkan jala-jala urat yang banyak, yang sepintas seperti jaring (membranaceus). Mata majemuknya, yang besar, dapat dikatakan menutupi seluruh kepala. Antenanya sangat kecil, tetapi perutnya (abdomen) panjang dan tipis. Dari tipe mulutnya yang tampak, dapat diketahui bahwa capung memiliki model gigi pemotong dan pencabik.

Apabila diperhatikan tampilan capung, yang sering kita temukan, terdapat dua bentuk yang berbeda, yaitu capung besar dan capung jarum. Capung besar ditandai dengan ukuran yang memang lebih besar, tetapi sayap depan dengan sayap belakangnya tidak sama besar, dan pada saat hinggap di suatu tempat, keadaan sayap tetap terentang ke samping dalam posisi tegak lurus dengan badannya. Pada nimfa, yang hidup di dalam air, insangnya terdapat di dalam rongga rektum. Ini merupakan ciri umum untuk semua capung dalam Subordo Anisopetara.


Berbeda dengan capung besar, bentuk dan ukuran sayap pada capung jarum, ditandai oleh sayap depan dan sayap belakang yang sama besar, dan ketika hinggap, sayap-sayapnya tidak terentang, tetapi terlipat ke belakang sejajar perutnya. Pada nimfa, insangnya bukan di dalam rongga rektum, melainkan di ujung abdomen, dalam bentuk tiga lembar organ pernafasan, dengan letak persis seperti bilah-kipas baling-baling kapal. Ini merupakan ciri umum dari Subordo Zygoptera.

Capung adalah monster, bukan hanya pada tampilannya yang keren dengan wajah terkesan menakutkan, melainkan juga sejak masih sebagai nimfa yang hidup di dalam air, mereka sudah ganas mengganyang serangga air, larva, dan anak ikan. Setelah dewasa pun, capung akan tetap memangsa sesama serangga, terutama nyamuk, ngegat, agas dan sebagainya. Sebagai serangga yang ditakdirkan menjadi karnivorous sejati, maka dia memiliki mata yang berukuran besar dengan kemampuan jangkauan pandang ke semua arah, karena kepalanya dapat memutar 360°.

Gerakan capung juga istimewa, dengan sayap yang kaku, tipis dan ringan, capung dapat melakukan gerakan akrobatik yang memukau, dapat langsung berbelok-arah pada posisi kurang dari 90°. Kaki dan cakarnya kuat, mampu memegang mangsanya dengan baik, yang disambar ketika sedang terbang, dan langsung membawa mangsa tersebut ke mulutnya. Capung dapat makan sambil terbang.

Mengamati capung merupakan kegiatan yang menarik, karena perilakunya yang aktif, dan terutama warna-warninya yang cukup bervariasi. Dari ratusan jenis capung yang ada di Indonesia, memang ada beberapa yang paling umum dijumpai, terutama capung yang menyenangi rerumputan dan bertengger di tanaman-tanaman hias kolam di samping rumah. Ada beberapa species yang kemunculannya di suatu tempat bersifat musiman, dengan jumlah ratusan dan bahkan ribuan, beterbangan dan berzig-zag di udara, sambil mencari mangsa.

Ketika kecil, jika seorang anak terlalu sering pipis, bahkan pun ketika dia telah berusia 6-7 tahun, masih pipis di tempat tidur, umumnya tradisi mengajarkan agar segera ditangkap seekor capung besar (dalam bahasa Bugis: jurujuru lambatong), dan capung tersebut diupayakan menggigit pusar si anak. Tapi terlepas dari soal kebiasaan pipis tersebut, perhatikan saja sang lambatong itu dengan seksama. Mereka adalah monster, yang agresif, ganas, tetapi menarik dan harus dilestarikan.(ais)







JAMUR YANG TERABAIKAN
KEKAYAAN flora Indonesia memang sangat luar biasa, dan hal ini diakui oleh dunia. Masyarakat Indonesia, selain menyadari kekayaan ini, juga sangat efektif dalam melakukan eksploatasi. Apa saja yang dianggap bernilai, terutama dari sisi ekonomisnya, akan dimanfaatkan. Tanaman produksi, tanaman pangan, tanaman hias, tanaman obat dan sebagainya, telah sangat memasyarakat. Bahkan ada beberapa jenis yang boleh dikatakan sudah over-eksploatasi, dikuras secara berlebihan dari alam, sehingga populasinya menyusut dan terancam punah, seperti beberapa jenis anggrek. Memang seharusnya begitu, tapi kita sering abai dalam hal pelestariannya.
Dari berbagai kelompok tumbuhan Indonesia yang telah popular dimanfaatkan (umumnya tumbuhan berbiji), maka ada kelompok lain yang tingkat diversikiasinya juga sangat tinggi tetapi masih kurang tersentuh, yaitu kelompok pakis (Pteridophyta), lumut (Bryophyta), dan jamur (Saprophyta). Ada beberapa jenis memang telah dimanfaatkan, tetapi masih sangat terbatas, sementara jenis yang tersedia di alam melimpah dalam jumlah dan keragaman yang luar biasa. Tapi sejauh ini, seperti jamur, selain jenis-jenis yang dianggap beracun dan berbahaya, juga masih dikesampingkan sebagai potensi plasmanutfah yang penting. Kalau seseorang terserang penyakit kurap atau panu, jamur menjadi musuh bebuyutan.


Kelompok tumbuhan yang mewakili pakis, moss, fungi dan lichen, memang luar biasa banyak. Di dunia ini, pakis diperkirakan 13.000 jenis, moss/lumut sekitar 15.000 jenis, fungi/jamur diperkirakan 74.000 – 120.000 jenis, dan lichens sendiri sekitar 10.000 jenis.
Dari salah satu kelompok tersebut, yaitu jamur, yang walaupun beberapa jenis telah dimanfaatkan namun masih terbatas sebagai tanaman pangan dan obat-obatan, belum secara permanen menjadi fokus penelitian untuk pengembangan non-pangan dan non-medik. Beberapa yang sudah dibudidayakan, seperti jamur merang, memegang peran penting dalam perekonomian. Kalaupun kontribusinya dianggap kecil, itu karena skala pengusahaannya juga kecil. Padahal jamur jenis lainnya, punya potensi sama besarnya dengan tumbuhan lain, untuk dikembangkan dalam memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya sebagai ornamental plants, atau garden accessories.


Penyebab utama kurang diperhatikannya tumbuhan jamur ini adalah karena sebagian besar belum diketahuinya secara mendalam mengenai seluk-beluk kehidupannya. Salah satu hambatan yang dihadapi pada kultivasi jamur ialah siklus hidupnya yang pendek, tetapi tentunya melalui berbagai penelitian, antara lain penelitian genetis, bukan tidak mungkin umur jamur dapat diperpanjang.
Karakteristik lain yang menjadi ciri jamur, ialah sebagai tumbuhan yang tidak memiliki zat hijau daun (klorofil), sehingga menyulitkan dalam proses pengembangbiakan melalui cara yang umum. Tapi apabila dikaji, sebenarnya ini bukan hal yang sukar untuk diatasi, karena meskipun tidak memiliki klorofil, tidak berarti jamur antimatahari. Beberapa jenis jamur dapat bertahan hidup di bawah sinar matahari, walaupun hanya sampai pada batasan tertentu. Kemudian perkembangbiakannya yang menggunakan spora, membutuhkan perlakuan yang spesifik karena sangat terkait dengan tempat tumbuh dan inang pemicu pertumbuhan.


Selain itu, karakteristik jamur juga adalah posisinya dalam ekosistem sebagai tumbuhan pengurai. Jamur dalam memenuhi kebutuhan hara, hanya membutuhkan zat-zat hancuran tumbuhan atau hewan, tidak dapat tumbuh langsung pada media seperti tanah.
Keindahan bentuk dan warna pada jamur tidak kalah dengan tumbuhan lain, dan secara prinsip jamur mudah tumbuh asal diketahui kondisi mikro yang dibutuhkan. Itu sebabnya jamur ada di mana-mana, dengan berbagai ragam penampilan. Beberapa jenis memang perlu dikelola secara hati-hati karena sifatnya yang beracun, tetapi jauh lebih banyak yang tidak beracun. Bentuk-bentuk tampilan dan pola warna pada jamur sangat menarik, dan hampir semua gen warna dapat ditemukan pada kelompok jamur.


Keterkaitan jamur dengan adanya tumbuhan “inang” memang perlu menjadi perhatian, sebab ini menjadi prasyarat utama dalam budidaya jamur. Sekam padi untuk jamur merang, misalnya tidaklah dapat diberlakukan untuk semua jenis jamur. Beberapa jamur, tidak dapat dipisahkan dari “batang phon tua dan busuk”, atau “kotoran binatang”, tapi semua itu hanya alternasi. Untuk kepentingan asesori, batang pohon tua dapat dijadikan “meja pajang” yang indah dan unik, dan di atasnya bertengger berjenis-jenis jamur yang warna-warni. Menarik dan unik. Jadi, kenapa kita tidak segera memulainya? (ais)





















Kamis, April 16, 2009
PUKAU WARNA CAPUNG
MEMANG sudah merupakan anugerah Tuhan, capung adalah salah satu bangsa serangga yang memiliki keelokan warna-warni yang beragam dan memukau, selain kupu-kupu dan kepik. Keragaman warna ini bukan hanya pada capung besar, tetapi juga pada capung jarum. Dan kita berharap, mudah-mudahan keindahan warna-warni yang melengkapi khazanah alam flauna nusantara ini tidak menimbulkan bencana bagi kelestarian hidup capung itu sendiri, seperti halnya yang dialami oleh berbagai jenis kupu-kupu yang saat ini menghadapi ancaman eksploatasi yang serius.
Berikut ini ditampilkan foto-foto capung yang diambil dari pekarangan di samping rumah, seperti ini:


BUKAN KAWIN KONTRAK
BAGAIMANA mahluk hidup mengembangbiakkan dirinya, adalah hal yang umum dibicarakan, tetapi sampai hari ini masih sebagian besar merupakan misteri. Model yang dikenali ialah mereka melakukan perkawinan, yaitu hubungan reproduktif antara jantan dan betina, baik pada tumbuhan maupun hewan. Alat reproduksi pada setiap mahluk berbeda, meskipun proses pembuahan berjalan menurut prinsip-prinsip yang sama pada setiap mahluk. Di sini, sel sperma jantan bertemu dengan sel ovum pada betina, selanjutnya terbentuk bakal anak atau bakal buah.


Pada tumbuhan, proses perkawinan atau pembuahan biasanya tidak teramati secara jelas, karena umumnya yang dapat dilihat adalah hasil berupa telah terjadinya pembuahan, kecuali jika prose situ sendiri bersifat artifisial, dalam arti ada campur tangan manusia, seperti penyerbukan atau kawin-silang. Tetapi pada hewan, proses itu dapat diamati secara langsung, semacam proses mating, yang memperlihatkan gerakan dan reaksi-reaksi tertentu pada individu yang sedang kawin.


Beberapa species hewan juga agak sukar diamati, karena waktu atau tempat berlangsungnya proses kawin itu tidak umum, misalnya di tengah malam, di dalam lubang-lubang, atau berlangsungnya sangat cepat. Mungkin kelompok yang paling mudah diamati adalah serangga (insects dan arachnids), karena selain ada di mana-mana, juga sebagian besar lebih terbuka dan dapat berlangsung sepanjang waktu, bergantung jenisnya.


Kawin adalah proses biologis yang mutlak bagi setiap mahluk hidup, untuk dapat mempertahankan kelanjutan hidup jenisnya. Sebagian mahluk hidup memiliki intensitas kawin yang tinggi, sebagian lagi intensitasnya jarang atau rendah. Jenis-jenis yang tinggi intensitas kawinnya, secara biologis dan ekologis adalah jenis-jenis yang mendapatkan tekanan tinggi, misalnya karena predasi, sehingga populasinya mudah terancam habis atau punah. Untuk tetap mempertahankan keberadaan jenisnya, terhindar dari kepunahan, mereka harus melakukan aktivitas reproduksi yang tinggi, dalam arti aktivitas kawin yang tinggi atau turunan (anak-anak atau buahnya) yang dihasilkan dalam jumlah besar. Beberapa jenis serangga, yang selalu merasa terancam oleh predator, yang menjadi sumber makanan dalam rantai makanan, akan beradaptasi untuk menjadi jenis yang memiliki kemampuan reproduksi tinggi.


Ketersediaan sumber makanan juga sangat berpengaruh pada pola reproduksi. Jenis-jenis hewan misalnya memiliki naluri untuk mengatur batas populasi jenisnya agar seimbang dengan batas daya dukung relung habitat yang mereka huni. Populasi jenis yang terlalu besar, yang tidak diimbangi dengan ketersediaan ruang dan sumber makanan yang cukup, akan mengarahkan jenis tersebut ke kemerosotan jumlah atau kepunahan. Tetapi ledakan sebuah populasi, tidak semata-mata disebabkan oleh tingginya reproduksi, melainkan dapat juga disebabkan oleh rendahnya komponen pengontrol seperti pemangsa, yang biasanya terjadi karena kerusakan keseimbangan ekologis.


Jadi, perkawinan pada setiap mahluk hidup, merupakan aktivitas biologis yang mutlak, dan mereka juga pada umumnya memiliki kemampuan untuk mengatur proses dan hasil dari perkawinan itu. Tidak seperti manusia, meskipun memiliki pengetahuan tentang daya dukung lingkungan, namun ternyata ber-KB juga gagal di mana-mana. Dan pada hewan atau tumbuhan, tidak dikenal adanya “kawin kotrak”. (ais)
Diposkan oleh "AISFAMILY", di 22:03 0 komentar
Label: FAUNA
Senin, Maret 16, 2009
PENCINTA BATU
SEBAGAIMANA diketahui tidak ada satu pun relung (niche) dalam ekosistem yang tidak termanfaatkan oleh satu atau beberapa jenis kehidupan, satwa atau tumbuhan. Bahkan penelitian menunjukkan, di lava gunung berapi pun, yang merupakan kondisi yang sangat ekstrem, dapat ditemukan kehidupan. Di kutub yang dingin membeku, yang merupakan kebalikan dari lava dan gurun pasir, juga dipenuhi oleh kehidupan. Demikian juga di dasar laut dalam, palung dan lubuk yang gelap gulita, yang jutaan tahun tak tersentuh cahaya matahari, ternyata ditemukan adanya mahluk hidup dengan perikehidupan yang kompleks. Di sini, adaptasi merupakan kunci keberhasilan setiap mahluk hidup untuk menghuni sebuah relung tempat mereka harus bertahan.


Di dalam biosfer, banyak kondisi habitat yang oleh manusia dinilai sangat ekstrem, seperti gurun pasir, daerah kutub, zona alpine, dan laut dalam. Namun demikian, tipe-tipe habitat seperti itu, memiliki struktur dan komponen pendukung kehidupan yang sama lengkapnya dengan habitat lainnya. Mungkin perbedaan hanya pada masalah jumlah ragam kehidupan yang menghuninya, atau karena rendahnya tingkat interaksi antara manusia dengan habitat yang ekstrem itu.


Dalam skala kecil, tipe-tipe habitat yang ekstrem itu dapat ditemukan sebagai relung pada setiap tipe ekosistem, misalnya ekosistem daerah aliran sungai, ditemukan pada tumpukan bebatuan, hamparan lumpur (mudflats), dan tebing-tebing yang terus-menerus tergerus oleh air. Sepintas, pada relung seperti itu, sangat sukar ditemukan adanya kehidupan, karena tingkat ketergangguannya yang besar atau karena ketersediaan produsen yang rendah.


Jika kita berjalan-jalan di tepi sungai, terutama sungai yang berbatu-batu, kita dapat melihat sepintas bahwa komponen abiotik seperti batu-batu itu hampir tidak memiliki peran dan fungsi di dalam bangun ekosistem, khsususnya dalam bentuk kemanfaatan bagi komponen biotik. Tapi kenyataannya tidak demikian, karena di sela-sela, di bawah, dan di permukaan batu-batu itu, ada cukup banyak mahluk hidup yang menggantungkan hidupnya.


Sebagai komponen abiotik, memang batu itu bukan sumber produsen, yang menyediakan makanan bagi hewan. Tetapi batu-batu itu tidak kecil perannya sebagai media dalam tumbuhnya beberapa jamur dan ganggang, yang kemudian memancing berbagai jazad renik (microorganism), yang menjadi bagian paling mendasar dalam sebuah ekosistem. Keberadaan jamur, ganggang, dan jazad renik menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis serangga, dan serangga akan menjadi sumber makanan bagi jenis satwa yang lebih besar. Batu-batu itu pada akhirnya memiliki peran sentral dalam rantai makanan, yaitu sebagai media antara, dan karena itu fungsinya menjadi sangat penting.


Keberadaan batu juga menjadi penting dikaitkan dengan perlunya para serangga dan lainnya memiliki tempat berlindung, tempat beristirahat dan sebagian menjadikannya tempat untuk bertelur. Batu pada tebing sungai, memiliki kemampuan untuk membangun kelembaban, serta menahan berbagai seresah hutan yang hanyut, yang kemudian mengalami dekomposisi, dan menjadi sumber makanan langsung atau sebagai media tumbuh. Kondisi ini menjadikan batu sebagai relung yang lengkap, menurut ukuran serangga yang menghuninya, terutama terkait dengan tingkat kebutuhan dan keamanannya.


Melalui adaptasi sesuai dengan perkembangan lingkungan, batu menjadi alat pembangun warna samaran (mimicry) bagi serangga-serangga dan hewan lainnya. Karena itu, warna hewan-hewan yang menghuni bebatuan itu sangat serasi dengan warna permukaan batu-batuan, dan menjadi model penyamaran yang efektif. Umumnya serangga-serangga berwarna coklat, coklat-kehitaman, berbintik-bintik, serta kebiruan kabur. Ini sangat bermanfaat bagi serangga-serangga itu untuk menghindarkan diri dari pemangsa. Jika tidak benar-benar diperhatikan, cukup sukar untuk mengetahui keberadaan mereka di antara batu-batu itu.




Jenis-jenis serangga yang dapat ditemukan menghuni relung berupa tumpukan bebatuan sungai, umumnya berupa beberapa jenis kepik, lalat, belalang, capung, laba-laba, dan nyamuk; kemudian beberapa jenis dari Ordo Hymenoptera, yang lebih merupakan serangga tamu di bebatuan. Juga dapat ditemukan beberapa jenis kupu-kupu, tetapi juga sebagai serangga tamu, yang datang hanya untuk menghisap garam-garaman. Dari kekerabatan lain, dapat ditemukan luwing atau kaki-seribu, dan sebagai konsumen paling dominan adalah katak, tikus, burung dan ular.


Pada beberapa batuan yang kebetulan memperoleh kelembaban yang tinggi, misalnya karena ternaungi oleh pohon, tampak sangat subur ditumbuhi oleh berbagai lumut, dan pakis. Keberadaan lumut, dan terutama pakis yang sudah merupakan tumbuhan tingkat tinggi, membentuk ekosistem bebatuan yang lebih permanen, dan melengkapkan kehadiran produsen dan konsumen ke dalam sebuah simbiose yang serasi. Karena peranan produsen dalam bentuk ganggang, beberapa jenis dekomposer, dan mikroorganisme lain, maka di tempat itu akan terbangun sebuah pola ekologis yang kompleks. Jaring-jaring makanan akan terbentuk dan berjalan sesuai siklus yang berlaku untuk relung tersebut.




Jadi, kita dapat melihat dan mempelajari bagaimana setiap mahluk menyesuaikan diri agar dapat bertahan pada tipe habitat, khususnya menghuni relung, yang dianggap paling sesuai baginya. Tidak ada satu pun relung di bumi ini yang tidak memiliki daya tarik, termasuk di tumpukan bebatuan tebing sungai. Di sana, banyak hewan yang benar-benar pencinta batu. (ais)
CAPUNG MONSTER
SEMUA orang pasti tahu dan kenal serangga yang bernama capung, yang oleh orang lain disebut sebagai “naga terbang” (dragonfly). Berjalanlah ke tepi hutan, padang rumput, tepi rawa, tepi jalan, hutan sekunder, bahkan pekarangan rumah, atau di mana saja, hampir selalu ditemukan adanya capung. Tetapi dari segi habitat, umumnya pada tempat-tempat yang tidak jauh dari genangan air, karena di sanalah mereka melatakkan telur-telurnya, yang akan menetas jadi nimfa (nympha) setelah 6 – 40 hari, bergantung jenisnya, dan seterusnya jadi capung dewasa. Seekor capung, dalam satu tahap masa peteluran, si betina dapat meletakkan 50 – 400 butir telur, bahkan ada species yang dapat bertelur sampai 1.000 butir.

Di dunia ini, jumlah jenis capung yang tergabung dalam Ordo Odonata, lumayan banyak, diperkirakan sekitar 5.000 species, dan di Indonesia sendiri lebih dari 900 species. Dari rekaman fosil capung yang ditemukan, dari zaman karbon, misalnya dari marga Meganeura, diketahui bahwa di bumi ini pernah hidup capung purba yang rentang-sayapnya mencapai 120 cm. Di Indonesia, capung dapat ditemukan dengan ukuran yang cukup besar, yaitu panjangnya 10-12 cm, dari species Anax maclachlani, sedangkan jenis yang kecil panjang badannya hanya sekitar 1,5 cm, yaitu species Agriocnemis minima, Agriocnemis pygmaea.


Kelompok capung, di Indonesia, hanya ada beberapa yang sangat umum dikenali karakternya melalui familinya, yaitu capung berperut gembung (famili Gomphidae), karena di ujung perutnya, ada bagian yang membengkak atau menggembung. Berikutnya, capung bermata besar (famili Aeshnidae), karena memang ukuran matanya yang besar dan mencolok. Kemudian capung luncur (famili Libellulidae), yang selalu bergerak dan menyambar-nyambar. Lalu capung jarum (Famili Coenagrionidae), karena memang perutnya panjang kurus seperti jarum. Keempat famili inilah yang paling sering terlihat secara keseharian, tapi selain itu, di Indonesia masih terdapat capung-capung lain dari famili-famili Calopterygidae, Petaluridae, Macromiidae, Corduliidae, dan sebagainya.

Dalam pengelompokan capung, salah satu ciri capung yang dikenal secara umum ialah memiliki sayap dua pasang, atau empat lembar, yang bentuknya memanjang, tembus pandang dan menampakkan jala-jala urat yang banyak, yang sepintas seperti jaring (membranaceus). Mata majemuknya, yang besar, dapat dikatakan menutupi seluruh kepala. Antenanya sangat kecil, tetapi perutnya (abdomen) panjang dan tipis. Dari tipe mulutnya yang tampak, dapat diketahui bahwa capung memiliki model gigi pemotong dan pencabik.

Apabila diperhatikan tampilan capung, yang sering kita temukan, terdapat dua bentuk yang berbeda, yaitu capung besar dan capung jarum. Capung besar ditandai dengan ukuran yang memang lebih besar, tetapi sayap depan dengan sayap belakangnya tidak sama besar, dan pada saat hinggap di suatu tempat, keadaan sayap tetap terentang ke samping dalam posisi tegak lurus dengan badannya. Pada nimfa, yang hidup di dalam air, insangnya terdapat di dalam rongga rektum. Ini merupakan ciri umum untuk semua capung dalam Subordo Anisopetara.


Berbeda dengan capung besar, bentuk dan ukuran sayap pada capung jarum, ditandai oleh sayap depan dan sayap belakang yang sama besar, dan ketika hinggap, sayap-sayapnya tidak terentang, tetapi terlipat ke belakang sejajar perutnya. Pada nimfa, insangnya bukan di dalam rongga rektum, melainkan di ujung abdomen, dalam bentuk tiga lembar organ pernafasan, dengan letak persis seperti bilah-kipas baling-baling kapal. Ini merupakan ciri umum dari Subordo Zygoptera.

Capung adalah monster, bukan hanya pada tampilannya yang keren dengan wajah terkesan menakutkan, melainkan juga sejak masih sebagai nimfa yang hidup di dalam air, mereka sudah ganas mengganyang serangga air, larva, dan anak ikan. Setelah dewasa pun, capung akan tetap memangsa sesama serangga, terutama nyamuk, ngegat, agas dan sebagainya. Sebagai serangga yang ditakdirkan menjadi karnivorous sejati, maka dia memiliki mata yang berukuran besar dengan kemampuan jangkauan pandang ke semua arah, karena kepalanya dapat memutar 360°.

Gerakan capung juga istimewa, dengan sayap yang kaku, tipis dan ringan, capung dapat melakukan gerakan akrobatik yang memukau, dapat langsung berbelok-arah pada posisi kurang dari 90°. Kaki dan cakarnya kuat, mampu memegang mangsanya dengan baik, yang disambar ketika sedang terbang, dan langsung membawa mangsa tersebut ke mulutnya. Capung dapat makan sambil terbang.

Mengamati capung merupakan kegiatan yang menarik, karena perilakunya yang aktif, dan terutama warna-warninya yang cukup bervariasi. Dari ratusan jenis capung yang ada di Indonesia, memang ada beberapa yang paling umum dijumpai, terutama capung yang menyenangi rerumputan dan bertengger di tanaman-tanaman hias kolam di samping rumah. Ada beberapa species yang kemunculannya di suatu tempat bersifat musiman, dengan jumlah ratusan dan bahkan ribuan, beterbangan dan berzig-zag di udara, sambil mencari mangsa.

Ketika kecil, jika seorang anak terlalu sering pipis, bahkan pun ketika dia telah berusia 6-7 tahun, masih pipis di tempat tidur, umumnya tradisi mengajarkan agar segera ditangkap seekor capung besar (dalam bahasa Bugis: jurujuru lambatong), dan capung tersebut diupayakan menggigit pusar si anak. Tapi terlepas dari soal kebiasaan pipis tersebut, perhatikan saja sang lambatong itu dengan seksama. Mereka adalah monster, yang agresif, ganas, tetapi menarik dan harus dilestarikan.(ais)






PENCINTA BATU
SEBAGAIMANA diketahui tidak ada satu pun relung (niche) dalam ekosistem yang tidak termanfaatkan oleh satu atau beberapa jenis kehidupan, satwa atau tumbuhan. Bahkan penelitian menunjukkan, di lava gunung berapi pun, yang merupakan kondisi yang sangat ekstrem, dapat ditemukan kehidupan. Di kutub yang dingin membeku, yang merupakan kebalikan dari lava dan gurun pasir, juga dipenuhi oleh kehidupan. Demikian juga di dasar laut dalam, palung dan lubuk yang gelap gulita, yang jutaan tahun tak tersentuh cahaya matahari, ternyata ditemukan adanya mahluk hidup dengan perikehidupan yang kompleks. Di sini, adaptasi merupakan kunci keberhasilan setiap mahluk hidup untuk menghuni sebuah relung tempat mereka harus bertahan.


Di dalam biosfer, banyak kondisi habitat yang oleh manusia dinilai sangat ekstrem, seperti gurun pasir, daerah kutub, zona alpine, dan laut dalam. Namun demikian, tipe-tipe habitat seperti itu, memiliki struktur dan komponen pendukung kehidupan yang sama lengkapnya dengan habitat lainnya. Mungkin perbedaan hanya pada masalah jumlah ragam kehidupan yang menghuninya, atau karena rendahnya tingkat interaksi antara manusia dengan habitat yang ekstrem itu.


Dalam skala kecil, tipe-tipe habitat yang ekstrem itu dapat ditemukan sebagai relung pada setiap tipe ekosistem, misalnya ekosistem daerah aliran sungai, ditemukan pada tumpukan bebatuan, hamparan lumpur (mudflats), dan tebing-tebing yang terus-menerus tergerus oleh air. Sepintas, pada relung seperti itu, sangat sukar ditemukan adanya kehidupan, karena tingkat ketergangguannya yang besar atau karena ketersediaan produsen yang rendah.


Jika kita berjalan-jalan di tepi sungai, terutama sungai yang berbatu-batu, kita dapat melihat sepintas bahwa komponen abiotik seperti batu-batu itu hampir tidak memiliki peran dan fungsi di dalam bangun ekosistem, khsususnya dalam bentuk kemanfaatan bagi komponen biotik. Tapi kenyataannya tidak demikian, karena di sela-sela, di bawah, dan di permukaan batu-batu itu, ada cukup banyak mahluk hidup yang menggantungkan hidupnya.


Sebagai komponen abiotik, memang batu itu bukan sumber produsen, yang menyediakan makanan bagi hewan. Tetapi batu-batu itu tidak kecil perannya sebagai media dalam tumbuhnya beberapa jamur dan ganggang, yang kemudian memancing berbagai jazad renik (microorganism), yang menjadi bagian paling mendasar dalam sebuah ekosistem. Keberadaan jamur, ganggang, dan jazad renik menjadi sumber makanan bagi beberapa jenis serangga, dan serangga akan menjadi sumber makanan bagi jenis satwa yang lebih besar. Batu-batu itu pada akhirnya memiliki peran sentral dalam rantai makanan, yaitu sebagai media antara, dan karena itu fungsinya menjadi sangat penting.


Keberadaan batu juga menjadi penting dikaitkan dengan perlunya para serangga dan lainnya memiliki tempat berlindung, tempat beristirahat dan sebagian menjadikannya tempat untuk bertelur. Batu pada tebing sungai, memiliki kemampuan untuk membangun kelembaban, serta menahan berbagai seresah hutan yang hanyut, yang kemudian mengalami dekomposisi, dan menjadi sumber makanan langsung atau sebagai media tumbuh. Kondisi ini menjadikan batu sebagai relung yang lengkap, menurut ukuran serangga yang menghuninya, terutama terkait dengan tingkat kebutuhan dan keamanannya.


Melalui adaptasi sesuai dengan perkembangan lingkungan, batu menjadi alat pembangun warna samaran (mimicry) bagi serangga-serangga dan hewan lainnya. Karena itu, warna hewan-hewan yang menghuni bebatuan itu sangat serasi dengan warna permukaan batu-batuan, dan menjadi model penyamaran yang efektif. Umumnya serangga-serangga berwarna coklat, coklat-kehitaman, berbintik-bintik, serta kebiruan kabur. Ini sangat bermanfaat bagi serangga-serangga itu untuk menghindarkan diri dari pemangsa. Jika tidak benar-benar diperhatikan, cukup sukar untuk mengetahui keberadaan mereka di antara batu-batu itu.




Jenis-jenis serangga yang dapat ditemukan menghuni relung berupa tumpukan bebatuan sungai, umumnya berupa beberapa jenis kepik, lalat, belalang, capung, laba-laba, dan nyamuk; kemudian beberapa jenis dari Ordo Hymenoptera, yang lebih merupakan serangga tamu di bebatuan. Juga dapat ditemukan beberapa jenis kupu-kupu, tetapi juga sebagai serangga tamu, yang datang hanya untuk menghisap garam-garaman. Dari kekerabatan lain, dapat ditemukan luwing atau kaki-seribu, dan sebagai konsumen paling dominan adalah katak, tikus, burung dan ular.


Pada beberapa batuan yang kebetulan memperoleh kelembaban yang tinggi, misalnya karena ternaungi oleh pohon, tampak sangat subur ditumbuhi oleh berbagai lumut, dan pakis. Keberadaan lumut, dan terutama pakis yang sudah merupakan tumbuhan tingkat tinggi, membentuk ekosistem bebatuan yang lebih permanen, dan melengkapkan kehadiran produsen dan konsumen ke dalam sebuah simbiose yang serasi. Karena peranan produsen dalam bentuk ganggang, beberapa jenis dekomposer, dan mikroorganisme lain, maka di tempat itu akan terbangun sebuah pola ekologis yang kompleks. Jaring-jaring makanan akan terbentuk dan berjalan sesuai siklus yang berlaku untuk relung tersebut.




Jadi, kita dapat melihat dan mempelajari bagaimana setiap mahluk menyesuaikan diri agar dapat bertahan pada tipe habitat, khususnya menghuni relung, yang dianggap paling sesuai baginya. Tidak ada satu pun relung di bumi ini yang tidak memiliki daya tarik, termasuk di tumpukan bebatuan tebing sungai. Di sana, banyak hewan yang benar-benar pencinta batu. (ais)










CAGAR ALAM
SALAH SATU bentuk kawasan konservasi yang sangat dikenal ialah cagar alam (nature sanctuary), yang memiliki fungsi kawasan perlindungan terhadap seluruh komponen ekosistem, baik flora, fauna, maupun habitatnya, dan semua proses dibiarkan berlangsung secara alamiah. Dengan demikian, sebuah cagar alam sifatnya lebih tertutup untuk campur tangan manusia, karena kawasan tersebut harus dibiarkan sesuai dengan aslinya. Campur tangan manusia hanya dimungkinkan apabila terjadi suatu proses, baik alamiah maupun karena perbuatan manusia, yang dapat mengakibatkan kawasan tersebut punah. Proses alamiah dapat berupa kebakaran, badai, gempa bumi atau lainnya, yang secara cepat dapat memotong garis evolusi seluruh komponen pendukung ekosistem. Proses ancaman yang sifatnya skala kecil, harus diabaikan, karena pada prinsipnya setiap ekosistem memiliki daya-lenting (resiliences) untuk memulihkan dirinya jika terjadi ancaman atau gangguan yang masih dalam batas daya dukung.
Tujuan cagar alam sebenarnya adalah untuk memantapkan informasi proses evolusi dalam sebuah ekosistem, dan oleh karena itu, penetapan setiap cagar alam sebaiknya mewakili formasi atau tipe ekosistem tertentu: terumbu, mangrove, lamun, hutan dataran rendah, hutan keranggas, savanna – padang rumput, gurun, rawa dan danau, sungai, payau, batu kapur dan gamping, gua, submontane dan alpine, dan sebagainya. Karena itu, di sebuah negara yang memiliki komitmen terhadap konservasi, akan memiliki sangat banyak kawasan cagar alam. Banyaknya cagar alam ditentukan berdasarkan banyaknya jenis formasi dan tipe ekosistem yang ada dan perlu diperlindungi.
Cagar alam merupakan sebuah sistem perlindungan yang bersifat konprehensif, karena benar-benar “menolak” adanya keterlibatan orang dalam pengelolaannya. Walaupun misalnya taman nasional dirancang untuk mencakup semua model (cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, dan lainnya secara sekaligus), tetapi taman nasional sangat rentan terhadap intervensi dari luar. Filosofi dasar sebuah cagar alam, ialah apabila kita ingin mlindungi seekor ikan karang, maka yang pertama yang harus diperlindungi adalah airnya, kemudian terumbunya sebagai pendukung aktivitasnya, yang paling tidak akan mencakup tempat mencari makan (feeding grounds), berkembangbiak (breeding grounds), dan tempat mengasuh anak-anaknya (spawning grounds). Kerusakan dan ketercemaran sebuah formasi dan tipe ekosistem bukan hanya dalam bentuk eksploatasi fisik atau adanya unsur-unsur asing yang bersifat fisik dari luar, yang masuk dan berasimilasi dengan sistem, melainkan semua bentuk intervensi. Biasanya, dengan alasan-alasan untuk memantas-mantaskan, agar terasa layak, dalam pengelolaan suatu kawasan seringkali diberi unsure-unsur masukan atau tambahan. Di beberapa lokasi, sebuah gua yang berstatus cagar alam, karena sering dikunjungi orang, maka pada gua tersebut ditempatkan alat penerang, dan di genangan lumpur dalam gua dipasangi jembatan papan.
Di Indonesia, formasi dan tipe habitat yang ada sangat beragam, dan beberapa di antaranya terlanjur rusak dan bahkan punah sebelum dapat diselamatkan. Dengan demikian, banyak sekali informasi terkait dengan evolusi, biologi, dan ekologi menjadi lenyap pula. Hal ini merupakan kerugian besar, dan sebuah sistem ekologi yang telah berada pada titik kritis terendah menurut daya-lentingnya, tidak mungkin kembali seperti semula. Apabila semua keragaman formasi dan tipe ekosistem ingin diselamatkan, maka Indonesia membutuhkan sangat banyak kawasan cagar. Sejauh ini, dengan cara yang selektif, beberapa formasi dan tipe sudah ditetapkan sebagai cagar alam, terutama yang sifatnya sangat penting dan menonjol. Namun demikian, masih sangat banyak formasi dan tipe ekosistem yang harus diperhatikan, dan paling tidak harus ditetapkan keterwakilan masing-masing formasi dan tipe, pada setiap wilayah biogeografis.
Sampai dengan tahun 2008, di Indonesia telah ditetapkan sebanyak 237 lokasi cagar alam, baik daratan maupun perairan, dengan luas total 4.730.704,04 hektar.


PENGUASA BUMI
KALAU kita menyimak informasi bahwa serangga (insects dan arachnids) saat ini merupakan kelompok hewan yang terbanyak jenisnya di bumi, mencapai 950.000 species atau lebih, maka itu berarti serangga benar-benar adalah mahluk yang menguasai bumi ini. Serangga, seperti juga kelompok satwa lainnya, memiliki peran yang penting dan spesifik dalam sistem ekologi bumi. Kemampuan serangga luar biasa, terutama di dalam menghuni semua relung habitat, baik di daratan maupun di perairan. Bahkan serangga, mampu juga membangun habitat pada tubuh mahluk lain, yang sekaligus menjadi inang atau produsen.


Indonesia dengan posisi yang berada di daerah tropik, yang sebagian besar wilayahnya juga masih tertutup hutan, savanna, semak-belukar, danau, rawa dan air payau, merupakan gudang serangga. Belum terinventarisasi secara detil, tetapi diperkirakan jumlah species serangga di Indonesia sekitar 100 – 300 ribu species.


Peranan serangga bagi lingkungan sudah pasti, seperti sebuah mesin yang bergerak untuk mendorong berfungsinya alat lain secara maksimal. Jutaan lebah dan kerabatnya, akan bergerak dari pagi sampai sore untuk melakukan penyerbukan terhadap tumbuhan di hutan. Ribuan jenis lainnya memiliki peran menghancurkan sampah hutan menjadi humus, yang menyediakan unsur hara bagi tumbuhan. Buah busuk yang jatuh di lantai hutan, dikerumuni serangga, dan di sana ada satwa lain yang mengintai serangga: katak, kadal, dan lainnya, berpesta pora.


Serangga memiliki keistimewaan, karena sebagian besar mampu melakukan perpindahan tempat pada jarak-jarak tertentu. Selain itu, serangga juga memiliki karakteristik dengan siklus hidup yang singkat, dan ada di antaranya memiliki beberapa fase dalam tahapan perkembangannya: telur, ulat, kepompong dan serangga dewasa.


Tampilan morfologis serangga tidak kalah menarik dengan kelompok satwa lain, baik bentuk fisiologinya maupun warna-warninya. Memang, cukup banyak juga yang berpenampilan “mengerikan” seperti seekor monster mini, dan menimbulkan rasa ngeri atau jijik pada sebagian orang. Tetapi sebenarnya, tampilan seperti itu bukanlah buruk, melainkan unik. Beberapa jenis serangga juga memiliki organ perlindungan diri, dalam bentuk bisa. Lebah, labah-labah, kalajengking dan banyak jenis lainnya, dapat membuat seseorang keracunan kalau tersengat atau tergigit, dan bahkan ada yang bisanya dapat mematikan.


Serangga merupakan sumber makanan yang terpenting dan potensial bagi banyak jenis satwa lainnya, semisal kelompok mamalia seperti kelelawar, cerurut, dan lainnya; kelompok burung, seperti paruhkatak, cabak, dan lainnya; dari kelompok reptil seperti cecak, kadal, dan lainnya; dari kelompok amfibia seperti katak, bangkong, dan lainnya; dari kelompok ikan seperti arowana, ikan pemanah, kepala timah, dan lainnya – dan kelompok manusia, yang makan belalang, telur tawon, dan lainnya. Tentunya, serangga juga tidak sedikit yang memangsa sesama serangga.


Kontribusi ekonomis serangga terhadap manusia sebenarnya telah berlangsung sejak lama, seperti pemanfaatan lebah madu untuk mendapatkan nectar, yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, dan bahkan sekarang lebah madu ini telah dibudidayakan. Jengkerik, dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan burung; sedangkan kupu-kupu sutra (Bombix sp.) sudah lama menjadi komoditi, karena serat ulatnya yang bermanfaat sebagai bahan untuk kain sutra yang bermutu.


Akibat eksploatasi berbagai sumber daya alam, kerusakan habitat, dan sebagainya, saat ini beberapa jenis serangga telah mulai langka dan terancam punah. Beberapa jenis serangga, seperti kupu-kupu sangat intensif dieksploatasi, untuk dijual sebagai cinderamata, atau beberapa jenis kumbang yang unik, yang ditangkap dan dijadikan hiasan permata pada cincin atau kalung.


Beberapa jenis serangga memang memiliki potensi sebagai inang atau vektor penyakit, seperti nyamuk yang merupakan penyebab malaria dan DBD. Lalat dan kerabatnya, menjadi vektor penyakit kolera dan disentri,. Kutu, di kepala dan di badan, merupakan hamah tubuh yang cukup mengganggu.


Selain itu, beberapa jenis serangga juga potensial sebagai hama, terutama untuk pertanian. Wereng, belalang, kutu loncat, adalah jenis-jenis serangga yang popular sebagai hama. Kumbang merupakan penggerek daun yang efektif, pelubang kayu balok dan papan, serta kecoak yang selalu mengganggu di lemari makan.


Namun terlepas dari semua “kekurangan” serangga, mereka punya jauh lebih banyak kelebihan dan potensi untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu, dengan memahami serangga secara lebih universal, terutama perannya dalam sistem ekologi, maka serangga merupak aset yang harus dijaga kelestariannya. Sebagai sumberdaya plasmanutfah, serangga memiliki potensi untuk dikembangkan terus di dalam mendukung kepentingan hidup manusia. Selama sebuah sumber cadangan genetika masih kita miliki, maka akan selalu tersedia alternatif untuk kemanfaatannya di masa depan. Karena itulah, kita sudah selayaknya memberi tempat hidup yang patut bagi serangga, bukan memusuhinya, melainkan mengakrabi dan mengendalikannya. Serangga, adalah penguasa bumi. Karena tanpa serangga, kita tidak tahu akan jadi apa bumi ini. (ais)

kuliah lapangan BAB I PENDAHULUAN

kuliah lapangan
BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Makhluk hidup menempati seluruh habitat di bumi ini, begitu juga halnya dengan hewan vertebrata. Di dalam Taksonomi Vertebrata ini dipelajari lebih dalam mengenai hewan vertebrata. Taksonomi merupakan suatu ilmu, teori, dan praktek klasifikasi makhluk hidup yang meliputi pemberian tata nama dan penyusutan secara sistematik kedalam kelompok makhluk hidup. Jenis organisme sangat ditentukan oleh karakteristik lingkungannya. Kawasan yang paling menarik untuk melakukan observasi hewan vertebrata adalah di kawasan Taman Marga Satwa Kinantan Bukittinggi. Dengan mengikuti kuliah lapangan di kawasan ini mahasiswa dapat mengetahui struktur morfologi dari Reptili, Aves, dan Mamalia.

B. TUJUAN

Tujuan kuliah lapangan adalah:
1. Mengenal jenis hewan vertebrata
2. Mengetahui morfologi hewan yang termasuk kelas Reptillia, Aves, dan Mamalia secara lansung.
3. Menyempurnakan perkuliahan mata kuliah taksonomi vertebrata yang telah dilaksanakan.

C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Hari / Tanggal :Kamis / 24 Desember 2009
Pukul :09.00 s/d selesai
Tempat :Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan

D. DESKRIPSI DAERAH

Kebun binatang tersebut sangat terawat dengan baik. Berbagai spesies dari ketiga kelas Reptillia, Aves, dan Mamalia dapat ditemukan disana. Tempat ini sangat cocok sekali untuk kuliah lapangan Taksonomi Vertebrata. Kebun binatang ini berada di kota Bukittinggi yaitunya kota yang terletak antara 100,21-100,25 BT dan 00,75-00,19 LS dengan temperature udara antara 16,1oC-24,8OC dan kelembapan udara antara 82,0-90,8%. Topografi kota bukittinggi pada umumnya bergelombang dengan tiga buah sungai kecil yaitu batang agam yang mengalir di tengah kota, batang tambuo disebelah timur dan batang sianok mengalir sebelah barat.

Di provinsi Sumatera Barat, letak kota bukittinggi sangat strategis dan merupakan daerah transit untuk mencapai daerah utara,selatan dan timur. Karena letaknya pula kota ini menjadi daerah wisata pusat perdangangan, pusat pendidikan, dan kebudayaan, serta daerah industri rakyat.



BAB II
DASAR TEORI

Chordata merupakan bagian dari kingdom animalia yang memiliki ciri struktur adalah memiliki chorda dorsalis, batang syaraf dorsal dan celah insang. Store et al (1979) membagi filum ini atas 3 subfilum yaitu : Urochordata, Chephalochordata dan Vertebrata. Sedangkan berdasarkan alat geraknya vertebrata dibagi atas dua superclassis yaitu Pisces dan Tetrapoda yang meliputi Amphibia, Reptil, Aves dan Mamalia.

A. Superclassis Pisces
Berdasarkan klasifikasi menurut Romer (1959), maka kedudukan kategori tingkat takson superclassis Pisces terdiri atas tiga classis utama yaitu Agnatha, Chondricthyes dan Osteichthyes
Classis Agnatha
Ciri-ciri Classis Agnatha
• Mulut tanpa rahang
• Tubuh gilig (silindris)
• Tubuh halus tanpa sisik
• Rangka tubuh dari tulang rawan
• Tidak memiliki sirip berpasangan
• Cekung hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial
• Insang terletak dalam kantung insang dengan celah insang disisi lateral tubuh (Herman Munaf. 2006 : 26-27)

Yang termasuk dalam classis Agnatha terdiri atas Ostracoderma yang merupakan Agnatha purba yang telah punah. Sedangkan yang masih hidup hanya terdiri atas satu subclassis yaitu Cyclostomata. Cyclostomata ini memiliki tubuh yang bulat atau silindris, bagian ekor pipih, mulut memiliki alat menempel dengan gigi zat tanduk, kulit tanpa sisik dan memiliki kelenjar mukosa. Selain itu pada daerah kiri dan kanan faring memiliki 6-14 pasang insang, memiliki sepasang ren yang mempunyai saluran urogenitalis, otak berkembang baik, suhu tubuh tergantung lingkungan dan memiliki sebuah gonad tanpa besar tanpa saluran, dimana pembuahan terjadi di luar tubuh. Kelas ini memiliki dua ordo yaitu Petromizontia dengan contoh Petromizon marinus dan Myxinoidea dengan contohnya Polisterma stouti. (Maskoeri Yasin. 1992: 35-41)

Classis Chondricthyes
Vertebrata kelas Chondrichthyes ini disebut dengan ikan bertulang rawan karena memiliki endoskleton yang relatif lentur yang terbuat dari tulang rawan dan bukan tulang keras. Namun, pada sebagian besar spesies, beberapa bagian kerangka diperkuat oleh butiran kalsium. (Neil A. Campbell. 2003: 255)
Berikut merupakan ciri-ciri Chondrichthyes
• Rangka tulang rawan
• Ada yang bersisik, ada yang tidak bersisik
• Celah insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang
• Letak celah insang lateral dan ventral
• Mulut terletak pada sisi ventral
• Ada yang mempunyai spirakulum dan ada yang tidak
• Sirip berpasangan
• Tidak memiliki gelembung udara
• Ada yang tidak memiliki kloaka dan ada juga yang punya
• Alat kelamin luar, jantan memiliki alat kelamin yang disebut clasper
• Lubang hidung sepasang (Herman Munaf. 2006 : 30)

Kelas Chondrichthyes memiliki dua subclassis yaitu Elasmobranchii dan Hallcepalii.
a. Subclassis Elasmobranchii
Subclassis Elasmobranchii terdiri atas Squaliformes dan Rajiformes. Contoh dari Squaliformes adalah Squalus achanthias dan Rajiformes adalah Raja erinacca. Pada Squaliformes terdapat celah insang pada sisi lateral dan bagian sisi depan sirip dada tidak berlekatan dengan bagian lateral. Sedangkan Rajiformes, celah insang terdapat pada sisi bawah dan bagian sirip depan dengan sirip dada berlekatan pada bagian lateral kepala. Namun kedua ordo sama memiliki celah insang 5-7 pasang dan spirakulum serta kloaka.

b. Subclassis Halochepalii
Kelas ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Celah insang sepasang pada sisi lateral
• Tidak memiliki spirakulum
• Tidak memiliki sisi plakoid
• Anterior sirip dada tidak melekat pada lateral kepala
• Terdiri dari ordo Chimaeriformes dengan contoh Chimaera montrosa (Herman Munaf. 2006 : 30-31)

Classis Osteichthyes
Osteichthyes merupakan bagian dari superclassis Pisces. Dalam bahasa Yunani Osteichthyes berasal dari bahasa Yunani yaitu oste berarti keras dan ichthyes berarti ikan. Sehingga ciri utama dari kelas ini adalah hewan yang memiliki tulang yang keras. Berikut akan diuraikan lebih lanjut mengenai ciri classis Osteichthyes dan klasifikasinya serta contoh pada tingkat ordo.

Ciri-ciri Classis Osteichthyes
• Rangka dari tulang sejati.
• Mulut pada ujung moncong.
• Sirip berpasangan.
• Cekungan hidung (fovea nasalis) satu pasang dan umumnya tidak bermuara dalam rongga mulut.
• Jenis sisik cycloid, stenoid, ganoid dan rhomboid.
• Memiliki gelembung renang (peneumatocist).
• Kulit banyak mengandung kelenjar mukosa biasanya diliputi oleh sisik.
• Cor terdiri atas dua ruangan.
• Pernafasan dilakukan dengan beberapa pasang insang yang terletak pada archus branchius yang berada dalam ruangan celah insang pada tepi samping pharynx yang tertutup oleh operculum.
• Terdapat 10 pasang nervis cranialis.
• Suhu tubuh tergantung pada lingkungan sekitar.
• Memiliki sepasang gonad (Maskoeri Yasin. 1992: 49-50)

Bila dilihat kembali secara anatomi sirip ekor dibedakan atas 4 yaitu tipe Protocercal, Diphicercal, Homocercal dan heterocercal. Sirip ini pada ikan berfungsi untuk mempertahankan kesetimbangan dalam air untuk berenang. (Maskoeri Yasin. 1992: 52-53)
Secara morfologi, sirip ikan dapat dibedakan atas sirip dorsal, sirip pectoral, sirip ventral, sirip anal dan sirip caudal. Pada ikan juga terdapat sisik dengan tipe yaitu:
o Sisik sikloid, yaitu sisik pertumbuhan berlangsung dengan membentuk lingkaran tambahan yang konsentris.
o Sisik stenoid, yaitu sisik yang berbentuk sisir.
o Sisik ganoid, yaitu sisik yang berbentuk belah ketupat di tengah.
o Sisik plakoid yaitu sisik yang terbentuk dari penebalan pada bagian-bagian dari kulit yang keras dengan bentuk yang tidak menentu. (Tim Taksonomi Hewan 2. 2006: 3-6)

Klasifikasi Classis Osteichthyes dan Contoh Pada Tingkat Ordo
Classis Osteichthyes mempunyai tiga subclassis yaitu Sarcoptergii, Branchiopterygii dan Actinoptergii.

a. Subclassis Sarcpoterygii
Ciri-cirinya :
• Sirip-sirip yang berpasangan mempunyai pangkal berdaging, bagian itu didalamnya disokong oleh elemen-elemen tulang yang kuat.
• Fovea nasalis ada yang bermuara dalam mulut dan ada yang tidak.
Subclassis Sarcopterygii terdiri atas dua ordo yaitu ordo Coelacanthifoemes (Crassopterygii) dan Dipteriformes (Dipnoi).

1). Ordo Coelacanthifoemes (Crassopterygii)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Elemen-elemen tulang dalam pangkal sirip mempunyai elemen-elemen tulang pada tangkai tetrapoda (ada scapula, humerus, radius, ulna dan carpalia).
o Lubang hidung bermuara dalam rongga mulut.
o Contoh spesies Latimera chalumae dan Latimera menadoensis.

2). Ordo Dipteriformes
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
o Ikan berparu-paru.
o Sisik bermodifikasi menjadi tulang-tulang dermal yang menutup kepala, rahang dan lengkung dada.
o Sisik bertipe sikloid.
o Mempunyai tutup insang.
o Mempunyai gelembung udara.
o Mempunyai kloaka.
o Contohnya: Neoceratodus, Lepidosiren dan protopterus.

b. Subclassis Branchiopterygii
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Sisik tebal berbentuk rhomboid.
• Pangkal sirip menyempit, tertutup oleh sisik.
• Sirip punggung tersusun atas delapan atau lebih lembaran sirip yang diperkuat oleh adanya satu spina.

Subclassis Branchiopterygii hanya terdiri satu ordo yaitu ordo Polyteriformes dengan ciri-ciri mempunyai sirip yang banyak (sesuai dengan namanya). Contohnya Polyterus bichir.

c. Subclassis Actinopterygii
Subclassis ini merupakan kelompok ikan yang hidup pada zaman sekarang. Berikut ciri-ciri subclassis Actinopterygii:
• Sirip yang berpasangan, tidak memiliki pangkal yang menonjol ditubuh, sehingga lembar sirip yang ada diluar tubuh hanya disokong oleh jari-jari sirip.
• Sisik-sisik umumnya tilakoid/ganoid.
• Ekor bertipe homocercal/bicercal.

Subclassis Actinopterygii terdiri atas 15 ordo, berikut akan disajikan ciri-ciri dari tiap ordo dan contoh spesiesnya.
1). Ordo Acipenseriformes
o Tubuh tertutup oleh lima baris kepingan tulang.
o Moncong panjang/memanjang.
o Ekor heterocercal.
o Contohnya Aciper oxyrhynchus

2). Ordo Amiiformes
o Sirip ekor termasuk dipehichercal pendek.
o Dalam pangkal sirip terdapat tulang radius yang berlekatan dengan scapulacoracoid.
o Contohnya Amia calva yang panjang tubuhnya sampai 1 meter.

3). Ordo Lepidossteiformes
o Sisik ganoid.
o Moncong yang panjang.
o Lubang hidung pada ujung moncong.
o Sirip ekor diphicercal pendek.
o Contoh Lepidosteus ossens yang memiliki panjang tubuh mencapai 1,5 meter.

4). Ordo Clupeiformes
o Sisik sikloid.
o Sirip ekor homocercal.
o Sirip dubur dan sirip punggung tanpa spina.
o Contohnya Clupea harengus.

5). Ordo Scopeliformes
o Sirip dorsal dua buah.
o Mulut besar banyak mengandung gigi-gigi.
o Punya alat penerangan karena hidup didasar laut.
o Contohnya Harpodon nehereu.

6). Ordo Cypriniformes
o Mempunyai gelembung udara yang berhubungan dengan esophagus, sehingga ikan ini bersifat sebagai physostomi. Jika gelembung udara tidak berhubungan dengan esophagus maka sifatnya adalah physoclysti.
o Sirp-sirp tanpa spina atau jika ada hanya satu buah, baik pada punggung maupun dada.
o Sirip perut terletak didaerah abdomen.

Kelompok ini memiliki dua subordo yaitu Cyprinoidea dan Siluroidea
a). Subordo Cyprinoidea
Bersisik.
Sekitar mulut ada tentakel atau tidak.
Vertebrata ketiga dan keempat tidak berlekatan.
Contohnya Cyprinus carpio (ikan mas).

b). Subordo Siluroidea
Tidak bersisik.
Sekitar mulut ada sungut atau tentakel dalam jumlah yang banyak.
Vertebrata ke-2,3 dan 4 bersatu.

7). Ordo Anguiliformes
o Tubuh memanjang dan silindris dengan ekor pipih bilateral.
o Sirip punggung, sirip dubur panjang dan sempit, bertemu dibagian belakang.
o Mempunyai satu pasang (lebih) sirip dada.
o Semua sirip yang ada tanpa spina.
o Contohnya Anguila bicolor (ikan sidat) dan Anguilla rosrata yang panjangnya mencapai 120 cm.

8). Ordo Beloniformes
o Tubuh agak memnjang dan pipih.
o Sisik sikloid.
o Sirip tanpa spina.
o Sirip perut juga terletak abdominal.
o Diantara anggota yang ada yang dapat digunakan untuk terbang diatas permukaan air seperti ikan terbang (Exocoetus pecilopterus).

9). Ordo Syngnathiformes
o Rahang atas dan rahang bawah bersatu membentuk bangunan seperti buluh.
o Sisik berupa cincin tulang.
o Mulut terletak diujung moncong yang seperti buluh itu.
o Contohnya adalah Hippocampus kuda (kuda laut).

10). Ordo Oppicephaliformes
o Kepala pipih dorsoventral.
o Sisik sikloid dan relatif besar.
o Gelembung renang sangat panjang.
o Insang mempunyai bangunan tambahan yang mampu mengambil oksigen dari udara seperti ikan gabus (Ophicephalus striatus) yang sering muncul dipermukaan air untuk menyerap udara.

11). Ordo Synbranchiformes
o Celah insang tunggal dan terletak di sisi ventral.
o Tubuh memnjang, silindris dan makin kearah kaudal makin kecil.
o Tidak memiliki sirip dada. Hal ini merupakan ciri sekunder dan bukan kemunduran, karena hidup dalam lumpur tidak memerlukan sirip dada. Bila sirip dada ada maka akan mengganggu.
o Tidak mempunyai sisik.
o Sirip dorsal, ekor dan dubur bersatu.
o Contohnya pada belut (Monopterus albus).

12). Ordo Perciformes
o Memiliki sirip punggung dua buah.
o Sirip mempunyai spinae.
o Sirip perut didaerah dada (pectoral).
o Contohnya Perca flavesceus.

13). Ordo Pleuronectiformes
o Bentuk tubuh pipih dorsoventral.
o Mata terletak pada sisi dorsal.
o Mulut pada salah satu tempat bagian samping.
o Contohnya adalah Cynoglossus lingua dan Hippoglossoides platessoides (ikan plat).

14). Ordo Echeneiformes
o Termasuk ikan kecil.
o Sirip punggung dua buah, sirip depan mengalami modifikasi menjadi alat pelekat untuk melekat pada ikan lain (terbentuk simbiosis komensalisme).
o Contohnya Echeneis nanocrates dan ikan Remora.

15). Ordo Tetraodontiformes
o Sisik mengalami modifikasi menjadi bangunan seperti spina.
o Dinding tubuh berupa lempeng tulang.
o Celah insang kecil.
o Contohnya Tetrodon sp dan Diodon sp. (Herman Munaf. 2006 : 33-43)

B. Superclassis Tetrapoda
Classis Amphibia
Vertebrata pertama didaratan adalah anggota kelas Amphibia. Saat ini kelas Amphibia diwakili oleh lebih kurang 4000 spesies katak, salamander dan caecilian (makhluk tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di hutan tropis dan di danau air tawar. (Neil A. Campbell. 2003: 258)
Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Amphi artinya rangkap, bios artinya hidup. Jadi amphibia artinya mempunyai dua macam bentuk kehidupan yang memerlukan dua macam habitat, yaitu perairan tawar dan daratan tetapi tidak semuanya demikian. (Herman Munaf. 2006: 48)
Ada beberapa ciri Amphibia yang menunjukkan kemajuan dibandingkan ikan ada menunjukkan orientasi untuk hidup didarat, yaitu :
• Alat gerak masih berupa kaki yang berselaput
• Bernapas dengan insang, kulit dan paru-paru sehingga dapat berfungsi untuk kehidupan di air dan di darat.
• Nares eksterna dan Nostil berhubungan dengan rongga mulut (cavum oris)
• Kulit selalu basah dan berkelejar sehingga selalu adaptif untuk kehidupan di air dan di darat.
• Terdapat dua pasang ekstremitas sehingga dapat digunakan untuk berenang dan berjalan/melompat.
• Rangka terdiri dari tulang sejati
• Jantung terdiri dari tiga ruang
• Eritrosit berbentuk oval dan berinti, poikilotermis
• Kelamin bersifat genosoris, fertilisasi eksternal, pembelahannya holoblastik. (Tim Taksonomi Hewan 2. 2006: 37)

Sesuai dengan namanya, Amphibia itu hanya separoh hidupnya di daratan (semi terestrial). Mereka harus kembali ke air untuk bertelur, dengan setidak-tidaknya keturunan masa kininya tidak tahan lama terhadap udara kering. Peralihan dari air ke daratan dan sebaliknya, menimbulkan masalah tambahan dalam mempertahankan keseimbangan air dan ekskresi limbah. (Jhon W. Kimbal. 1991: 93)
Pada hewan Amphibia biasa juga didapatkan tipe sirkulasi rangkap, seperti pada Protopterus. Dua pembuluh darah yang satu kaya oksigen sedangkan lainnya sedikit oksigen masuk ke dalam jantung. Pada Amphibia sinus spenosus, telah berubah kedudukannya, bermuara langsung keamum kanan. (Susilo Handari Suntoro.1993: 253)



Klasifikasi Amphibi:
Amfibi maju dapat dibedakan atas empat ordo: Apoda, Trachystomata, Caudata, Anura.
1. Ordo Apoda
o Tubuh berbentuk panjang, gilig, langsing seperti cacing.
o Tidak mempunyai tungkai maupun gelang panggul.
o Mata praktis buta dan tengkorak padat.
o Kulit beralur-alur tranversal sehingga kulit itu seakan-akan berkerut.
o Bersisik kecil menempel di dalam alur-alur kulit.
o Hewan jantan memiliki alat kelamin luar.
o Contoh: Ichtyophis glutinosa
2. Ordo Trachystomata
o Bentuk tubuhnya seperti sidat.
o Tungkai belakang tidak ada, tungkai depan sangat kecil
o Pada vertebra ekor arcus-arcusnya melebar.
o Mencakup dua genus yang maju yaitu Siren dan Pseudobranchus dan sejumlah anggota yang telah punah yang hidup pada zaman kreta.

3. Ordo Caudata
o Tubuh dapat dibedakan atas kepala, badan, ekor, dan tungkai.
o Kulit tidak bersisik.
o Bergigi pada kedua rahangnya.
o Larva mirip dengan hewan dewasa.
o Metamorfosis ditandai dengan munculnya tungkai belakang, berkembangnya paru-paru, terabsorbsinya insang luar, menutupnya celah insang.

Caudata mencakup tujuh famili: famili Proteidae dengan contoh species Necturus, famili Amphiumidae dengan contoh species Amphiuma, famili Cryptobranchidae dengan contoh species Cryptobranchus alleganiensis, famili Salamandridae dengan contoh species Notophtalmus, famili Ambystomatidae dengan contoh species species Ambystoma, famili Pletodontidae dengan contoh species Plethodon, dan famili Sirenidae dengan contoh species Pseudobranchus.

4. Ordo Anura
o Tubuh pendek lebar dan kaku.
o Kepala dan badan bersatu.
o Tidak punya leher dan ekor.
o Tungkai depan lebih kecil dan lebih pendek dari pada tungkai belakang.

Ordo ini dibedakan atas beberapa famili seperti Discoglosidae, Leptodactylidae, Pipidae, Ranidae, Bufonidae, Pelobatidae, Pelodytidae, dan Famili Hylidae. (Herman Munaf. 2006: 59-63)

Classis Reptil
Reptil merupakan kelompok amniota yang memiliki sisik epidermis, tapi tidak punya bulu, tidak berambut dan tidak mempunyai kelenjar susu. Kelompok ini mencakup kura-kura, kadal, ular, buaya, dan tuatara. Perkembangan hidup terjadi secara langsung tanpa melalui stadium larva. (Herman Munaf. 2006: 66)

Ciri-ciri anggota Reptil secara luas dapat diuraikan sebagai berikut:
• Anggota reptil berdarah dingin karena suhu tubuhnya berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungan.
• Kulit bening, hampir tidak mengandung kelenjar kulit, tertutup oleh sisik epidermis atau lempeng-lempeng tulang dibawah epidermis misalnnya buaya.
• Daerah mulut mulai terbentuk langit-langit kedua yang memisahkan rongga hidung dengan rongga mulut.
• Pembagian columna vertebralis menjadi lima daerah tertentu.
• Tungkai (bila ada) bertipe pentadactyla.
• Ginjal bertipe metanefros.
• Jantung terdiri atas tiga ruangan (pada buaya empat ruangan)
• Terdapat 12 pasang saraf otak.
• Perkembangan langsung dari telur menjadi hewan reptil tanpa melelui staadium larva. (Herman Munaf. 2006: 77)

Reptilia memiliki kemajuan dibanding Amphibia. Hal ini ditunjukkan dengan mempunyai penutup tubuh yang kering dan berupa sisik yang merupakan penyesuaian hidup menjauhi air, ekstrimitas cocok untuk bergerak cepat, adanya pemisahan darah yang beroksigen dengan yang tidak pada jantung dan sempurnanya proses penulangan serta telur yang sesuai sekali untuk pertumbuhan darat. (Maskoeri Yasin. 1992: 101)
Klasifikasi Reptil
1. Ordo Testudinata
Ordo ini meliputi hewan reptil yang disebut “kura-kura”. Hewan ini mudah dikenal dengan bentuk tubuhnya yang seperti kotak yang dinamakan theca. Theca dibedakan atas dua bagian yaitu: carapax (bagian dorsal) dan plastron (bagian ventral). Kedua bagian itu dihubungkan satu sama lain oleh suatu “jembatan” yang terletak pada sisi lateral. Pada umumnya theca tersusun atas dua lapisan yaitu bahan tanduk dan lapisan tulang.
Lapisan bahan tanduk merupakan lapisan luar yang tipis dan tersusun atas kepingan-kepingan (laminea) yang berbatasan satu dengan yang lain pada bagian yang dinamakan limbus. Ordo testudinata dibagi atas dua sub ordo berdasarkan atas cara melipatnya leher pada waktu hewan menyembunyikan kepalanya yaitu: subordo cryptodira dan sub ordo pleurodira. Subordo cryptodira meliputi kura-kura yang melipat lehernya sebagai huruf ‘S’ pada bidang vertikal. Pleurodira meliputi jenis kura-kura yang cara melipat lehernya kesamping pada bidang horizontal.
Sub ordo cryptodira meliputi sepuluh famili, beberapa diantaranya adalah: famili cheloniidae, famili dermochelidae, familitrionychidae. Sub ordo pleurodira mencakup dua famili: famili chelidae contoh spesiesnya Chelodina longicollis, Chelonia mydas.

2. Ordo Rhynchocephalia
Merupakan kelompok reptil primitif yang kadang-kadang disebut juga sebagai “fosil hidup”. Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxila, palatinum, dan dentale. Tulang-tulang gostralia (tulang-tulang perut) berkembang baik. Celah kloaka melintang, diatap kepala terdapat mata parietal dengan lensa dan retina. Pada hewan muda mata parietal tampak jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada yang dewasa kulit itu menebal. Alat ini diduga peka terhadap panas dan cahaya.Ordo ini mencakup satu famili Sphenodontidae dengan species Sphenodon punctatus.

3. Ordo Squamata
Tubuh tertutup oleh sisik-sisik atau perisai dari bahan tanduk. Pada sebagian besar golonga ular, sisi ventral tubuhnya tertutup oleh satu deret sisik ventral yang memanjang kearah tranversal. Pada golongan tokek, sisik-sisik itu mereduksi atau berubah menjadi tuberculum yang dinamakan sisik granuler. Pada golongan yang lain sisik-sisik mengalami pertumbuhan yang khusus membentuk tubercula besar atau spinae.
Ordo ini dibedakan atas dua sub ordo yaitu Sauria dan Ophidia.
a. Subordo Sauria
Pada umumnya tubuh dapat dibedakan atas kepala, badan, tungkai, dan ekor. Tetapi ada juga yang tidak bertungkai. Mempunyai gelang bahu atau gelang panggul, dalam bentuk yang lengkap atau mereduksi. Dua belah rahang bawah bersatu, tidak dapat bergerak satu terhadap yang lain. Umumnya mempunyai kelopak mata yang dapat bergerak, lidah yang pendek dan tebal dan satu pasang lubang telinga. Cara makannya dengan merobek mangsanya kemudian ditelan. Kebiasaan hidup ada yang terestrial, aboreal, dan aquatik. Subordo ini mencakup 20 famili. Beberapa diantaranya ialah gekkonidae, agamidae, varanidae, scincidae.

b. Subordo Ophidia (Serpentes)
Sub ordo ini meliputi Reptil yang tertutup oleh sisik-sisik atau dan perisai.
Kelopak mata tidak dapat bergerak dan membentuk suatu tutup yang terang terus. Tidak terdapat tungkai dan lubang telinga.
Subordo ini mencakup 10 famili. Beberapa diantaranya adalah famili typhlopidae dengan contoh species Typhlops braminus (ular kisi), famili Boidae dengan contoh species Python reticulatus (ular sanca), famili Colubridae deengaan contoh species Natrix piscator (ular air), famili Elapidae dengan contoh species Naja-naja (kobra), famili Hydrophiidae dengan contoh species Pelamis platurus (ular laut), famili Crotalidae dengan contoh species Aghistrodon rhodostoma (ular tanah).

4. Ordo Crocodilia (Loricata)
Ordo ini meliputi hewan-hewan reptil yang besar dan kuat, panjangnya dapat mencapai sembilan meter. Kulit tebal, liat dan mengandung kepingan-kepingan dari bahan tulang tersusun dalam deretan-deretan. Kepala kuat dan keras,dilengkapi gigi tajam yang kuat. Di daerah tenggorokan dan dekat cloaca terdapat sepasang kelenjar yang mengeluarkan getah berbau keras yang gunanya untuk menarik pasangannya pada waktu kawin. Mata kecil terletak dibagian yang menonjol kearah dorso lateral, sehingga tidak terkena air pada waktu hewan mengapung.
Ekor panjang, besar dan kuat, makin keujung makin bilateral. Gunanya sebagai senjata untuk memukul mangsanya dengan mengibaskannya kuat-kuat. Disamping itu juga sebagai alat penggerak pada waktu berenang. Anggota badan relatif pendek dan kuat. Kaki depan berjari lima tidak berselaput. Hewan dalam ordo ini bersifat ovipar.
Ordo ini mencakup tiga famili yaitu familli Gavialidae dengan contoh species Gavialis gangeticus, famili Crocodilidae dengan contoh species Crocodilus porosus, dan famili Aligatoridae dengan contoh species Alligator missisipiensis. (Herman Munaf. 2006: 79-88)

Classis Aves
Aves adalah hewan yang paling dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan cirinya yang khas yaitu berbulu. Dengan bulu itu tubuh dapat mengatur suhu dan terbang. Kata Aves berasal dari kata Latin dipakai sebagai nama Klas, sedang Ornis dari kata Yunani dipakai dalam “Crnithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. (Maskoeri Yasin. 1992: 113)
Kemampuan burung untuk terbang merupakan kelebihan dari anggota-anggota aves, yang tidak dimiliki oleh anggota kelas-kelas yang lain. Namun, pada kenyataan yang kita lihat sekarang tidak semua burung dapat terbang. Burung kiwi, kasuari, emu, burung unta dan rhea, merupakan burung-burung besar dan tidak dapat terbang, tetapi merupakan burung pelari cepat. Burung-burung ini tidak mempunyai lunas pada tulang dadanya. Ada juga burung lain yang juga tidak dapat terbang seperti pinguin. (Herman Munaf. 2006: 90-92).
Berikut merupakan Ciri-ciri khusus classis Aves ini adalah:
• Tubuh terbungkus oleh bulu.
• Mempunyai dua pasang ekstremitas dimana ekstremitas anterior mengalami modifikasi menjadi sayap, sedangkan ekstremitas posterior diadaptasikan untuk berenang, berjalan dan hinggap atau bertengger.
• Sruktur tulang disesuaikan untuk terbang sehingga bentuknya kecil, porous tepi kuat dan mengalami penulangan yang sempurna, bagian ujung dari maksila dan mandibula membentuk paruh/rostrum.
• Cor/jantung terdiri dari 4 ruangan yakni dua auricular dan dua ventricular.
• Respirasi dilakukan dengan paru-paru yang kompak dan berhubungan dengan kantung udara (saccus pneumaticus).
• Tidak memiliki vesika urinaria.
• Memiliki 12 nervi cranialis.
• Suhu tubuh tetap (homoiothermis).
• Fertilisasi terjadi di dalam tubuh; tubuh memiliki yolk basar terbungkus oleh cangkok yang keras,untuk menetas diperlukan pengeraman.

Berdasarkan susunan anatomis bulu penutup tubuh Aves dibagi atas tiga macam,
yaitu :
Filoplumae, rambut yang ujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather).
Plumulae, berbentuk hamper sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers).
Plumae, merupakan bulu yang sempurna (countour feather).

Saccus pneumaticus (kantong udara) terdiri atas :
Saccus pneumaticus abdominalis, yang terletak sebelah abdomen, dilingkari oleh lingkaran-lingkaran intestinum.
Saccus thoracalis posterior, yang menempel pada dinding belakang badan.
Saccus thoracalis anterior, yang terletak di depan saccus thoracalis posterior.
Saccus interclavicular, yang terdapat antara caracoid dan merupakan gelembung tunggal di lenia mediana, berhubungan dengan bronchus dextium sinistrum.
Saccus axillaries, yang terletak ai kanan kiri dari saccus interclvilaris pada ketiak.
Saccus cervicalis, yang terletak di pangkal leher.

Semua terdapat sepasang, kecuali saccus interclavicularis yang mempunyai hubungan dengan rongga-rongga bawah dalam tulang yang panjang, sehingga terjadi pnuematisasi pada tulang-tulang. (Maskoeri Yasin. 1992: 113-128)

Klasifkasi Aves
Jumlah spesies yang masih hidup diperkirakan 3.650, ada sekitar 100 spesies yang belum dikenal karena hidup dihutan-hutan. Klasifikasi dari Aves ini dibedakan atas beberapa ordo, diantaranya yaitu :
1. Ordo Apterygiformes
Ordo ini merupakan kelompok burung yang tidak dapat terbang. Ciri-cirinya adalah :
o Memiliki bulu yang panjang seperti rambut dan tidak bercabang
o Sayap kecil
o Paruh panjang, langsing, pada ujungnya terdapat lubang hidung
o Mata kecil
o Leher dan tungkai relatif pendek
o Jari-jari kaki belakang empat
o Tulanh dada tanpa lunas
o Memiliki telur yang besar dari burung-burung yang lain
o Hidup dipermukaan tanah dan beraktifitas ddi malam hari (nocturnal)
o Makanannya cacing atau serangga
o Contoh spesies dari ordo ini adalah Apteryx australis (burung kiwi).

2. Ordo Struthioniformes
Merupakan burung tak terbang yang memiliki ciri sebagai berikut:
o Bulu tidak bercabang, kaki berjari-jari dua
o Paruh pendek dan besar
o Kepala kecil, leher panjang dan teratur
o Contoh : struthio camelus (burung unta)

3. Ordo Casuariiformes
Ordo ini mencakup jenis-jenis burung yang tak terbang. Ciri-cirinya adalah :
o Ukuran tubuh besar
o Kepala berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal
o Bulu bercabang, hamper sama panjang dengan induknya
o Kaki berjari tiga, satu diantaranya bercakar runcing
o Tulang sayap tanpa lunas
o Sayap kecil
o Contoh spesies dari ordo ini adalah : Casuarius casuarius (Kasuari)

4. Ordo Gaviiformes
Ordo ini mencakup burung-burung air. Ciri-cirinya adalah:
o Tungkai pendek,terletak dibagian belakang tubuh
o Ekor terdiri atas 18-20 lembar bulu yang kaku
o Jari-jari berselaput renang
o Patella kecil
o Pandai terbang
o Contoh spesies dari ordo ini adalah Gavia immer

5. Ordo Spheniscitormes
Mencakup burung penguin yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
o Burung air tak dapat terbang
o Bulu-bulu kecil seperti sisik menutup seluruh tubuh
o Sayap berbentuk seperti dayung
o Dibawah kulit terdapat lapisan lemak yang tebal
o Contoh : Penguin emperor ( penguin )

6. Ordo Anseriformes
o Paruh lebar tertutup lapisan tanduk yang lunak
o Tepi paruh berlamela ( berpematang ) transfersal
o Tungkai pendek, jari-jari berselaput
o Contoh : Cygnus olor

7. Ordo Falconiformes
Ordo ini mencakup burung-burung yang buas. Ciri-cirinya adalah:
o Paruh pendek , ujungnya melengkung dan runcing,tepi-tepinya tajam
o Jari-jari kaki tajam melengkung seuai untuk mencengkeram mangsanya
o Kuat terbang
o Contoh spesies dari ordo ini adalah Halianster Indus

8. Ordo Galliformes
o Paruh pendek dan bulu bercabang
o Kaki digunakan untuk berlari dan mengais
o Pemakan biji-biji rerumputan (garaminivor)
o Contoh : Pavo mulicus ( merak )

9. Ordo Gruiformes
o Bulu-bulu bercabang dan tungkai panjang
o Paruh besar
o Contoh : Turnix suscicator ( puyuh )

10. Ordo Caradriiformes
o Sayap dan tungkai panjang dan ramping serta jari-jari berselaput
o Paruh berbentuk buluh, sebagai alat penyedot
o Bulu-bulu tebal, tersusun rapat
o Contoh: Charadrius vociferous

11. Ordo Columbiiformes
Ordo ini mencakup burung-burung sebangsa merpati. Ciri-cirinya adalah :
o Paruh pendek dan langsing
o Tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari
o Kulit tebal dan halus
o Tembolok besar dan menghasilkan cairan susu (pigeon milk)
o Pemakan biji-bijian (graminifor) dan buah-buahan(fragifor)
o Contoh spesies dari ordo ini adalah Raphus cuculatus

12. Ordo Psittaciformes
Ordo ini mencakup burung-burung sebangsa kakak tua. Ciri-cirinya adalah:
o Bulu-bulu berwarna hijau, biru, kuning atau hijau
o Paruh pendek, sempit, tepinya tajam, ujungnya berkait
o Paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehinnga dapat bergerak
o Kaki bertipe zygodactylus(dua jari ke depan, dua jari ke belakang)
o Jari terluar tidak revelsible (tidak dapat dibalikkan ke depan)
o Contoh spesies dari ordo ini adalah Psittacula alexandrii

13. Ordo Strigiformes
Ordo ini mencakup jenis-jenis burung hantu. Ciri-cirinya adalah
o Kepala besar dan bulat
o Mata besar menghadap kedepan, dikelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun radial
o Lubang telinga lebar ,seringkali tetutup oleh lioatan kulit
o Jari kaki mempunyai cakar yang tajam, sesuai dengan fungsinya yntuk mencengkeram
o Paruh pendek, nocturnal dan predator
o Contoh spesies adalah Bubo virginianus
14. Ordo Apodiformes
o Tubuh kecil
o Tungkai sangat kecil dan sayap runcing
o Paruh kecil dan lunak, ada yang langsing dengan lidah berbentuk buluh panjang
o Contoh: Megaceryle alcyon

15. Ordo Passerifeormes
o Kaki berjari empat, tiga ke depan, satu ke belakang
o Paruh sesuai untuk memotong
o Contoh:Paradisaea minor

16. Ordo Tinamiformes
o Mencakup burung-burung kecil, terestrial, tak pandai terbang.
o Famili Tinamidae. Spesies Eudrema degans

17. Ordo Rheiformes
o Mencakup burung yang tidak terbang
o Famili Rheidae dengan spesies Rhea americana

18. Ordo Podicipediformes
o Hidup di air tawar, pandai menyelam.
o Tungkai terletak jauh dibagian belakang tubuh.
o Kaki berlebus, ekor pendek, tempurung lutut besar, tarsus pipih
o Famili Podicipedidae spesies Podiceps cristalis

19. Ordo Proceliaformes
o Kelompok burung laut.
o Famili Diomedeldae dengan spesies Diomedea nigripes
o Famili Hydrobatidae dengan contoh spesies Hydrobales pelanggicus

20. Ordo Pelecaniformes
o Mencakup burung-burung air.
o Ordo ini mencakup 6 famili diantaranya yaitu Pelecanidae dengan contoh spesies Pelecanus conspicillasis

21. Ordo Ciconiiformes
o Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri.
o Ordo ini mencakup tujuh famili diantaranya: Ardeidae dengan contoh spesies Ardea herodries

22. Ordo Cucuformes
o Mencakup burung yang sering disebut kuko.
o Ordo ini mencakup dua famili yaitu Musophagidae dengan contoh spesies Tauroco.

23. Ordo Caprimulgiformes
o Mencakup jenis burung cabak.
o Ordo ini mencakup lima familia diantaranya yaitu famili Caprinulgidae dengan contoh spesies Caprimulgus vociferus.

24. Ordo Trogoniformes
o Mencakup burung yang berparuh pendek dengan rambut-rambut bahu pada pangkalnya.
o Famili Trogonidae dengan salah satu contoh spesies Trogon viridis

25. Ordo Coliiformes
o Mencakup burung dengan ciri-ciri kaki bertipe paserin dan pemakan serangga.
o Ordo ini mempunyai satu familia yaitu: Coliidae dengan contoh spesies Colius macrourus.

26. Ordo Coraciiformes
o Mencakup jenis burung yang morfologis tidak begitu mirip.
o Ordo ini mencakup 7 famili diantaranya dalah Alcedinidae dengan contoh spesies Halycon chloris

27. Ordo Piciformes
o Mencakup jenis burung yang morfologis tidak mirip.
o Ordo ini mencakup 6 familia diantaranya adalah Picidae dengan contoh spesies Dinopium javanense(Herman Munaf. 2006: 92-108)

Classis Mamalia
Mamalia atau binatang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang beruang empat. Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai. http://id.wikipedia.org/wiki/mamalia
Berdasarkan sumber yang berbeda karakteristik lain dari mamalia adalah sudah memiliki tempurung kepala, regionasalis, memiliki 4 kaki dan masing-masingnya memiliki 5 jari,pernafasan dangan pulmo, memiliki vesika urinaria dengan hasil ekskresi berupa urin, memiliki 12 nervi cranialis dan suhu tubuh tetap serta fertilisasi terjadi secara internal.(Maskoeri Yasin.1992:137-138)
Berlawanan moyang reptilia, gigi mamalia mengalami spesialisasi untuk memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring) dan menggiling makanan(gigi geraham). Bahan baku serebrum, yang ditutupi oleh bahan puti pada reptilia tumbuh keluar diatas permukaan otak. Modifikasi ini berakibat jauh. (John W. Kimball.1991:942)

Pada mamalia ada beberapa sistem yang bekerja, yaitu:
Sistem rangka
Sistem rangka pada mamalia mengalami penulangan sempurna, tetapi juga terjadi pengurangan jumlah elemen rangka tubuh, contoh:tulang tengkorak.
Sistem otot
Otot pada mamalia terpusat pada wajah leher dan punggung.Otot-otot tersebut mampu bergerak dan menggerakan rambut.

Sistem sirkulasi
Sistem ini lebih maju dari vertebrata lainnya,dimana jantung terdiri atas 4 ruang 2 atrium dan 2 ventrikuler. Tidak ada sistim porta renalis dan eritrosit yang bersifat enukleat.

Sistem pencernaan
Mamalia memiliki kelenjer oral dengan sekresi lendir.Pada oral ada beberapa kelenjer yaitu kelenjer parotis, dan sublingualis dikhususkan sebagai kelenjer ludah. Urutam pencernaan adalah mulut, lidah, esofagus, lambung, usus halus, susu besar dan anus. Pada ruminantia,memiliki lambung yang kompleks. Dimana lambung terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Sistem pernafasan
Pada mamalia tidak sekomplek burung,dimana udara masuk melewati glottis ke larink dan kemudian masuk ketrakea, bronchus, bronkhiolus dan terhenti dalam aveoli tempat terjadinya pertukaran gas.
Sistem urogenital
Kedua ovari mamalia menghasilkan ovum pada oviduk untuk betina dan pada jantan testis mamalia terletak jauh diposteor tubuh.Mamalia memiliki ginjal dengan tipe metanefros dan kantong kemih.(Sukiya. 2003: 94-103)

Klasifikasi Mamalia
Dalam pengklasifikasian mamalia , berdasarkan ada tidaknyanya daun telinga, gigi, kloaka, puting dan letak testis. Mamalia diklasifikasikan atas 3 subclassis:
1. Subclassis Prototheria
2. Subclassis Allotheria (telah punah)
3. Subclassis Theria
PERBEDAAN SUBCLASSIS PROTOTHERIA DAN THERIA
No Prototheria Theria
1 Tidak punya daun telinga Memiliki daun telinga
2 Hewan muda bergigi, dewasa berparuh Gigi ada pada hewan muda dan dewasa
3 Mempunyai kloaka Tidak punya kloaka
4 Kelenjar susu tanpa puting Kelenjar susu dengan
puting
5 Testis abdominal dan bersifat ovipar Testis dalam kantung buah zakar, bersifat vivipar

Subclassis Theria dikelompokan kedalam infraclassis Metatheria dan Eutheria.
a. Infraclassis Metatheria
Ciri khas hewan ini mempunyai kantung dibawah perut, kelenjer susu terdapat dalam kantung, embrio tanpa plasenta dan anak dilahirkan premature. Contoh: Macropus sp dari ordo Marsupial. (Herman munaf.2006:110). Di Australia, Marsupial sudah memenuhi relung ujung ditempati oleh mamalia Eutheria dibagian dunia lain. Evolusi konvergen menghasilkan keanekaragaman Masupial yang juga menempati peranan ekologis yang sama. (Campbell.2003:272)

b. Infraclassis Eutheria
Memiliki ciri khas tidak berkantung, tanpa kloaka, testes terletak dalam kantung buah zakar, embrio dengan plasenta anak yang dilahirkan sudah jauh berkembang dengan baik.

Infraclassis ini dibedakan atas 16 ordo yaitu:
1) Ordo Insektivora
Anggota ordo ini memiliki ciri-ciri ukuran kecil, berambut halus seperti beludru, moncong panjang dan pipih, tiap kaki berjari lima, gigi runcing, plasenta diacoidal dan bersifat nocturnal, contoh: Crocidura fuliginosa .

2) Ordo Dermoptera
Ciri khasnya mempunyai lipatan kulit yang membentang mulai dari sisi kepala ketungkai depan dan dapat melayang diudara serta aktif diwaktu malam. Contoh:Cynocepalus variegates

3) Ordo Chiroptera
Mempunyai tungkai depan berubah menjadi sayap, jari kelima dan kedua memanjang, tungkai belakang lemah, daun telinga jelas, aktif diwaktu malam. Contoh: Pteropus vampirus dari sub ordo Megachiroptera.(Herman Munaf. 2006:112)

4) Ordo Primata
Primata berasal dari kata primate yang berarti salah satu yang pertama, terbaik atau noble. Ilmu yang mempelajari primata ini disebut Primatologi. Seluruh primata memiliki 5 jari, tubuh ditutupi rambut, bentuk gigi yang umum, cara berjalan plantigrat, orbita mata bulat yang menghadap kedepan. http://id.wikipedia.org/wiki/ primata
.
Ordo ini dibedakan atas 3 yaitu:
o Lemuroidea, contoh: Nycticebus coucang
o Tarsiodea, contoh: Tarsius spectrum
o Arthropoidea, contoh: Pongo pygmaneus


5) Ordo Edentata
Ada yang memiliki gigi dan ada yang tidak, jari-jari bercakar, testes abdominal contoh: Bradypus sp

6) Ordo Polidota
Memiliki ciri tubuh ditutupi sisik dari bahan tanduk, rambut terletak diantara sisik, tanpa gigi sama sekali, telinga mereduksi, jari 5, tungkai pendek dan pada tungkai depan ada cakar dan bersifat nocturnal. Contoh: Manis javanica

7) Ordo Logomorpha
Pada rahang atas terdapat 2 pasang gigi seri, tulang kering dan tulang betis bersatu, ekor pendek, telapak tangan berambut, jari kaki belakang bercakar. Contoh:Lepus nigricollis.(Herman Munaf. 2006:114-117)

8) Ordo Rodentia
Memiliki tubuh kecil, anggota badan berjari lima dan berkuku. Incicivi 1/1 x 2, berbentuk seperti pahat dan tumbuh terus. Tidak bercanini. Premolar 2/1, molar 3/3. Contoh:Mus musculus

9) Ordo Carnivora
Memiliki ukuran tubuh kecil sampai besar,dengan jari kaki yang biasanya 5, berkuku anggota tubuh mobil radius ulna.Contoh: Felis bengalesis

10) Ordo Cetacea
Ukuran tubuh sedang hingga besar sekali berbentuk skoci kepala panjang dan runcingmemiliki sirip dorsal berdaging, jari melebar tanpa kuku, tak beranggota belakang, ekor panjang dengan akhir melebar, gigi tanpa email, nostril terdapat diantara kepala, tidak punya kelenjar kulit kecuali kelenjar susu, permukaan tubuh licin tanpa bulu. Contoh:Delpirius delphis (lumba-lumba)

11) Ordo Tubuludentata
Memiliki tubuh yang tanpak kaku, rambut-rambut jarang, kulit tebal, telinga dan hidung panjang. Contoh:Orytecropus afer

12) Ordo Probosicidea
Ordo ini memiliki tubuh yang besar dan belalai yang panjang. Contoh: Elephas maximus

13) Ordo Hyrocoidea
Memiliki tubuh yang kecil, rupanya mirip babi, kaki muda berjari, sedangkan dewasa berjari tiga hidup didaerah karang atau pohon. Contoh:Hyrax sp

14) Ordo Sirenia
Memiliki ukuran tubuh yang besar tanpa kaki belakang dan ekornya yang lebar, Contoh:Helicore dugong

15) Ordo Perissodactyla
Memiliki tubuh yang besar, kaki panjang dengan teracak tunggal, lambung sederhana. Contoh:Equus cabalus. (Maskoeri Yasin. 1992: 163-167)

16) Ordo Artiodactyla
Memiliki ciri yaitu jari depan atau kaki belakang mempunyai jari sedikitnya satu pasang, umumnya dua pasang, mamae sepasang dan beberapa pasang. Contoh: Sus barbatus dari famili Suidae. (Herman Munaf. 2006. 122)




BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A .KELAS REPTIL

1. Tomistoma schiegelii (Buaya Senyulong)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Reptilia
Ordo : Crocodillia
Famili : Crocodylidae
Genus : Tomistoma
Spesies : Tomistoma schlegelii

Buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii) termasuk dalam keluarga Gavialidae. Nama lainnya jolong-jolong, julong (Sumatera), buaya sapit (Kalimantan), atau kanulong. Nama Tomistoma schlegelii diberikan oleh Muller, 1838. Tomistoma berasal dari bahasa Yunani tomos yang berarti pemotong atau tajam dan stoma yang berarti mulut. Moncong senyulong memang pipih dan tajam. Sedang schlegelii berasal dari nama penemunya, H Schlegel.
Buaya senyulong merupakan spesies buaya terbesar di dunia. Panjang maksimumnya dapat mencapai 6 meter. Tomistoma schlegelii merupakan spesies buaya yang unik. Secara morfologi bentuk moncongnya yang menyempit dan panjang mirip dengan buaya gavial yang hidup di sungai Gangga di India. Yang membedakan adalah, pada moncong buaya senyulong, rahang menyempit secara gradual dan berbeda dengan gavial yang rahangnya menyempit secara ekstrim sehingga nampak jelas batas antara kepala dan moncong. Meskipun demikian, hingga tahun 2006 yang lalu buaya ini masih dikelompokkan kedalam familia Crocodylidae. Populasi terbesar di Sumatera dan Kalimantan. Spesies buaya ini hidup dan berkembang di hutan rawa, dimana buaya ini membuat sarangnya di bantaran sungai.
Ciri-ciri:
Tubuhnya dilindungi oleh kulit yang tebal, liat, dan mengandung kepingan-kepingan dari bahan tulang yang tersusun dalam deretan-deretan, dimana semakin ke ujung bagian ekor terlihat semakin runcing transversal, dan nantinya kulit buaya ini akan mengalami carnificatio
Pada bagian cephal (kepala) terdapatt mata sebagai organon visual yang memiliki palpebra superior dan palpebra interior yang berguna untuk melindungi mata saat buaya ini berenang di perairan. Selain dari dua macam kelopak mata tadi, bola mata dari buaya ini juga dilapisi oleh selaput bening yang disebut membran (selaput) nictitans
Selain mata, pada bagian anterior juga terdapat organon audio yaitu lobang telinga, tetapi tidak dilengkapi oleh membran timpanium, sehingga seolah-olah seperti suatu celah saja.
Terdapat dua macam nares, yaitu: nares eksterna (lobang hidung bagian luar) dan nares interna (lobang hidung bagian dalam) yang keduanya berfungsi sebagai organ penciuman
Kulitnya berwarna kecoklatan waktu muda dan menghitam setelah dewasa
Pada cavum oris (rongga mulut) di dalamnya terdapat gigi-gigi yang berukuran besar dan kuat yang digunakan sebagai alat untuk mengunyah mangsanya, karena makanan utama dari buaya adalah hewan-hewan yang memiliki tulang belakang, serta memiliki lidah yang tebal dan licin
Memiliki moncong yang pipih dan tajam. Moncongnya yang pipih panjang sangat cocok untuk menagkap ikan, namun sebenarnya senyulong adalah predator segala jenis binatang dari serangga sampai mamalia. Anak buaya biasa makan kodok, tikus, ular kecil, dan lain-lain. Kalau buaya besar bisa makan ular besar, biawak, kura-kura & kancil
Pada bagian posterior yaitu pada bagian ekor memiliki kekuatan untuk memukul mangsanya dengan cara mengibaskan ekor tersebut dan pada bagian tepi ekornya memiliki rigi-rigi yang merupakan bagian dari kulit yang menanduk
Terdapat alat pengeluaran yang transversal yaitu kloaka yang juga merupakan muara dari tiga saluran utama tubuhnya yaitu saluran pencernaan yang kan menghasilkan feses, saluran reproduksi yang akan mengeluarkan telur, dan saluran eksresi
Memiliki dua pasang ekstremitas yang hampir sama besar antara ekstremitas depan dan ekstremitas belakang, tetapi ukurannya pendek yang terdiri atas tungkai atas dan tungkai bawah, dan pada bagian ujung kaki terdapat 5 jari yang di antara celah jari tersebut tidak terlihat adanya sedikit selaput tipis, tatapi tungkai belakang yang akan menjadi alat keseimbangan pada saat berenang atau ketika sedang berada di dalam air
Betina biasanya siap kawin pada ukuran 2,5-3 meter. Mereka membangun sarang dari daun kering atau lempung hingga setinggi 0,6 meter. Sekali bertelur 20-60 butir dengan panjang telur sekitar 10 cm. Anak buaya menetas setelah 90 hari, namun karena tidak lagi diurusi induknya, angka kematian sangat tinggi.


2.Emys sp (Kura-kura sawah)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Geomydidae
Genus : Emys
Spesies : Emys sp
Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.
Kura-kura dari suku Geoemydidae ini merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya. Geoemydidae (dahulu disebut Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya, yang salah satunya adalah Coura amboinensis atau yang lebih dikenal dengan nama kura-kura batok.
Ciri-cirinya:
Tubuh kura-kura dilindungi oleh sejenis pelat tulang yang membentuk cangkang serupa Batok yang menempel di ‘Punggung’nya (bony shell), ada dua pelindung bagi tubuh kura-kura. dibagian atas, berupa Karapaks dan bagian bawah tubuhnya di sebut Plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung.
Kura-kura tidak memiliki gigi. Sebagai alat untuk mengunyah. Akan tetapi digantikan fungsinya oleh rahang yang terbentuk dari zat tanduk atau yang berkulit tanduk yang terdapat di moncong kura-kura dan sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya
Pada bagian cephal (kepala) yaitu mata memiliki palpebra superior (kelopak mata atas) dan palpebra interior (kelopak mata bawah), dan juga terdapat alat pendengaran berupa lobang telinga, tetapi tidak memiliki membran timpani
Pada bagian anterior terdapat nares eksterna (lobang hidung luar) sebagai alat penciuman, selain dari itu juga terdapat cavum oris (rongga mulut), dimana pada rahang atasnya terdapat mandibula, sedangkan nares interna berada di rahang bawah
Memiliki kloaka yang berfungsi sebagai organ pengeluaran, organ yang membantu pernapasan di dalam air, dan merupakan muara dari 3 (tiga) saluran utama, yaitu: sistem reproduksi, sistem pencernaan dan eksresi
Merupakan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) terutama jenis sayur-sayuran hijau
Bersifat ovovivipar (bertelur sekaligus melahirkan anak)
Jika diperhatikan hewan ini memiliki 2 pasang ekstremitas yaitu ekstremitas belakang dan ekstremitas depan yang digunakan sebagai alat gerak yaitu untuk berjalan dan berenang, sehingga di antara jari-jarinya terdapat sedikit selaput tipis, dimana kedua pasang ekstremitas ini juga ditutupi oleh epidermis yang mengandung zat tanduk yang berbentuk seperti sisik-sisik, tetapi ukurannya lebih kecil dari sisik-sisik yang ada pada bagian truncus (badan)
3. Varanus salvator ( Biawak)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvator

Varanus salvator merupakan bagian dari ordo sguamata yang banyak ditemui disekitar kita. Hewan ini lebih dikenal dengan nama biawak. Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala, leher, badan dan ekor. Biawak memiliki sepasang nares eksterna yang berada diantara mata dan ditas mulut. Hewan ini juga memiliki sepasang mata dengan penglihatan yang tajam.
Hewan yang beukuran cukup besar ini dan lebih kurang panjangnya 1 meter, memiliki tubuh yang semuanya ditutupi oleh sisik dan dapat hidup diair dan didarat. Biawak memiliki dua ekstrimitas yaitu ekstrimitas depan dan ekstrimitas belakang. Pada masing ekstrimitas terdapat lima jari yang memiliki cakar diujung. Dalam pengamatannya, tidak dapat diamati tipe gigi, lidah dan ada atau tidaknya membran nictitans. Namun berdasarkan sumber teorinya, hewan ini memiliki tipe gigi pleurodont, permukaan lidah yang licin dan memiliki membran nictitans tang transparan dibawah kelopak mata.

4. Crocodiles porosus (Buaya Muara)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Family : Crocodilidae
Genus : Crocodiles
Spesies : Crocodiles Porosus

Crocodiles porosus merupakan bagian dari ordo Crocidilia yang berukuran besar dan kuat. Hewan ini lebih dikenal dengan nama buaya muara yang memiliki kulit yang tebal dan kasar karena meiliki kepingan-kepingan dari bahan tulang yang tersusun dalam deretan-deretan. Kepingan ini tersusun rapi kearah transversal.
Crocodiles porosus memiliki tubuh yang dapat dibedakan kepala, leher, badan dan kakinya. Pada yang besar dan keras, terdapat moncong yang panjang dan tersusun atas banyak gigi bertipe pleurodont. Hewan ini memiliki ekor yang panjang dan biasanya digunakan sebagi senjata untuk memukul mangsa dengan cara mengibas-ngibaskannya. Selain itu juga berfungsi sebagai alat penggerak pada waktu berenang. Hewan ini memiliki dua ekstrimitasyaitu ekstrimitas depan dan ekstrimitas belakang, dimana setiap ekstrimitas tersebut terdapat lima jari yang pada ujung-ujung jarinya terdapat cakar yang tajam serta tidak terdapat selaput.
Crocodiles porosus (buaya muara) ini merupakan hewan pemakan daging yang memiliki status dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, karena jumlahnya yang semakin langka.

B .KELAS AVES
1. Cacatua galerita (Kakaktua Jambul Kuning)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Coraciidae
Genus : Cacatua
Spesies : Cacatua galerita

Burung kakaktua jambul kuning (Cacatua galerita) merupakan salah satu jenis burung hias endemik paruh bengkok Indonesia yang paling menonjol dan dikenal. Tahun 1970 hingga tahun 1980-an burung tersebut masih tersebar luas dan mudah terlihat di seluruh Sulawesi dan Nusa Tenggara, jumlahnya ratusan ekor. Namun saat ini, populasinya diduga menurun drastis akibat eksploitasi yang berlebihan, untuk perdagangan serta hilangnya luas hutan akibat perubahan peruntukan.


Ciri-ciri lainnya:
Tubuhnya dapat dibedakan antara kepala (cephal), cerviks (leher), truncus (badan), dan caudal (ekor)
Pada bagian kepala, khususnya bagian depan, terdapat mulut yang terbungkus oleh zat tanduk yang berbentuk pendek runcing dan berukuran kecil yang disebut paruh (rostrum) yang digunakan sebagai alat pengambil makanan, paruh ini bentuknya sempit, dengan tepi yang tajam, dan ujungnya berbait dan dapat digerakkan karena paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak
Terdapat mata sebagai organovisus, lobang telinga sebagai organon auditorius, dan nares (lubang hidung) sebagai alat penciuman
Memiliki dua pasang ekstremitas yang bagian depan menjadi sayap sedangkan bagian belakang menjadi kaki yang bertipe zygodactylus (dua jari ke depan dan dua jari ke belakang) dan jari terluar tidak reversible (tidak dapat dibalikkan ke depan)
Memiliki bulu berwarna putih yang indah dengan lengkingan suara yang cukup nyaring, dan termasuk salah satu burung yang memiliki kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acara-acara hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya
Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, yang biasanya hidup berkelompok dalam jumlah yang kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat yang diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan
Burung kakaktua biasanya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih

Burung kakatua jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang populasi burung ini menjadi langka akibat kegiatan ini.



2. Phasianus calchicus (Ring Neacked Peasant)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Phasianus
Spesies : Phasianus calchicus



Ciri-ciri:
Seperti yang terlihat dari gambar di atas, tampak bahwa burung ini tubuhnya dapat dibedakan atas kepala (cephal), cerviks (leher), truncus (badan), dan caudal (ekor)
Tubuhnya terbagi atas bagian anterior dan bagian posterior. Pada bagian anterior terdapat mata sebagai alat penglihatan yang memiliki palpebra superior (kelopak mata bagian atas) dan palpebra interior (kelopak mata bawah) yang berfungsi melindungi mata
Ada juga terdapat telinga walaupun hanya seperti lobang (celah) kecil karena tidak memiliki membran timpani
Terdapat satu pasang nares di atas rostrum (paruh) yang runcing dan pendek yang digunakan untuk mengambil makanan dan adanya cavum oris (rongga mulut)
Badan ayam ini besar dengan warna bulu yang beragam, ada yang berwarna kuning dengan bercak hitam pada bagian kepala, warna putih dengan bercak hitam pada bagian leher, warna hitam pada bagian dekat bahu, warna merah pada bagian ventral dan di bawah bahu, dan berwarna kuning di bagian dekat ekor, serta berwarna coklat pada bagian ekor, dimana ekor dari burung ini sangat panjang bila dibandingkan dengan spesies lain yang masih dalam satu family
Pada bagian posterior, terdapat dua pasang ekstremitas yaitu ekstremitas depan yang termodifikasi menjadi sayap dan ekstremitas belakang menjadi kaki (tungkai) yang berukuran pendek
Burung ini merupakan salah satu jenis unggas yang susah terbang karena memiliki saya yang tidak begitu lebar
Memiliki kloaka sebagai alat pengeluaran dan bulu pada bagian ekor terlihat tumpul atau bulat
Makanan hewan ini berupa biji-bijian rerumputan (graminofor), kacang-kacangan dan beberapa jenis sayuran karena hewan ini termasuk hewan herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan)
Ayam jenis ini banyak terdapat di Indonesia karena ayam ini cocok dengan keadaan lingkungan di Indonesia, dan juga merupakan hewan homoiterm sehingga perubahan suhu tidak terlalu mempengaruhi kehidupannya
Fertilisasi bersifat ovipar (bertelur)


3.Pavo muticus (Merak hijau)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Pavo
Spesies : Pavo muticus

Merak Hijau atau dalam nama ilmiahnya Pavo muticus adalah salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya yang indah dan khas berwarna hijau keemasan. Saat terkena cahaya, kilau emasnya semakin terpancar.

Ciri-cirinya:
Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher, badan dan bagian ekor
Pada bagian anterior terdapat mata sebagai alat penglihatan, alat pendengaran yang hanya berupa lobang telinga saja
Nares berjumlah satu pasang yang berfungsi sebagai alat penciuman, dan cavum oris yang memiliki paruh pendek dan runcing yang digunakan untuk memakan biji-biji rerumputan (graminofor), pucuk rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil
Memiliki dua pasang ekstremitas yaitu ekstremitas depan yang termodifikasi menjadi sayap dan bagian belakang menjadi kaki yang digunakan untuk mengais dan berlari
Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm dengan ekornya
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor
Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Cina, Indocina dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Walaupun berukuran sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang
Pada musim bereproduksi, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telu
4.Gracula religiosa (Beo)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Strunidae
Genus : Gracula
Spesies : Gracula religiosa
Salah satu jenis burung yang berasal dari Sumatera Utara dan banyak diminati oleh masyarakat adalah burung beo, yang banyak dipelihara sebagai burung kesayangan karena kepandaiannya yang bisa menirukan suara manusia. Diantara beberapa jenis beo yang ada, beo Nias (Gracula religiosa) termasuk yang paling populer dan banyak diminati penggemarnya. Burung ini termasuk dalam bangsa Passeriformes dan suku Strunidae, beo Nias memang berasal dari Pulau Nias, dan termasuk jenis beo yang endemik dan pintar di Sumatera Utara. Saat ini populasinya kian sedikit karena banyak diburu untuk dijadikan binatang peliharaan.
Ciri-cirinya:
Termasuk burung berukuran sedang, dengan panjang tubuh 40 sentimeter
Bagian kepalanya berbulu pendek, pada bagian kepala terdapat mata sebagai organovisus, telinga sebagai organon auditorius dan cavum oris (rongga mulut) yang tidak memiliki gigi
Sepanjang cuping telinga menyatu di belakang kepala dan bentuknya menggelambir ke arah leher. Gelambir cuping telinga ini berwarna kuning mencolok
Di bagian kepala terdapat sepasang pial yang berwarna kuning dan terdapat di sisi kepala. Iris matanya berwarna coklat gelap
Paruhnya runcing dan berwarna kuning agak oranye
Hampir seluruh badannya tertutup bulu yang berwarna hitam pekat, kecuali bagian sayap berbulu putih
Alat gerak berjumlah dua pasang, dimana bagian depan termodifikasi menjadi sayap dan ekstremitas belakang untuk bertengger
Kaki berwarna kuning dengan jari-jari berjumlah empat. Tiga jari di antaranya menghadap ke depan, sedangkan yang lain menghadap ke belakang
Burung ini suka menghuni hutan-hutan rimba yang berdekatan dengan perkampungan atau tempat terbuka. Beberapa tahun silam mereka masih bisa ditemui di kawasan Pulau Nias, Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau Bangkaru. Tapi kini sudah cukup sulit untuk dicari, karena beo Nias betina sekali bertelur hanya menghasilkan dua sampai tiga butir telur saja. Itu pun tidak semuanya bisa bertahan hingga menetas
Jenis burung satu ini sangat senang hidup berpasangan, terkadang berkelompok. Membuat sarang di pohon-pohon berbatang tinggi dan tegak, dengan cara membuat lubang-lubang pada pohon tersebut. Sarang dibuat pada saat menjelang bertelur
Beo Nias merupakan pemakan serangga dan buah-buahan serta memiliki suara yang sangat keras, nyaring dan pintar menirukan berbagai suara.
Cara pemeliharaan yang paling tepat bagi burung ini adalah secara ex-situ (di luar habitat asli) di kebun binatang, taman burung dan penangkaran.
5.Numida meleagris (Ayam mutiara)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Numidiae
Genus : Numida
Spesies : Numida meleagris

Konon hewan ini berasal dari daratan Afrika yang banyak menghuni Savana dan semak belukar secara bergerombol. Mereka termasuk dalam golongan burung (aves), yang bisa terbang walaupun lebih suka tinggal di tanah.

Ciri-cirinya:
Warna asli ayam mutiara adalah dominasi abu-abu gelap dengan bintik putih merata di sekujur tubuhnya
Tubuhnya dapat dibedakan atas cephal(kepala), cerviks (leher), truncus (badan), dan bagian caudal (ekor)
Pada bagian anterior terdapat mata sebagai alat penglihatan yang memiliki palpebra superior (kelopak mata bagian atas) dan palpebra interior (kelopak mata bawah) yang berfungsi melindungi mata, juga terdapat telinga walaupun hanya seperti lobang (celah) kecil karena tidak memiliki membran timpani
Terdapat satu pasang nares di atas rostrum (paruh) yang runcing dan pendek yang digunakan untuk mengambil makanan dan adanya cavum oris (rongga mulut)
Pada bagian atas kepala terdapat tanduk kecil yang berwarna coklat dan agak melengkung ke arah belakang, dan pada bagian dekat paruh terdapat bagian yang berwarna merah seperti pial dan kepala ayam ini sebagian besar berwarna putih
Ukuran badannya relatif besar
Ayam ini termasuk salah satu jenis unggas yang susah terbang karena memiliki sayap yang tidak begitu lebar
Memiliki kloaka sebagai alat pengeluaran dan bulu pada bagian ekor terlihat tumpul atau bulat
Ayam jenis ini banyak terdapat di Indonesia karena ayam ini cocok dengan keadaan lingkungannya, dan hewan ini termasuk hewan homoiterm (berdarah panas), sehingga perubahan suhu tidak terlalu mempengaruhi kehidupannya
Fertilisasinya bersifat ovipar (bertelur)
Di alam liar hidupnya berkelompok karena sesungguhnya hewan ini tidak suka sendiri
Pada habitat asalnya banyak memakan serangga dan tumbuh-tumbuhan. Karena ia akan mengeluarkan suara yang keras dan berisik apabila ada hewan/orang asing memasuki kawasannya
Ayam ini memiliki ragam warna yang sangat bervariasi, karena dalam perkembanganya telah terjadi cross breding antara ayam mutiara asli dengan ayam lain.

6.Gallus domesticus (Ayam katek kapas)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl).
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek.
Menurut fungsinya, orang mengenal beberapa jenis ayam, yaitu:
• ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya
• ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya
• ayam hias atau ayam klangenan (pet), untuk dilepas di kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya
• ayam aduan, untuk dijadikan permainan adu ayam
Ciri-ciri umumnya:
Tubuh yang jantan lebih besar dan berbulu dengan corak yang lebih menarik daripada yang betina. Umumnya bulu tubuh berwarna dasar putih dan hitam. Kulit di sekitar kepala dan leher pada yang jantan biasanya tidak ditumbuhi bulu dan berwarna putih
Pada bagian occipital (bagian belakang kepala) betina mempunyai bulu jambul yang lembut yang disebut piyal yang berwarna merah
Suara yang jantan dapat dibedakan karena mempunyai interval pengulangan yang pendek. Sedangkan yang betina suaranya mempunyai pengulangan dengan interval semakin cepat dan yang terakhir suaranya panjang sekali. Spesies ini mempunyai suara tanda bahaya yang cirinya pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, semut, siput dan berbagai jenis serangga




7. Pelecanus conspicillatus (Pelikan)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Famili : Pelecanidae
Genus : Pelecanus
Spesies : Pelecanus conspicillatus

Burung Pelikan bukan hewan asli Indonesia, tetapi berasal dari Australia. Mereka berkunjung ke Indonesia hanya untuk mencari makan karena negara asalnya sedang turun salju sehingga kekurangan makanan. Saat musim salju selesai, mereka akan kembali lagi ke Australia. Tapi begitu kekurangan makanan lagi, mereka akan berbondong-bondong datang ke Indonesia, kawanan pelikan tersebut datang ke Indonesia khusus untuk mencari makan dan bukan untuk menetap atau berkembang biak. Saat tubuh sudah gemuk, mereka akan kembali ke negara asalnya.
Berdasarkan pengamatan, ternyata tidak seluruh pelikan kembali ke negara asalnya begitu musim salju usai. Berdasarkan data yang dimiliki, hingga saat ini ada sekitar 200 ekor pelikan yang masih bertahan di Papua.

Burung ini memiliki ciri-ciri:
Sama seperti burung-burung sebelumnya, burung pelikan ini tubuhnya dapat dibedakan antara kepala, leher, badan, dan ekor, dan pada umumnya tubuhnya berwarna putih
Jika dilihat pada bagian anteriornya terdapat paruh (rostrum) yang berukuran panjang yang berfungsi sebagai alat untuk membantu pada proses pengambilan makanan, karena dapat membuka dengan lebar untuk menangkap dan menelan ikan
Terdapat mata yang berukuran kecil dan berfungsi sebagai alat penglihatan yang dilengkapi oleh kelopak mata bagian atas dan kelopak mata bagian bawah
Spesies burung ini dikenal sebagai 'Penerbang Tangguh' mengingat kedatangan burung migran ini ke Papua tanpa beristirahat sedikit pun sejak dari Australia
Burung yang selalu terbang dalam jumlah ratusan ini bukanlah tipikal burung laut yang dapat berenang di tengah keganasan ombak laut. Pelikan adalah jenis burung pantai yang dapat berenang hanya di pinggiran pantai
Pada saat terbang, jenis burung yang selalu terbang dalam jumlah yang besar ini akan membentuk formasi mirip ujung anak panah yang berbentuk 'V' saat berada di udara. Tidak seperti jenis burung lain yang biasanya terbang secara bergerombol, pelikan terbang dalam sebuah barisan yang teratur, yang dipimpin oleh burung yang berada di ujung sudut formasi. Secara teratur pula, para pelikan akan saling bergantian posisi dengan yang ada di belakangnya, sehingga setiap burung bisa menjadi pemimpin rombongan. Dikatakan sebagai pemimpin karena burung yang berada di paling depan menjadi acuan arah dan gerakan oleh burung yang berada di belakangnya. Ke mana pun arah pemimpin terbang, anggota di belakangnya akan selalu mengikutinya. Saat pemimpin menukik ke arah air, anggotanya pun tanpa dikomando akan mengikutinya


8. Cygnus olor (Angsa putih)
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Anseriformes
Familia : Anseridae
Genus : Cygnus
Species : Cygnus olor

Cygnus olor atau Angsa putih adalah salah satu spesies yang dilindungi oleh Agreement on the Conservation of African-Eurasian Migratory Waterbirds (AEWA) dan Konvensi Ramsar tahun 1972. Makananya berupa ikan kecil,dan tumbuhan yang berair atau bersifat herba. Hewan ini sering menekukkan lehernya untuk minum.
Pada angsa putih nares eksterna sangat terlihat jelas pada paruh. Paruhnya berwarna orange. Paruhnya lebar tertutup oleh lapisan bahan tanduk yang lunak. Tepi paruh berlamela atau berpematang yang tranversal. Hewan ini memiliki cera yang berfungsi untuk melapisi paruh. Mata berada dikanan kiri hidung dan pada bagian lateral kepala.Angsa putih mempunyai leher yang panjang namun lebih pendek dari pada pelikan. Bulu dari kepala sampai ekor berwarna putih.
Hewan ini memiliki dua ekstimitas yaitu anterior dan posterior. Ekstremitas anteriornya telah termodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk berenang. Ekstremitas posterior berupa kaki yang berselaput. Kakinya terdiri atas empat jari yang masing-masingnya terdapat cakar pada ujungnya. Kakinya berwarna orange, sama halnya dengan warna pangkal paruh. Tungkainya pendek dan ekornya juga pendek yang tersusun atas banyak bulu. Angsa putih ini hidup di sungai, rawa, danau dan kolam.

9. Lorius lori (Nuri merah kepala hitam)
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Psittaciformes
Familia : Psittacidae
Genus : Lorius
Species : Lorius lori

Lorius lori merupakan hewan pemakan buah-buahan dan mempunyai status yang dilindungi oleh pemerintah. Daerah asalnya Indonesia timur, Papua, dan Australia.
Hewan ini memiliki paruh yang pendek, sempit, tepinya tajam dan ujungnya berbait seperti kait berwarna orange. Ia juga mempunyai leher yang pendek. Bulu kepalanya berwarna hitam, punggung merah, hijau, dan ungu sedangkan dada berwarna merah. Paruh pada bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak. Kakinya pendek bertipe zygodactilus (dua jari kedepan dan dua jari kebelakang).Jari terluarnya tidak reversible (tidak dapat dibalikkan kedepan). Perilaku dalam kandang suka meloncat- loncat dan suka bertengger di ujung dahan.

10. Electus roratus (bayan)
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Phsittaciformes
Familia : Phsittacidae
Genus : Electus
Species : Electus roratus

Electus roratus merupakan bagian dari ordo Phsittaciformes mempunyai paruh yang pendek, sempit, tepinya tajam, dan ujungnya berbait. Paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak. Kaki pendek bertipe zygodactylus (dua jari kedepan dan dua jari kebelakang). Jari terluarnya tidak reversible (tidak dapat dibalikkan kedepan). Bulu pada bagian ekor panjang. Kaki digunakan untuk berjalan dan bertengger yang merupakan ekstremitas posterior. Sedangkan bagian anteriornya sudah termodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk terbang. Makanannya berupa biji-bijian, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

11.Vanelus miles (truluk)
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Gruiformes
Familia : Charadriidae
Genus : Vanelus
Species : Vanelus miles

Vanelus miles merupakan burung yang berasal dari pulau Jawa. Hewan ini lebih dikenal dengan nama kenanga. Vanelus miles mempunyai paruh yang pendek, selain itu ia juga mempunyai leher yang pendek. Warna kepala kuning hitam,warna badannya putih, coklat muda dan hitam. Bulu-bulunya bercabang. Kenanga ini mempunyai tungkai yang panjang yang digunakan sebagai alat gerak. Kakinya panjang lurus kecil dan mempunyai jari empat yang terdiri atas dua jari separti tanduk. Tungkainya berwarna merah kecoklatan yang mana tarso metatarsus lebih panjang dari poada tibio tarsus.
Vanelus miles memiliki sepasang mata dan terdapat jengger yang berukuran kecil dibawak paruhnya berwarna kuning. Makanannya berupa biji-bijian, tumbuh-tumbuhan,dan serangga. Spesies ini berasal dari daerah jawa. Vanelus miles tergolong aves yang tidak bisa terbang. Vanelus miles (Kenanga) hidup secara terestrial dan berstatu dilindungi oleh peraturan perundang-undangan No.7 dan 8 tahun 1991.


12.Columba livia (Merpati)
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Species : Columba livia

Columba livia atau yang lebih dikenal dengan nama burung merpati memiliki tubuh yang dapat dibedakan atas cephal, cervik, truncus dan caudal. Hewan ini memiliki paruh bertipe graminivor (pemakan biji-bijian). Paruhnya pendek, mandibula dan maksilanya saling menutupi dan diadaptasikan untuk makan biji-bijian. Merpati memiliki cera yang berfungsi melapisi paruh. Nares eksterna terletak pada bagian pangkal paruh dan mata berada dibagian kanan kiri hidung.mata terletak pada bagian lateral kepala dan bentuknya bulat.
Hewan ini memiliki kebiasaan hidup diurnal (aktif pada siang hari) dan memiliki sepasang mata dibagian lateral kepala sebagai indera penlihatan. Dimata dibelakang mata tersebut terdapat lubang telinga yang berfungsi sebagai indera pendengaran.
Hewan ini memiliki dua ekstrimitas yaitu anterior dan posterior. Ekstremitas anterior dimodifikasi menjadi sayap yang digunakan untuk terbang. Pada sayap terdapat pelebaran kulit berupa prepatangium dan pospotangium. Ekornya pendek. Ekstremitas posterior terdiri atas femur, tibio-tarsus, tarso-tarsus. Kaki ditutupi dengan bulu dan sisik dan memiliki empat jari yang masing-masingnya mempunyai cakar. Namun tidak memiliki selaput renang.tipe kakinya adalah petengger dengan habitatnya adalah terestrial.

13. Haliaetus leucogaster (Elang Laut)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Falconiformes
Familia : Accipitridae
Genus : Haliaetus
Species : Haliaetus leucogaster

Haliaetus leucogaster atau yang lebih dikenal dengan elang laut merupakan hewan pemangsa. Paruh elang tidak bergigi tetapi mempunyai bengkok yang kuat untuk mengoyak daging mangsa.Makanan utamanya hewan mamalia kecil.Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama mereka.
Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh. Elang jenis ini biasanya tersebar di daerah permukaan laut sehingga disebut dengan elang laut. Haliaetus leucogaster memiliki bulu yang berwarna abu-abu dan ukuran tubuh yang cukup besar.
14. Numida meleagris (Ayam mutiara )
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Galiformes
Familia : Numididae
Genus : Numida
Species : Numida meleagris

Numida meleagris atau yang lebih dikenal dengan ayam mutiara putih, pada dasarnya memiliki ciri-ciri morfologis yang dengan ayam mutiara hitam disini yang paling jelas tampak perbedaanya adalah dari segi warna tubuh. Hewan ii memiliki warna bulu yang putih pada seluruh permukaan tubuhnya.
Ayam mutiara putih merupakan hewan yang berasal dari hutan terbuka dan semak belukar. Penyebarannya didaerah Asia tenggara dan Taiwan. Makanannya berupa kacang, biji-bijian dan sayur-sayuran. Numida sp ini merupakan hewan yang memiliki tipe paruh graminivor atau pemakan biji-bijian. Diatas kepalanya terdapat jambul yang berwarna coklat dan memiliki jengger yang berwarna merah. Pada bagian bawah leher terdapat rambut-rambut halus dan mempunyai nares eksterna yang terdapat dibagian pangkal paruh. Hewan ini memiliki badan dengan ukuran sedang dan tubuh ditutup oleh bulu yang berwarna abu-abu dan bintik-bintik putik seperti mutiara. Hewan ini memeiliki ekor yang pendek
Ayam mutiara putih mempunyai dua extremitas yaitu ekstrimitas anterior mengalami modifikasi sebagai sayap dan eksrimitas posterior disesuaikan untuk hinggap. Numida meleagris memiliki tungkai yang tidak terlalu panjang dan masing-masing kaki berjari 4 buah, cakar terbungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik.
15. Gallus sp (Ayam wingki)
Klasifikasi
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Aves
Ordo : Galiformes
Familia : Phasianidae
Genus : Syrmaticus
Species : Syrmaticus sp

Syrmaticus sp atau ayam wingki merupakan hewan yang dilindungi. Hewan ini tergolong pada Aves yang terbangnya pendek. Paruhnya bertipe graminivor yaitu pemakan biji-bijian dan rumput-rumputan. Tubuh ditutupi bulu yang mempunyai cabang bulu. Species ini memiliki kaki yang pendek berwarna perak yang digunakan untuk berlari dan mengais. Jarinya berjumlah empat dan tidak berselaput.

Ayam wingki memiliki ekor yang pendek. Dibagian atas kepala terdapat jengger dan dibagian leher tepatnya dibawah paruh juga terdapat jengger. Kedua jengger berwarna merah menyala. Dilihat dari segi ukuran tubuhnya, ayam wingki tubuhnya lebih kecil dari pada ayam biasa.

C .Kelas mamalia

1. Axis axis ( Rusa Tutul )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artyodactyla
Family : Cervidae
Genus : Axis
Spesies :Axis axis

Rusa tutul atau Axis axis adalh hewan mamalia pemamah biak ( ruminan ) yang termasuk familia Cervidae. Salah satu ciri khas rusa adalah adnya antler ( tanduk rusa ), dan bukan tanduk, yang merupakan tulang yang berkembang setiap tahun ( biasanya pada musim panas ) terutama pada rusa jantan ( walaupun ada beberapa pengecualian ), sama seperti yang ditemukan pada rusa sambar. Namun pada rusa tutul ini, warna rambutnya coklat dengan totol-totol atau bintik-bintik putih yang tersebar diseluruh rambut pada kulitnya, sedangkan pada rusa sambar memiliki rambut yang bewarna polos coklat dan lebih gelap dari rusa tutul.

2. Cervus unicolor ( Rusa Sambar )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artyodactyla
Family : Cervidae
Genus : Cervus
Spesies : Cervus unicolor

Rusa sambar termasuk ordo Artyodactyla dari kelas Mamalia dan merupakan keluarga dari Cervidae yang merupakan jenis rusa besar yang umum berhabitat di Asia. Spesies yang umum memiliki ciri khas tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan. Sambar dapat tumbuh tinggi 102-160 cm sampai bahu dengan berat sekitar 546 kg.
Sambar umumnya berhabitan di hutan dan bergantung pada tanaman semak atau rerumputan. Mereka umumnya hidup dalam anggota 5-6 anggota. Rusa Sambar ( Cervus unicolor ) mendiami sebagian besar Asia Selatan dengan batas sampai wilayah Himalaya. Selain itu dapat pula ditemukan di hutan tropis Burma, Thailand, Indocina, Cina Selatan,Taiwan, serta Pulau Sumatera dan Kalimantan di Indonesia.

3. Camelus dromedarius ( Unta Punuk Satu )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artyodactyla
Family : Camelidae
Genus : Camelus
Spesies : Camelus dromedarius

Unta atau Onta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus Camelus yang hidupnya ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara. Keduanya sama-sama memiliki kelebihan. Biasanya dipakai sebagai alat transportasi bagi penduduk gurun. Unta mampu menahn rasa haus 7 hari lamanya. Sekali minum bisa menghabiskan 10-12 liter air. Makanannya rumput-rumputan dan segala jenis hijaun. Bila unta terawat secara baik dalam budidayanya, berat ideal unta dewasa bisa mencapai antar 190-230 kg. Biasanya makanannya hanya menghabiskan 5 kg rumput per hari. Rat-rat umur harapan hidup umta adalah antar 30-50 tahun. Musim kawin unta pada bulan Februari. Bila musim itu datang, rongga mulut unta jantan membengkak. Unta betina bunting selama 390-410 hari.
Domestika unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang 5000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susunya ( yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dari pada susu sapi ) serta dagingnya, dan juga sebagai hewan pekerja.
Donsumsi. Karena merupakan binatan yang sulit diternakan harga dagingnya pun lebih mahal dibandingkan daging satwa potong lain. ,laging unta dapat dik

4. Elephas maximus ( Gajah )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Probocidae
Family : Elepidae
Genus : Elephas
Spesies : Elephas maximus
Elephas maximus bagian dari famili Elephantidae ( Gajah ) adalah famili yang tersisa dari ordo Proboscidae. Termasuk ke dalam kelas mamalia. Gajah adalah satu hewan yang ada di Indonesia dan merupakan hewan darat terbesar di dunia.
Gajah adalah hewan herbivora. Ia menghabiskan 16 jam sehari untuk mengumpulkan makanan. Gajah hidup di dalam urutan sosial yang berstruktur. Kehidupan sosial dari jantan dan betina sungguh berbeda. Betina menghabiskan seluruh hidupnya di dalam satu grup keluarga. Sedangkan yang jantan dewasa menghabiskan waktunya dalam kehidupan sendiri.

5. Helarctus malayanus (Beruang Madu )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Carnivora
Family : Ursidae
Genus : Helarctus
Spesies : Helarctus malayanus

Beruang madu atau Helacratus malayanus termasuk kedalam ordo Canivora dari kelas mamalia. Hewan ini memiliki berat badan antara 48-63 kg, tubuh seluruhnya hitam, kecuali moncongnya abu-abu atau ada juga coklat dan bercak dada yang mencolok tapi kadang sangat samar. Hidupnya di permukaan tanah dan pada pepohonan yang tinggi. Suka membuat sarang dari dahan-dahan kecil untuk tidur, biasanya lebih dekat ke batang pohan dan kurang tersusun rapi. Menyukai makanan seperti sarang lebah, rayap, binatang kecil, buah-buahan dan umbut pohon kelapa.
Beruang memiliki ekor kecil, indra penciuman dan pendengaran yang ulung, lim akuku per telapak tangan yang tak dapat ditarik masuk, serta rambut yang panjang, lebat dan kasar. Mereka memiliki cakar yang lebar, moncong yang panjang , dan telinga bundar. Giginya digunakan untuk bertahan dan alat untuk mengunyah makanan. Kuku-kukunya digunakan untuk menyobek, menggali, dan menangkap. Penglihatan beruang hampir sama dengan penglihatan manusia.

6. Phantera tigris ( Harimau sumatera )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Carnivora
Family : Felidae
Genus : Phantera
Spesies : Phantera tigris

Harimau Sumatera atau Phantera tigris termasuk ke dalam kelas mamalia, ordo carnivora, keluarga felidae. Hariamau Sumatera hanya terdapat di kepulauan Sumatera. Harimau sumatera menhuni hutan tanah rendah, hutan bergunung dan separu bergunung dan payau gambut di kepulauan Sumatera.
Harimau sumatera mempunyai warna paling gelap antara semua spesies hariamau. Jalur hitamnya lebar dan kadang kala berganda. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut. Sedangkan betina memiliki panjang 78 inci.

7. Pongo pygmaeus ( Orang Utan )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Ursidae
Genus : Pongo
Spesies : Pongo pygmaeus
Pongo pygmaeus termasuk hewan vertebrata, yang berarti memiliki tulang belakang. Orang utan juga termasuk hewan mamlia dan primata.

8. Hylobates syndactylus ( Siamang )


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Pongidae
Genus : Hylobates
Spesies : Hylobates syndactylus

Hylobates syndactylus atau Siamang termasuk kedalam ordo Primata dari kelas mamalia dan merupakan anggota famili pongidae. Siamang merupakan spesies yang arboreal. Hewan ini memiliki lengan yang relatif panjang. Pada bagian daerah dad terdapat kelenjer susu atau mamae. Orbita terpisah sempurna dengan fossa lateralis ( cekungan lateral ). Kaki dan tangan prehensil dan jari-jari berkulu. Hylobates syndactylus merupakan daerah teresterial yaitu hewan yang hidup di darat.

9. Macaca pagensis (beruk mentawai)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Pongidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca sp

Monyet atau Macaca sp adalah hewan mamalia dari bangsa primata. Hewan ini termasuk dalam keluarga kera. Hewan ini memiliki ciri-ciri yaitu kelenjer susu (mammae ) teradpat pada daerah dada, orbita, arboreal, aktif disiang hari (diurnal).

10. Sus scrofa ( Babi Hutan )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artydactyla
Family : Suidae
Genus : Sus
Spesies : Sus sp.

Sus scrofa atau Babi hutan termasuk ordo Artydactila dari kelas mamalia dan merupakan anggota familik Suidae. Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan berhidung leper. Babi meru[akan Omnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi bauk daging maupun tumbuh-tumbuhan. Selain itu, babi adalah salah satu mamlia yang paling pintar, dan dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengan anjing dan kucing.

11. Tapirus indicus ( Tapir )
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artydactyla
Family : Tapiridae
Genus : Tapirus
Spesies : Tapirus indicus

Tapirus indicus atau tapir termasuk ke dalam ordo Artyodactyla dari kelas mamalia dan anggota famili Tapiridae. Tapir sangat mudah dikenali berdasarkan pola warna tubuhnya. Bagian depan tubuh dari bagian kepala, leher, dan kaki bewarna hitam sedangkan bagian belakang termasuk punggung serta pantat bewarna putih. Telinga berbentuk oval, tegak lurus dengan ujung telinga bewarna putih. Tapir yang baru lahir bewarna coklat gelap kemerahan, dengan garis bintik bewarna kuning dan putih seperti babi hutan. Pola warna ini akan mulai berganti setelah berumur 51 hari dan mencapai tingkatan warna yang sama dengan individu dewasa setelah berumur 105 hari.
Selain memiliki keunikan pada warna tubuh, tapir mempunyai keunikan tersendiri pada jumlah jemari kaki. Pada kaki depan tapir memiliki empat jari sedangkan pada kaki belakang hanya tiga. Jejak kaki tapir ini sangat mirip dengan badak sumatera, kecuali bentuk kuku yang lebih runcing.
Tubuh dewasa bisa mempunyai panjang tubuh sampai 225 cm. Bentuk tubuh lainnya yang menjadi ciri khastapir adalah hidungnya yang memanjang menyerupai belalai pendek. Hidung ini selalu didekatkan ke tanah pada saat berjalan. Tapir lebih mengandalkan penciuman dan pendengaran dalam menjalani kehidupannya. Beberapa ahli mengatakan bahwa hewan ini mempunyai penglihatan yang lemah.
Tapir merupakan hewan soliter, kecuali pada musim kawinnya. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari ( noctural ). Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah dalam jalur yang berpindah-pindah. Makanan utama tapir adalah dedaunan tapir adalah dedaunan muda yang direnggut


12. Tupai 3 Warna )

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Lariscus
Spesies : Lariscus insicnis

Tupai tiga warna termasuk ke dalam ordo rodentiadari kelas Mamalia dan merupakan anggota famili Muridae. Tampak bahwa tupai ini sesuai dengan namanya, memiliki rambut yang terdiri atas tiga warna. Tubuhnya kecil, memiliki gigi seri pada rahang atas hanya sepasang berbentuk pahat, tumbuh terus, tanpa taring. Tupai ini memiliki tungkai-tungkai berjari lima masing-masing bercakar. Hewan ini mempunyai testes abdominal dan plasentanya diskoidal.

13. Trigulus javanicus (Kancil)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Trigulidae
Genus : Trigulus
Species : Trigulus javanicus

Trigulus javanicus atau yang lebih dikenal dengan nama kancil memiliki ukuran tubuh yang kecil. Makanan berupa buah-buahan dan sayur-sayuran. Hidup berasal dari hutan terbuka dan semak belukar. Hewan ini memiliki dua ekstremitas yaitu depan dan belakang. Kedua ekstremitas itu berfungsi dengan sempurna dan memiliki jari-jari berteracak yang ukurannya sangat kecil.
Hewan ini memiliki kelenjar mamae sebanyak dua pasang, satu pasang terdapat didaerah inguinal dan satu pasang lagi terdapat didaerah abdominal. Kancil memiliki telinga yang tegak dan berwarna merah. Sedangkan badannya berwarna hitam, kuning dan putih.
Trigulus javanicus ini tidak memiliki ekor. Permukaan wajahnya sedikit memanjang, dan terdapat sungut-sungut kecil yang halus. Badannya makin melebar kebagian ujung badan.

14. Lepus nigricollis (Kelinci)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Mammalia
Ordo : Lagomorpha
Genus : Lepus
Species : Lepus nigricollis

Lepus nigricollis yang merupakan nama ilmiah yang dibeikan untuk kelinci Indonesia yang mempunyai ciri-ciri khusus yaitu pada rahang atas terdapat dua pasang gigi seri yang tersusun didepan dan dua dibelakang serta tidak punya taring. Kelinci ini memiliki dua pasang kaki yang terdiri atas tiga jari yang memiliki cakar yang kecil. Tulang betisnya bersatu. Pada kelinci jantan, testisnya terdapat dalam kantung buah zakar dan ekornya pendek. Semua permukaan tubuh ditutupi rambut sampai ketelapak kakinya.
Pada Lepus nigricollis, jari kaki belakang bercakar. Kelinci memiliki telinga yang besar dan kembang. Kelinci in memiliki warna rambut yang bermacam-macam. Saat dilapangan yang ditemukan berwarna putih dan mata tampak merah. Kelinci mempunyai vibrise yang terletak pada kiri kanan bagian atas mulut.




DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/mamalia
http://id.wikipedia.org/wiki/ primata
Kimbal, Jhon W. 1991. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Munaf, Herman. 2006. Taksonomi Vertebrata. Padang: FMIPA UNP
Suntoro, Susilo Handari. 1993. Struktur Perkembangan Hewan. Yogyakarta: UGM Press
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta (JICA)
Tim Taksonomi Hewan 2. 2006. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan 2. Padang: FMIPA UNP
Yasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti‚ memelihara atau memberi latihan mengenai akhlak, kecerdasan dan pikiran kepada subjek didik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri menjadi manusia seutuhnya sesuai tujuan yang diharapkan . Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi, yaitu pendidik dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal.
Pendidikan formal adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik bersifat umum maupun bersifat khusus. Contohnya adalah pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi negeri/swasta. Pendidikan Informal adalah jenis pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga atau masyarakat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu (bukan organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan secara terorganisasi tetapi di luar wadah pendidikan formal.
Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan formal yang diselenggarakan di Indonesia. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan. Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata lain dapat disebut sebagai ’Tujuan’. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai hambatan atau masalah yang ditimbulkan.
Jika peristiwa di atas dihubungkan dengan pendidikan, maka pelaksanaan pendidikan akan menimbulkan dampak negatif yang disebut sebagai masalah dan hambatan yang akan dihadapi. Hal ini akan lebih tepat bila disebut sebagai permasalahan Pendidikan.
Istilah permasalahan pendidikan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan di negara Indonesia. Seperti yang diketahui dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1993 dijelaskan bahwa program utama pengembangan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan
b. Peningkatan mutu pendidikan
c. Peningkatan relevansi pendidikan
d. Peningkatan Efisiensi dan efektifitas pendidikan
e. Pengembangan kebudayaan
f. Pembinaan generasi muda

Masalah yang dipandang sangat rumit dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Pemerataan
b. Mutu dan Relevansi
c. Efisiensi dan efektivitas pendidikan

Setiap masalah yang dihadapi tentunya ada faktor-faktor pendukung yang menyebabkan berkembangnya masalah di atas adalah sebagai berikut.
a. Ilmu Pengeatahuan dan Teknologi (IPTEK)
b. Laju Pertumbuhan penduduk
c. Kelemahan guru/dosen (tenaga pengajar) dalam menangani tugas yang dihadapinya, dan
d. ketidakfokusan peserta didik dalam menjalani proses pendidikan (Permasalahan Pembelajaran).





1.2 Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi tugas yang diberikan dosen pada mata kuliah Pengantar Pendidikan Universitas Negeri Padang.
b. Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia.
c. Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
d. Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah yang dihadapi di dalam dunia pendidikan.

1.3 Rumusan Masalah
Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat komplek. Apabila ditelaah lebih jauh, maka kita akan menemukan sekumpulan hal-hal rumit yang sangat susah untuk disiasati. Masalah yang dihadapi tersebut akan lebih susah jika saling berkait satu sama lain.
Berdasarkan tujuan di atas, maka dalam makalah ini penulis merumuskan masalah pada permasalahan sebagai berikut:
1. Masalah Pokok Pendidikan
2. Faktor Pendukung Masalah Pendidikan
3. Penanggulangan Masalah Pembelajaran




1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penulisan makalah ini, diantaranya sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah pendidikan apa saja yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini. .
b. Bagi pemerhati pendidikan, makalah ini dapat memberikan inovasi dan terobosan dalam menghadapi setiap masalah pendidikan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
c. Batu loncatan kepada pendidik untuk memperbaiki kinerja yang lebih baik dalam meningkatkan kwalitas peserta didik.
d. Membangun cara belajar peserta didik untuk belajar lebih aktif dan kreatif.




BAB II
PERMASALAHAN PENDIDIKAN


2.1 Masalah Pokok Pendidikan
Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang merupakan permasalahan pendidikan di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pemerataan Pendidikan
2. Mutu dan Relevansi Pendidikan
3. Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Berikut ini adalah penjelasan-penjelasan mengenai 3 poin permasalahan pendidikan di atas.
2.1.1 Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun letak lokasi geografis.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.

2.1.2 Mutu dan Relevansi Pendidikan
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghsilkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak dapat dimonitor secara ojektif dan teratur.Uji banding antara mutu pendidikan suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).

Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan  akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender. 
Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan  kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di  bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti  menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun. 
Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan. 
Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan. 

2.1.3 Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang dinggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada seperti uang, waktu, tenaga dan lain-lain..
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki kualitas SDM yang mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.

2.2 Faktor Pendukung Masalah Pendidikan
Masalah pokok pendidikan akan terjadi di dalam dalam bidang pendidikan itu sendiri. Jika di analisis lebih jauh, maka sesungguhnya permasalahan pendidikan berkaitan dengan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya masalah itu. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan permasalahan pokok pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
1. IPTEK
2. Laju Pertumbuhan Penduduk
3. Permasalah Pembelajaran

2.2.1 IPTEK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berdampak pada pendidikan di Indonesia. Ketidaksiapan bangsa menerima perubahan zaman membawa perubahan tehadap mental dan keadaan negara ini. Bekembangnya ilmu pengetahuan telah membentuk teknologi baru dalam segala bidang, baik bidang social, ekonomi, hokum, pertanian dan lain sebagainya.
Sebagai negara berkembang Indonesia dihadapkan kepada tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi keadaan pendidikan di Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut Indonesia melakukan reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya.

2.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah pemerataan serta mutu dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini akan berdampak pada jumlah peserta didik. Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan sekolah-sekolah unutk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan pendidikan.
Tetapi apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini dipertahankan, maka mutu dan relevansi pebdidikan tidak akan dapat dicapai dengan baik.
Sebagai negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan kepada masalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika perencanaan, sarana dan prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak terkoordinir dengan baik. Hal ini diakibatkan karena lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam bidang pendidikan.
Keterkaitan antar masalah ini akan berdampak kepada keadaan pendidikan Indonesia.
2.2.3 Permasalahan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dalam kegiatan belajar formal ada dua subjek yang berinteraksi, Yaitu pengajar/pendidik (guru/dosen) dan peserta didik ( murid/siswa, dan mahasiswa).
Pada saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dimana seorang pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan.
Guru / dosen yang berpandangan kuno selalu menganggap bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan materi, sedangakan tugas siswa/mahasiswa adalah mengerti dengan apa yang disampaikannya. Bila peserta didik tidak mengerti, maka itu adalah urusan mereka. Tindakan seperti ini merupakan suatu paradigma kuno yang tidak perlu dipertahankan.
Dalam hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai penguasa nilai. Pendidik bisa saja menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan mempermainkan nilai perolehan murni seorang peserta didik. Pada satu kasus di pendidikan tinggi, dimana seorang dosen dapat saja memberikan nilai yang diinginkannya kepada mahasiswa tertentu, tanpa mengindahkan kemampuan atau skill yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Proses penilaian seperti sungguh sangat tidak relevan.

2.3 Penanggulangan Masalah Pembelajaran
Penanggulangan masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan pendidikan di atas.


2.3.1 Gaya Belajar
Untuk menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar baru yang lebih menarik. Gaya belajar dapat dilakukan dalam 3 bentuk, dan dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Yaitu belajar secara Somatis, Auditori dan Visual.
a. Somatis
Somatic bersal dari bahasa Yunani, yang berarti tubuh. Jadi belajar somatis dapat disebut sebagai balajar dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar pada saat ini otak merupkan organ tubuh yang paling dominan. Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan kegiatan yang sangat keliru.
Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu untuk duduk tenang. Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak dan pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai “Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat. Namun yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan mereka. Aktivitas anak-anak yang hiperaktif cenderung dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam ketertiban proses pembelajaran.
b. Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, dan bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara, area penting dalam otak kita akan menjadi aktif.
Semua pembelajaran yang memiliki kecenderungan auditori, belajar dengan menggunakan suara dari dialog, membaca dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya auditori lambat laun mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik di perpustakaan telah menekan proses belajar secara auditori.
c. Visual
Ketajaman visual merupakan hal yang sangat menonjol bagi sebagian peserta didik. Alasaannya adalah bahwa dalam otak seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.
Setiap orang yang cenderung menggunakan gaya belajar visual akan lebih mudah belajar jika mereka melihat apa yang dibicarakan olah guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara visual akan menjadi lebih baik jiak dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep pembahasan.
Peserta didik yang belajar secara visual ini, akan lebih baik jika mereka menciptakan peta gagasan, diagram, ikon dan gambar lainnya dengan kreasi mereka sendiri.

2.3.2 Gaya Mengajar
Pelaksanaan pembelajaran sangat ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur suasana kelasnya. Seringkali dalam proses penyampaian materi, pendidik langsung mengajar apa adanya. Ada pendidik yang tidak mau memikirkan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahasnya. Menyampaikan materi bukan hanya sekedar berbicara di depan kelas saja, tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakan materi pelajaran menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah dipahami dan diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih penting. Dengan komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan.
Komunikasi yang efektif tidak berarti pasti dan harus dapat menjangkau 100%. Komunikasi yang efektif berarti mengerti dengan tanggung jawab dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan, ide, pandangan dan informasi. Dalam komunikasi pembelajaran, sering dijumpai permasalahan, yaitu masalah mengerti dan tidak mengerti. Jika peserta didik tidak mengerti dengan apa yang disampaikan pendidik, maka tanggung jawab seorang pendidiklah untuk membuat mereka menjadi lebih mengerti.
Jika dulu pendidik dipandang sebagai sumber informasi utama, maka pada saat sekarang ini pandangan seperti itu perlu disingkirkan. Sumber-sumber informasi pada abad ini telah menimbulkan kelebihan informasi bagi setiap manusia di muka bumi ini. Informasi yang tersedia jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hal inilah yang menyebabkan peninjauan kembali terhadap gaya belajar masa kini.
Oleh karena itu peran utama seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran pendidik seharusnya adalah sebagai fasilitator dan katalisator.
Peran guru sebagai fasilitator adalah menfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam hal ini, peserta didik harus berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran. Karena sebagai fasilitator, maka posisi peserta didik dan pendidik adalah sama.
Sedangkan peran pendidik sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak didik dalam menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak sebagai pembimbing yang membantu, mangarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter emosi, serta aspek intelektual peserta didik. Pendidik sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajran yang diinginkan dapat terjadi secara optimal.
Gaya mengajar seperti ini akan lebih bermanfaat dalam proses peningkatan mutu, kualitas, efektifitas dan efisiensi pendidikan.
BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dalam usaha pemerataan pendidikan, diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada jenjang pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan pendidikan.
2. Pelaksanaan program belajar dan mengajar dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini dilakukan karena cara dan sistem pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi.
3. Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan dengan lancar jika kerja sama antara unsur-unsur pendidikan berlangsung secara harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak pendidikan terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi dana di dalam dunia pendidikan.
4. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme pendidik dapat ditingkatkan.





3.2 Saran
Adapun saran-saran dalam makalah permasalahan pendidikan ini adalah sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan perubahan yang lebih mengarah pada kurikulum berbasis kompetensi, serta lebih adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat pada saat ini.
2. Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik dalam usaha Peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan meggunakan metoda baru dalam pelaksanaan pembelajaran.





DAFTAR PUSTAKA


Firdaus,Zuhdi.2008.Permasalahan Pendidikan Masa Kini.(online). wordpress.com, (diakses tanggal 7 Desember 2009).
http://forum.detik.com./Penanggulangan Masalah Belajar/2008/html.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Salamuddin.2007.Rumus Meningkatkan Mutu Pendidikan.(online). Waspada Online.com, (diakses tanggal 7 desember 2009).
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.